Chapter 26

7.8K 275 17
                                    

[Vote dulu baru baca, Happy Reading]



Aku melirik ke arah jam dinding, sekarang pukul 11 malam. Shyrena sudah selesai menyusui ansel dan menidurkannya di box bayi. Kemudian ia berjalan ke arahku dan memelukku.

"Ada apa ?!" tanyaku ia terlihat sedih.

"Tadi mom kesini" ucapnya. Aku bertambah bingung. Mom ? Ibuku kah..

"Ibuku andrew.." balasnya buru-buru dan ia menatapku sekarang.

"Really ?? Bagaimana bisa ? Bagaimana kabarnya !!" aku terkejut, Mrs. Rene datang kemari ? Astaga seharusnya tadi aku pulang lebih cepat..

"Ia baik dan terlihat sehat, ia yang membawa lukisan ku itu kesini. Kau tahu kan itu hadiah darimu untukku ?" jelas shyrena, ia mengernyitkan kening.

"Lalu, kenapa ia tidak tinggal disini ?" aku mengangguk, aku kembali melihat lukisan itu.

"Itu masalahnya. Mom menolaknya, ia merasa sangat tidak pantas disini. Aku sudah membujuknya berkali-kali tapi sama saja.." balasnya terlihat pasrah. Kesedihan di wajahnya semakin terlihat.

"Ia kembali ke LA ?" tanyaku, aku berusaha membuatnya untuk tenang.
"Tidak, ia akan tinggal di london juga. Di LA mom tidak punya siapa-siapa" sahutnya menyakinkan ku. Aku mengerti..

"Ia pasti sangat sedih" tebak, aku berusaha membayangkan ekspresi wajah Mrs. Rene. Beliau sudah lama tidak bertemu dengan shyrena.
Perpisahan antara ibu dan anak tidaklah mudah, meskipun mereka tidak begitu dekat.

"Tapi aku sudah membujuknya untuk tinggal, mom sendiri tetap pergi. Ia bilang akan sering berkunjung" rajuk shyrena, ia merasa kesal karena tidak bisa menahan keputusan ibunya.

"Kau senang bertemu dengannya ?" tanyaku, aku melihat kedua matanya. Ia mengangguk pelan.

"Walaupun ia tidak pernah bersamaku, tapi ia tetap ibuku. Aku dikandung dan di lahirkan olehnya, ia segalanya bagiku. Sama seperti ayahku.." ucap shyrena, aku mengerti maksudnya. Aku mengusap punggung nya berkali-kali dan ia merasa lega.

"Kalau begitu, kita juga akan sering menemuinya" saranku, kapan pun aku pasti akan mengajak shyrena mengunjungi ibunya.

"Baiklah, sekarang giliranmu. Kau ingin berkata apa ?" tanyanya, ia menebak isi pikiran dan aku merasa terkejut.

"Begini, tadi ada ricca di kantor" ucapku lirih. Shyrena berubah tegang dan matanya berkilat marah, aku mengambil nafas dalam-dalam..

"Dengar shy, ia hanya meminta maaf padaku. Aku sudah menolaknya dan tidak peduli lagi, tapi ia sangat keras kepala jadi aku terpaksa memaafkannya" jelasku lagi lebih dalam dan shy nampak menerima maksudku.

"Jangan terpaksa, kau harus ikhlas" tuntutnya. Oh ternyata ia menyuruhku untuk memaafkan si jalang itu dengan ihklas ??

"Iya, baiklah aku ikhlas !!" jawabku, tapi aku memang ikhlas. Aku harap ricca mendapatkan laki-laki yang lebih baik.

"Baiklah itu sudah berlalu, jadi tidak perlu di pikirkan lagi" bisik shyrena.
"Kau tidak marah ?" sahut, biasanya shyrena akan bersikap kesal padaku. Kalau aku membahas ricca.

"Buat apa sayang ?? Kau hanya memberikan kata maafkan, kalau begitu apa yang perlu di permasalahkan.." balasnya sambil mengecup bibirku dan melingkarkan kedua tangannya di leherku.

"Oh, honey.. Kau baik sekali !! Aku mencintaimu" aku langsung mencium bibirnya dan tidak membiarkan nya banyak bicara, sudah waktunya untuk diam.

Aku senang bisa mengatakan semuanya pada shyrena, aku suka seperti ini. Kami saling jujur dan itu terasa lebih baik.






Secret From The Bitch : Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang