8 ~Reason

50 7 0
                                    

Pulang sekolah ini, Shofi masih memikirkan tentang keputusan Maya tadi pagi. Dengan tiba-tiba, dia menyatakan bahwa dirinya tak lagi menyukai Naufal. Padahal kemarin dia sangat bersemangat untuk mengetahui alamat rumah Naufal.

Shofi langsung melemparkan ranselnya di atas sofa kamarnya kemudian berbaring.

"Gue harus nanya langsung ke Naufal tentang apa yang dia omongin kemarin sama Maya." Ucap Shofi sambil beranjak dari tempat tidurnya. Segera dia mengganti seragamnya dengan kaos kelonggaran dan celana selutut yang juga longgar.

Shofi berjalan menuju balkon kamarnya kemudian melompat ke arah balkon kamar Naufal. Setelah sukses mendarat, Shofi langsung membuka pintu kamar Naufal.

Tapi, kali ini yang dia cari belum pulang. Dia lupa kalau biasanya Naufal pulang lebih lama daripada dirinya. Shofi pun memutuskan untuk berjalan keluar kamar Naufal berharap bisa bertemu dengan Tante Maura, Bundanya Naufal.

"Tante Mauraa!" Teriak Shofi menuruni tangga. Dia sudah terbiasa memanggil Maura dengan cara ini. Tanpa menunggu lama, yang dipanggil pun menyahut, "Iya, sayang! Def Fi, ya? Sini Tante lagi masak di dapur buat makan malam!" Suruh Maura. Dia tidak perlu berpikir lama untuk mengetahui siapa yang bertamu sekarang ini. Karena ketika sudah mendengar suara toa itu, dia langsung tau siapa pemilik suara tersebut.

Shofi sedikit berlari menuju dapur.

Saat pertama kali keluarga ini datang, mereka sering membawakan makanan untuk keluarga Shofi. Ayah Naufal adalah lelaki sibuk. Tapi, bukan berarti dia tidak pernah pulang seperti orang tua Shofi. Ayah Naufal atau yang dipanggil Shofi dengan panggilan Om Adam ini sering ikut sarapan bersama dan juga pasti sudah sampai di rumah sebelum makan malam.

Sedangkan Tante Maura adalah seorang ibu rumah tangga. Dia lebih sering di rumah. Tapi, kadang dia juga punya urusan di luar. Maka dari itu, Shofi lebih sering bertemu dengan Tante Maura. Bahkan, Shofi pernah berpikir bahwa Tante Maura lebih baik daripada Mama nya sendiri.

"Masak apa nih, Tan? Harum banget baunya." Celetuk Shofi begitu dia sampai di samping Maura yang sedang mengaduk masakannya.

"Ini cuman sup ayam biasa. Kamu itu yang berlebihan. Lagi laper, ya?" Balas Maura sambil mencicipi sup buatannya sendiri.

Shofi hanya nyengir kuda ketika Tante Maura mengetahui gerak-geriknya ketika sedang kelaparan, "Tau aja Tante."

"Masih lama nggak, Tan? Pengen nyicipin dong." Pinta Shofi. Jangan pikir bahwa Shofi adalah tipikal cewek yang malu-malu. Dia lebih sering mengutarakan langsung tanpa harus menunggu ditawari.

"Bentar lagi kok. Ini tinggal nunggu bumbunya meresap." Jawab Maura lembut.

Sungguh, Shofi sangat iri dengan Naufal. Laki-laki itu punya orang tua yang selalu ada di sampingnya. Apalagi orang tuanya sangat ramah. Tapi, kenapa laki-laki itu bisa menjadi pribadi yang tidak baik di sekolah? Padahal di rumah dia memiliki keluarga yang bisa dibilang harmonis.

"Tan, kok Naf-nya belom pulang pulang sih?" Tanya Shofi sambil duduk di kursi meja makan. Tangannya sedang asyik memilih buah yang akan dia jadikan korban untuk mengganjal perutnya sementara.

"Naufal kan biasa pulang telat. Paling juga masih maen." Jawab Maura, "Itu anak kapan ya bisa pulang tepat waktu?" Tanya Maura lebih kepada dirinya sendiri.

"Shof, tadi di sekolah Naufal buat ulah lagi nggak?" Tanya Maura kemudian.

"Kayaknya enggak deh, Tan. Mungkin dia hari ini habis dapet pencerahan." Jawab Shofi sambil menggigit apel yang dia ambil tadi.

"Tante sampek bosen dapet surat teguran dari guru. Padahal dia itu murid baru di sekolah kamu, tapi surat teguran udah sering jadi oleh-oleh." Cerita Maura. Dia sudah jengah dengan kelakuan anaknya itu. Ya, walau dia tau kalau kelakuan anaknya itu bukan seperti kelakuan anak berandal, tapi tetap saja anak itu sulit untuk disiplin dan menurut.

AccismusWhere stories live. Discover now