"Itu bukanlah hal yang mudah, Abby."

"Semua hal yang berbau dengan urusan romansa, bukanlah hal yang mudah. Saat kau ingin memulai sebuah hubungan atau pun saat kau berada di tengah sebuah percintaan atau saat kau berpisah dengan ornagyang kau cintai. Dibutuhkan suatu keberanian dan pengorbanan yang besar," ucapku menatap dad.

Nate dan dad memiliki sifat yang sama. Mereka berdua selalu kabur saat merasakan sesuatu hal yang asing. "Sangat aneh mendengarkan anakku mengajari ayahnya tentang hal cinta. Pria itu membawa pengaruh jelek kepadamu."

Aku tertawa mendengar gerutuannya. "Pria tua.. Nate lah yang mengajariku untuk tidak takut dengan perasaan mencintai seseorang."

Dad mendengus pelan. "Dan aku sangat yakin, kaulah yang mengajari pria muda itu untuk tidak takut mencintai seseorang. Apakah aku sangat mirip dengannya?"

Aku tidak bisa berhenti tersenyum ketika membayangkan wajah Nate. "Apakah dad ingat saat aku mengatakan, jika kau menginginkan suami seperti dad untuk masa depanku. Dan, dad mengatakan kalau hanya ada satu pria yang akan memiliki kemiripan denganmu."

"Tentu saja! Karena hanya akulah pria yang bisa menyayangimu dengan sepenuh hati. Tidak akan ada pria lain sepertiku."

"Tapi, aku menemukan seseorang yang sangat mirip denganmu," ucapku dengan sedih. "Aku menemukannya... pada akhirnya."

Dad terdiam dan menatapku dengan sedih. "Kau sangat menyukainya, bukan?"

Aku merasakan setetes air mata membasahi pipiku. "Aku sangat bahagia dan aku bersyukur karena bisa merasakan perasaan ini. Karrena semuanya terasa sangat indah. Aku tidak pernah menyesal deng perjalanan hubungan kami, atau pun keadaanku. Aku hanya menyesal karena membuatnya terluka. Lagi. Dia membawa kebahagiaan untukku, tapi aku hanya membuat dia selalu merasa khawatir dan sedih."

"Dia adalah pria yang baik..."

"Aku ingin dad bisa merasakan sesuatu yang kurasakan sekarang. Aku ingin dad bisa merasakan kembali euphoria kebahagiaan yang mungkin sudah lama tidak kau rasakan. Aku ingin dad menghentikan penyiksaan diri yang terus kau lakukan sejak mom meninggalkanmu Aku ingin kau menemukan seseorang baik hati dan mencintaimu dengan tulus. Kurasa mom juga akan setuju dengan apa yang kuucapkan. Dia tidak ingin melihat dad terluka terus menerus."

Aku bisa merasakan wajah pria di depanku tampak berkaca – kaca. Lagi. Aku benci saat melihat dad sedih. Dia adalah pria nomor satuku. Tidak akan dad pria mana pun yang bisa menggantikannya. Dad mengerjapkan matanya beberapa kali dan tersenyum kepadaku. "Berapa banyak wanita yang berada di dekatku, kau adalah wanita nomer satu di hati dad."

"Selain mom, tentu saja!" ucapku tersenyum sedih kepadanya.

"Mungkin, kau mengalahkan mom untuk urusan siapa yang paling memenuhi hati dad."

"Pembohong!" ucapku berusaha menahan senyum mendengar perkataan dad.

Sekarang semua orang tahu mengapa dad begitu gampang membuat banyak wanita bertekuk lutut kepadanya. Dia adalah pria paling romantic yang pernah kutemui. Setiap kata yang dikeluarkannya mampu membuat wanita mana pun merasa mereka adalah wanita tercantik dan terpenting di dunia ini.

"Abby.... Kau harus bertahan apapun yang terjadi," ucap dad membuyarkan lamunanku.

"Tentu saja." Aku tertawa dan memeluk dad dengan erat. "Aku bukan gadis berumur tujuh tahun yang akan merengek saat menjalani kemoterapi. Aku sudah berumur dua puluh dua tahun, dad."

"Sejak kapan putri kecilku menjadi seorang wanita dewasa?" tanya dad menghembuskan nafas panjang. "Abby... apakah kau ingat pernah bertanya kepadaku – siapa yang lebih aku cintai? Dirimu atau ibumu?" Aku terdiam mendengar perkataan dad. Aku masih ingat pertanyaan yang kutujukan kepadanya dan jawabannya.

"Aku tahu kalau kau menyetujui mom membahayakan nyawanya untuk melahirkanku karena itu adalah pilihan mom. Dad menyetujui apa pun yang mom inginkan, walau pun itu berarti mempertahankan aku dan mom kehilangan nyawanya," ucapku dengan sedih.

Dad tertawa mendengar perkataanku. "Ha.... Dengan kata lain aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu," ucapnya. "Sekarang, aku akan memberikanmu sesuatu yang bisa menjawab pertanyaanmu pada waktu itu."

Dad melepaskan kalung dari lehernya dan menyerahkannya kepadaku. Aku tahu dad mengenakan cincin pernikahan milik mom sebagai liontinnya. Lalu, Ia melepaskan cincin pernikahannya sendiri dan memasukkan ke dalam kalung itu. Sehingga, kalung yang kubawa memiliki dua cincin.

"Dad...."

"Kuharap ini merupakan jawaban yang cukup untukmu," ujarnya membantuku mengenakan kalung itu di leherku. "Aku lebih mencintai Abigail Summer dibandingkan istriku. Kau adalah harta paling berharga yang kumiliki di dunia ini."

Aku menangis dan memegang kalung pemberian dad. Aku tahu kalung ini merupakan sesuatu sangat berharga yang dimiliki oleh dad untuk mengingat mom. Memberikannya kepadaku berarti melepaskan sesuatu darinya.

"Aku tidak pernah melarang istriku untuk lebih menyelamatkanmu daripada dirinya sendiri karena aku sudah mencintai Abigail Summer saat aku melihat dirimu di foto hitam putihku itu. Aku sudah mencintai Abby yang bahkan belum berbentuk itu. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk membuatnya menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini."

"Dad..."

"Aku adalah pria paling egois di dunia ini. Aku tidak ingin Camilla mengorbankan dirinya, tapi aku juga tidak ingin kehilangan Abigail. Aku tidak memilih siapa pun karena aku adalah seorang pengecut. Aku mencintai kalian berdua, sehingga aku tidak bisa memilih salah satunya. Aku bahkan akan mengorbankan diriku, jika saat itu aku bisa menyelamatkan kalian berdua."

"Kau adalah seseorang yang paling tidak egois yang pernah kutemui. Kau meninggalkan semuanya untuk merawatku. Kau mengroban jabatanmu di kantor dan memilih untuk berkerja sendiri agar bisa merawatku. Kau merasa berpcaran adalah sesuatu yang akan menyita waktumu, karena kau fokus untuk mendidikku menjadi seseorang yang baik. Jangan pernah mengatakan dirimu adalah seorang ayah egois karena kau adalah seorang ayah terbaik yang diinginkan semua anak. Karena dad, aku Abigail Summer bisa menjadi seseorang yang tidak takut kepada apa pun. Terima kasih atas segalanya dad dan kumohon berbahagialah."

Dan untuk pertama kalinya aku melihat dad menangis setelah mendegarkan perkataanku. Untuk pertama kalinya seorang pria yang selalu berusaha untuk kuat didepan anaknya yang lemah, membiarkan orang lain melihat betapa lelahnya dia. Aku memeluknya berusaha memberinya kekuatan. Biarkan kali ini, aku menjadi tempat dad untuk bersandar. Aku tidak tahu berapa lama kami berpelukan dan aku tidak berniat untuk melepaskannya. Karena dad memerlukannya.

Dad melepaskan pelukan kami dan menatapku dengan mata merah. "Terima kasih, Abby. Sudah menjadi anak yang paling kubanggakan." Dad membantuku mengenakan kalung. "Kuharap ini bisa memeberimu kekuatan saat kemoterapi dan operasi. Dad dan mom selalu berada di sisimu dan memberikan kekuatan untukmu."

Aku memeluk dad dengan erat. "Aku tahu. Kalian berdua selalu bersama denganku."

Pelukan kami berhenti ketika memdengar suara langkah orang masuk ke dalam rumah. "Dan, seseorang yang kau katakana mirip denganku telah datang. Kurasa sekarang aku sudah tidak bisa menguasaimu sepunuhnya lagi."

Aku tertawa mendengar gurauan dad.

"Aku menyukai pria itu. Aku sangat menyukainya."

"Aku tahu, dad."

*******

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now