12. Gagal Maning!

8.5K 964 74
                                    

Author

Ezot memakan nasi gorengnya dengan pandangan kosong. Waktu berlalu lebih cepat tadi pagi. Kenapa jadi seperti ini?

Barusan dia bertemu dengan Bu Ranti yang baru pulang dari Dokter. Beliau sedang sakit rupanya.

Kalau Bu Ranti sakit, jadi yang masakin nasi goreng?

"Duh, Neng, maaf ya. Harusnya Ibu yang nyuci piringnya, kok malah Neng Ezot yang nyuci." Bu Ranti meraih gelas dan mengisinya dengan air di dispenser. Sepertinya dia hendak memakan obatnya.

"Nggak papa, Bu. Ibu istirahat aja. Kalau nyuci piring doang, Ezot juga bisa. Eh Bu, kalau Ibu sakit terus siapa yang nyiapin nasi goreng buat aku?" Bu Ranti mengernyit lalu tersenyum bangga.

"Sepertinya Den Eja deh. Soalnya Den Eja itu pinter masak. Dia mandiri dari kecil," jawab Bu Ranti. Ezot terdiam sesaat.

Lelaki itu, penuh kejutan...

Ezot menoleh cepat ketika terdengar knop pintu terbuka. Ternyata asal suaranya dari kamar Eja. Bu Ranti tersenyum lagi dan berpamitan untuk ke kamarnya. Meninggalkan Ezot yang memandang takut dan penuh rasa bersalah pada Eja yang tak menatapnya sama sekali.

Dengan keberanian yang sempat ciut, Ezot menghampiri Eja yang terduduk sembari menyalakan TV di depannya. Memindahkan channel per channel yang sama sekali tak ada menarik-menariknya.

"Ali...," ucap Ezot lirih. Eja seperti tak mendengar, masih terfokus pada gadgetnya yang barusan mengeluarkan suara BIP!

To Yoga : Yog.. Rencana nggak usah diteruskan. Gagalin semuanya. Maaf kalau udah repotin lo. Tapi gue akan ganti semuanya.

From Yoga : Loh, Ja? Kenapa? Ada masalah sama doinya? Udah 50℅ ini. Nggak nyesel beneran?

To Yoga : Maaf, Yog, udah repotin lo. Tapi gue janji bakal ganti rugi materi sama tenaga yang lo keluarin. Gue lagi pengin merenung dulu. Maaf sekali lagi.

From Yoga : Yaudah nggak papa. Apapun masalahnya, gue berharap lo mau cerita ya. Gue siap jadi kantong curhat lo wkwkwk :v

Eja tersenyum samar ketika membaca pesan singkat dari sohibnya. Tak niat membalas, Eja hendak pergi bersepeda di area perkebunan. Dia bangkit tanpa menghiraukan Ezot yang menggigit bibirnya gelisah.

"Ali tunggu!" Panggilan Ezot menghentikan gerakannya. Masih diam menunggu apa yang akan dikatakan gadis itu.

"Maafin gue. Gue beneran nggak maksud, Li. Gue nggak pernah nyangka kalau lo bakalan semarah ini. Gue tadinya mau minta maaf karena udah nendang AJERinya lo. Pas gue ke kamar lo dan ngetukin pintu, nggak direspon terus. Nggak tau elonya yang budeg atau ketukan guenya yang pelan? Yang pasti gue nggak ada niatan buat usik privasi lo. Maaf Ali!" ujar Ezot tulus. Eja hanya terdiam kaku dengan ucapan gadis itu. Seorang Ezot, meminta maaf padanya?

Eja kini membalikkan tubuhnya. Matanya terbelalak kaget. Rasa merasa bersalah juga ia rasakan ketika melihat setetes air mata menelusuri pipi Ezot.

Illy nangis?

Bagaimana tidak menangis? Seseorang yang selalu menjaili kita yang bahkan kita saja membenci dia karena hobbynya menganggu, mendiamkan kita karena kebodohan yang kita buat sendiri. Itu sakit. Pelajaran yang dapat Ezot terima kali ini adalah, hati-hati dengan hati orang yang humoris dan orang yang terlihat santai. Karena nyatanya, sedikit saja hatinya tersentil maka kekecewaan langsung menguasai semuanya. Kecewa dan marahnya orang humoris lebih menakutkan dari kecewa dan marah manusia pada umumnya.

"Ikut gue!" Ezot membiarkan tanganya untuk ditarik Eja. Kesan lembut ia terima. Lelaki ini benar-benar menghormati wanita.

"Duduk!" titah Eja pada Ezot yang masih berdiri. Sekarang mereka berada dipinggir sungai. Terduduk di bebatuan besar ciptaan Yang Maha Kuasa.

Double Reza - Completed Where stories live. Discover now