3 - Perang Dunia

46.3K 3.9K 347
                                    

Hari berganti hari dengan segala cerita di dalamnya. Apa yang akan terjadi pada hari ini kita tidak akan pernah tau. Seperti Gina yang hari ini terlihat sangat ceria. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

"Eit tunggu-tunggu ada sesuatu yang pengin gue liatin ke elo, Lyn." Gina menahan tangan Arlyn yang mengajaknya ke kantin karena bel istirahat pertama telah berbunyi.

"Taraaaam!!" Gina lalu menunjukan sesuatu dari dalam tasnya dengan cengiran lebar.

"Wow, jadi kebeli, Na? Gila bagus banget," komentar Arlyn heboh.

"Yoi, lo tau 'kan gue harus nahan jajan satu bulan penuh buat beli nih barang."

"Wih wih ini merchandise resmi Kiev 'kan Na. Gila lo keren banget, Na," ujar Melin yang juga tergabung dalam Kiev Fans Club itu nimbrung secara tiba-tiba.

Gina mesem-mesem nggak jelas menunjukkan betapa bahagianya ia memiliki barang yang sedang diteliti oleh teman-temannya itu.

"Widih apaan, nih?" Dion merebut benda itu dari tangan Arlyn dengan mudahnya.

"Yon-Yon! lepas nggak, balikin punya gue, itu barang nanti ternodai sama tangan lo yang nggak suci itu!" heboh Gina melihat barangnya sudah beralih tangan.

"Idih, di tempat loak juga banyak kayak ginian."

"Enak aja itu mahal tauuu, sini balikin!"

"Iya-iya pelit amat, nih tangkep!"

Dion melempar benda itu ke arah Gina dengan tiba-tiba. Gina yang belum siap menangkapnya pun hanya mampu ternganga setelah barang itu jatuh pecah-belah menimpa bumi.

"Wa...duw," gumam Dion.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK DIOOOOONNN!! LO UDAH APAINNNNNN BARANG GUEEE NAPA PAKE DILEMPAR-LEMPAR KAMPRETTT!!" Gina berteriak pada Dion sambil meratapi benda itu.

"Ehh... elo sih refleksnya payah," ujar Dion mencari alasan.

"LO KOK NYALAHIN GUE?!"

Gina menengadah melotot menatap Dion dengan mata yang berkaca-kaca sekaligus berapi-api. Kemudian ia kembali meratapi benda yang baru tiba kemarin sore itu.

"Udah Na... jangan dikumpulin pakai tangan gitu nanti tangan lo luka," ujar Arlyn prihatin, dia menepuk bahu Gina seolah menguatkan sahabatnya itu dari musibah yang telah menimpanya.

"Biarin Lyn, lo tau 'kan betapa berharganya benda ini buat gue, gue nggak jajan satu bulan, nahan laper sampe maag gue kambuh, terus hancur lebur gini aja gara-gara itu makhluk!" curhat Gina dengan suara menahan tangis.

Dion merasa bersalah melihat tatapan Gina yang tajam dan berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan berujung seperti ini.

Gina masih saja mengumpulkan pecahan merchandise Kiev itu dan mengumpulkannya dalam kotak pensil. Dan tepat kata Arlyn, tangan Gina terluka. Gina meringis, entahlah jarinya memang terasa sakit, namun jauh dalam hatinya sesak dan merasa sangat benci dengan pelaku utama kejadian ini.

Melihat jari Gina berdarah Dion langsung berjongkok dan meraih tangan Gina yang terluka, namun dengan kasar Gina menarik tangannya, dia masih menatap cowok itu dengan bengis.

"NGGAK USAH SOK PEDULI LO SAMA GUE!"

"Gue... gue minta maaf, Na," kata Dion sungguh-sungguh, dia memang menikmati dan menyukai setiap ekspresi marah Gina dan menjadikan cewek itu sebagai subjek keusilannya yang utama. Namun, tentu marahnya Gina saat ini berbeda dari yang biasanya ia nikmati.

"Beribu kali lo minta maaf juga ini barang nggak bakal bisa lagi utuh kayak semula!!"

"Tapi gue bener-bener nggak maksud, Na." Gina berdecak mendengar perkataan Dion, wajahnya semakin memerah menahan amarah. Cewek itu lalu menarik Dion keluar kelas.

Fangirl Enemy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang