Harus Selesai

18K 1K 43
                                    

Author POV

"Bubububun.." Adam cekikikan girang sambil menepuk-nepuk meja yang saat ini ada dihadapannya

Ya, Adam sedang duduk dimeja makan khusus untuk bayi, ia duduk menghadap (namakamu) yang sibuk membuat sarapannya

"Iya sayang, tunggu sebentar ya." Balas (namakamu) lalu mematikkan kompor, dan meletakkan buburnya dimangkok plastik kecil

Ia duduk dihadapan Adam yang saat ini sudah berusia 7 bulan.

"Am.." ucapnya senang saat Adam makan dengan lahap

Setelah selesai, dia menggendong Adam

"Mandi, udah. Sarapan, udah. Sekarang waktunya, buka cafe." Katanya sambil berlari-lari kecil menuju lantai dasar rumahnya, membuat Adam tertawa senang

(Namakamu) ikut senang melihatnya, anaknya tumbuh menjadi anak yang murah senyum dan ceria, lalu dia membalikkan papan pada pintu cafenya menjadi 'Open', dan dia pun duduk disalah satu meja lalu menaikkan Adam dimeja tersebut

"Pagi mbak (namakamu)." Sapa salah satu pelayan cafenya yang baru saja datang, bernama Sheira

(Namakamu) tersenyum. "Pagi juga."

"Pagi Adam!" Sapanya lagi lalu berlari menghampiri Adam yang sedang berdiri diatas meja sambil tertawa kegirangan

"Yang lain belum dateng?" Tanya Sheira pada (namakamu)

"Lo liatnya gimana? Kerajinan sih lo." Jawabnya santai, membuat Sheira tersenyum, bos-nya ini orangnya memang humble, manis, dan murah senyum. Sudah berkali-kali (namakamu) bilang kalo berbicara sama dia pake bahasa santai aja, seperti lo-gue, tapi Sheira tidak mau, tidak sopan katanya.

"Yaudah, aku ganti baju dulu mbak." Pamit Sheira. "Dadah Adam!" Katanya sambil mencubit pipi gembul Adam, lalu menuju toilet

(Namakamu) tersenyum, pikirannya melambung ke kejadian dirumah sakit, kejadian dimana menurutnya ia mengambil keputusan yang tepat, saat itu Vita marah karena menurutnya dia dan Iqbaal itu 'batu', padahal menurut (namakamu) lebih batu lagi adalah Vita.

Flashback on

Vita menggerakan tangannya, isyarat berhenti. "Shut up! Masih pantes lo disebut suami?! Ha? Ngaca!" Vita menunjuk-nunjuk Iqbaal. "Dan besok, gue akan kirim surat perceraian buat lo!"

(Namakamu) terkejut saat Vita berbicara seperti itu, dia melepaskan genggamannya pada Vita

"Engga Bunda! Gue gak mau cerai sama Iqbaal!" Ucap (namakamu) lalu berlari menuju Iqbaal

Iqbaal tersenyum melihat apa yang dilakukan istrinya, dia mengecup pelipis (namakamu) dan memeluk pinggangnya

"(NAMAKAMU)! LO GAK BOLEH LAGI SAMA DIA! DIA ITU BRENGSEK!" Vita masih saja keukeuh, ingin anaknya bercerai

"Please, Bun. Ini rumah tangga aku sama Iqbaal. Aku harap Bunda gak lagi ikut campur. Maaf, kalo kali ini aku gak dengerin apa kata Bunda." Ucap (namakamu) pada Vita. Lalu dia menatap Iqbaal. "Ayo Baal. Kita ambil Adam dulu." Katanya sambil menarik Iqbaal menuju suatu ruangan

"Tapi– (namakamu), Iqbaal udah–"

"Vita! Udah! (Namakamu) bener, itu rumah tangga dia, jadi kamu atau kita gak berhak mencampuri urusannya." Vito mulai angkat bicara, dia menarik tangan Vita yang hendak menyusul (namakamu) dan Iqbaal

Vita menatap Vito dengan sengit. "Heh. Gimana gue gak ikut campur? Lo tau? Waktu (namakamu) ninggalin Iqbaal, dia curhat ke siapa? Ke gue. Dia minta bantuan ke siapa? Ke gue. Jadi gue berhak ikut campur urusan mereka!"

Cute Boy [idr] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang