1st

2.8K 283 8
                                    

"Seulgi, apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Suara Irene terdengar dari dapur cafe.

"Ne, unnie." Seulgi langsung berjalan kearah dapur, meninggalkan pekerjaannya. Mengepel lantai cafe.

"Ada apa unnie?" Tanya Seulgi begitu melihat Irene berdiri di depan kulkas.

"Bisa kau jaga dulu cafe ini, aku harus pergi memesan kebutuhan cafe" Irene berbalik dan melihat Seulgi.

"Tentu saja unnie." Seulgi menampilkan deretan gigi purihnya pada Irene.

Irene membuka celemek yang melingkar di pinggangnya dan menaruhnya di atas salah satu meja dapur. "Adik temanku akan kesini, tolong layani dia jika aku belum kembali, ok?" Seulgi menangguk tanda mengerti.

Ia antarkan Irene kedepan cafe, begitu Irene masuk ke dalam mobilnya, Seulgi membungkuk sesaat setelah mobil itu mulai berjalan.

"Seulgi!" Panggil Wendy dari kejauhan. "Unnie mau kemana?" Tanya Wendy sesampainya di hadapan Seulgi.

"Membeli kebutuhan cafe." Jawab Seulgi.

"Bukankah itu tugas Mingyu? Lagi pula kemana anak itu?" Ucap Wendy.

"Mingyu menelpon kalau ia akan terlambat." Wendy dan Seulgi masuk kedalam Cafe bersama. Wendy mengambil celemek yang ada di belakang konter dan mengenakannya di pinggang kecil miliknya.

Wendy langsung membersihkan meja, di seling pekerjaannya mereka mengobrol.

"Seulgi, Wendy aku pulang duluan ya." Hyojung tersenyum cerah kearah mereka berdua, Shift Hyojung memang sudah selesai dan digantikan Wendy.

"Ne!" Jawab mereka berdua bersamaan.

"Oh ya, aku meninggalkan beberapa kue buatanku untuk kalian di dapur." kata Hyojung sebrlum meninggalkan Cafe.

"Gomawo." Balas Wendy, tersenyum kearahnya.

Seulgi menatapi jalan dari balik konter, gelas-gelas kaca yang menutupi hampir seluruh dinding toko mengizinkannya memandangi mobil yang berlalu lalang.

"Earth to Seulgi." Wendy melambaikan tangannya di depan wajah Seulgi, memanggilnya.

"A-ada apa?" Seulgi langsung terkesiap dan menatap Wendy.

Wendy terkekeh. "Kau melamukan apa?"

"Tidak aku tak melamunkan apapun." Balas Seulgi.

Kring..

Seorang pria yang memiliki kulit lumayan coklat dan rambut hitam itu masuk. Seulgi hanya bisa menatapinya, ada kupu-kupu di perutnya ketika pria itu tersenyum kearah mereka berdua.

"Hai." Sapa pria itu.

Seulgi menggelengkan kepalanya ketika sadar kalau ia masih memperhatikan pria itu. Pria itu terkekeh pelan dan Wendy pura-pura terbatuk.

"Mau pesan apa?" Tanya Seulgi ramah, Wendy yang ada di depannya hanya terkekeh dan berlalu.

"Apa kau punya kue red velvet atau mungkin vanilla cake juga akan berhasil." Ucapnya, entah itu pertanyaan atau pernyataan.

"Kami punya keduanya." Jawab Seulgi.

"Apa yang menurutmu lebih cocok Red Velvet atau Vanilla?" Tanyanya. "Untuk ulang tahun." Lanjutnya.

"Pria atau wanita?" Tanya Seulgi.

"Pria."

"Kurasa akan lebih cocok kalau kau mrmilih Vanilla cake, kami juga punya Vanilla cake dengan topping kopi." Promosi Seulgi.

Pria itu tersenyum melihat Seulgi. "Baiklah aku akan mengambilnya, apa kau menyediakan lilin juga?"

Seulgi terdiam. "Aku hanya bercanda." Tawa pria itu.

"Aku sudah punya lilin untuk dipasang." Lanjutnya.

Seulgi berusaha berpikir lurus disini, ia langsung membungkus Vanilla Cake, dan memberikannya pada pria itu.

Pria itu memberikan uang dan mengambil kue yang telah ia beli. "Kau terlihat manis."
Dengan kata-kata itu Seulgi hampir saja terbang, bukannya terbang ia malah mematung.

"Aku Jongin, Kim Jongin." Ucapnya dari ambang pintu dan segera pergi dari Cafe.

Wendy tertawa lebar setelah pria bernama Jongin itu pergi. "Seulgi kau harus lihat wajahmu." Ucapnya disela tertawa. Seulgi langsung memegang kedua pipinya. Ia bisa merasakan pipinya memanas.

One Of These Nights | SEULKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang