"Bukan yang itu." Phillip berkata tepat di belakangku. Aku menoleh lalu mengikutinya masuk ke kamarnya.

"Kalian menyewa villa sebesar ini?" Tanyaku. Ia menggeleng dan tertawa.

"Ini rumah orang tua ku, Alice." Jelasnya. Aku hanya ber-oh sambil berjalan ke arah ranjangnya. "Hanya ada satu ranjang?"

"Seperti yang kau lihat. Tenang saja, aku bisa tidur di sofa jika kau mau." Ucapnya seperti mengetahui kegelisahanku.

"Tidak, tidak. Biar aku yang tidur di sofa." Balasku.

Ia terkekeh, "Di kamar ini tidak ada sofa, hanya di ruang tamu atau ruang tengah." Jelasnya. Mulutku terbuka sempurna dan mengangkat tangan pasrah. "Baik, kita tidur di ranjang ini." Ucapku. Ia mengangguk dan berjalan keluar lalu menutup pintu.

Selagi Phillip keluar, aku menyempatkan diri melihat ruangan ini sekaligus berganti baju.

"Alice, pakai bikini mu. Akan ada pesta bikini sebentar lagi." Teriak Ruth dari luar kamar. Aku mengambil bikini dan memakainya. Lalu melapisinya dengan celana pendek dan kaus besar.

Berjalan keluar mencari kolam renang adalah hal bodoh. Oh sial! Kenapa rumah ini besar sekali? Beberapa wanita yang berpakaian seperti jalang mulai memasuki rumah ini dan berjalan ke arah belakang. Aku mengikutinya dan sampailah aku pada sebuah tempat outdoor yang teramat luas. Kolam renang dengan lampion mewah yang belum dinyalakan, lalu mini bar yang berukuran besar dan beberapa bartender ada di dalam mini bar dengan tenda tersebut.

"Alice?" Sebuah suara menyapaku. Aku menoleh dan melihat Louis dengan boxer nya. Beberapa tato menghiasi tubuh bidangnya.

"Hi, Louis. Tak sangka bertemu disini." Ucapku dengan menaruh sedikit nada senang.

"Uhm...kami memang sering mengadakan pesta seperti ini. Bagaimana denganmu? Whoa, kurasa kau akan menjadi bagian dari kami." Ujarnya. Aku terdiam, semoga tidak ada Harry disini.

"Oh maaf, aku tidak tahu. Dan yeah, seperti yang kau tahu. Aku tidak pernah datang ke pesta semacam ini. Paling paling hanya bar murahan pinggir jalan hahaha."

"Kau pergi sendiri kesini?" Tanyanya lagi. Aku mengangguk dan ia tersenyum.

"Baiklah, aku harus pergi dulu. Enjoy the party, Alice. Panggil aku jika kau butuh." Ia mengerlipkan salah satu matanya kepadaku. Aku tertawa lalu lanjut berjalan mencari Ruth atau mungkin Phillip.

Aku melihat Zayn tepat di seberang kolam renang, aku sedikit berlari mengitari kolam renang dan memangilnya.

"Ada apa Alice?" Tanyanya.

"Apa kau melihat Ruth?"

Ia menunjuk ke salah satu jendela besar yang ada di rumahnya. "Dia masih di kamar. Kau bisa menghampirinya jika kau mau." Tawarnya. Aku mengangguk dan berlari menuju kamar Ruth yang terletak di sebelah kamar Phillip.

Ketika aku melewati lorong, aku baru menyadari kalau banyaknya kamar disini. Sial! Kenapa Ruth tidak membiarkanku tidur di salah satu kamar itu. Aku menendang kosong dan kembali berlari.

"Hi, Ruth." Teriak ku tepat begitu aku membuka pintu kamarnya. Ia menoleh dan tersenyum lalu mengajak ku masuk.

"Ada apa?" Aku meranjak naik ke ranjangnya dan duduk di pinggir ranjang.

"Tidak ada yang ku kenal di bawah. Dan oh ya, kenapa kau tak bilang kalau disini banyak kamar?" Aku bertanya begitu mengingat kamar di lorong tadi.

"Itu untuk teman-teman lainnya." Jelasnya. Aku seketika mengerti. Itu pasti untuk para jalang dan lelaki nya untuk melakukan sesuatu.

"Aku mau kau aman bersama Phillip." Sambungnya. Aku mengangguk mengerti dan mengajak nya untuk turun ke bawah.

.

"Ini." Ruth memberikanku segelas wine. Aku menolak dengan halus dan ia menaruh di meja samping kami.

"Kau tidak minum?" Tanyanya heran.

"Beberapa kali, namun tidak sering." Balasku. Ia mengangguk dan membuka baju yang melapisi tubuhnya. Terpampang bikini kuning dengan motif polkadot di tubuhnya.

"Ayo, Alice. Puncak acara akan dimulai." Ajaknya menarik tanganku. Aku mengikutinya ke pinggir kolam renang dan melihat banyak jalang yang sedang berenang di dalamnya.

"Baik, jadi aku akan membuat sebuah permainan. Caranya mudah. Pertama kalian harus berdiri mengelilingi kolam, diharapkan tidak ada jarak. Lalu aku akan mulai meneguk vodka ditanganku lalu memberinya ke orang di kanan ataupun kiri ku. Vodka itu akan digilir ke setiap orang. Dan orang terakhir yang meminum, akan mendapat hukuman. Mengerti? Dan, oh ya. Satu orang hanya boleh meneguk satu kali. Dan juga, semua orang yang berada disini harus ikut bermain kecuali para bartender dan pelayan." Ucapnya. Aku menegak air liur ku. Betapa menjijikannya permainan ini. Mulut botol tersebut akan disentuh banyak orang. Aku mendelik jijik dan memutar mata.

"Oke, permainanan dimulai dari sekarang."

Ruth memulai permainan dan meneguk satu botol vodka di tangannya. Beruntung, karena aku di sebelahnya, ia memberikan kepadaku. Setidaknya, tidak ada bekas bibir orang lain disitu.

Setelah meneguknya, aku memberikan kepada wanita disampingku dan terus bergilir. Beberapa wajah ku kenali namun mereka sepertinya tak mengenali ku. Haha, memangnya kau siapa, Alice?

Aku menundukan kepala sambil memutar ujung kausku. Hanya aku yang belum membuka bikini ku, entahlah aku hanya malas dengan mata liar para lelaki disini. Tiba-tiba semua orang bertepuk tangan, aku menoleh dan melihat seseorang memegang botol yang sudah habis. Bibirnya dikerucut kan lalu tertawa. Aku melihat struktur wajahnya dari jauh.

Ini kabar buruk! Itu Harry. Astaga, kenapa dia harus datang kesini? Rencana ku untuk melupakannya sejenak gagal karena kehadirannya disini.

Aku masih menundukan kepala ku dan berharap Harry tidak melihatku. "Baik, karena aku yang pertama kali meminum vodka tadi, maka aku yang akan memberikan tantangan." Suara Ruth terdengar keras di tempat seramai ini.

"Kau...harus mencari gadis yang menurutmu paling seksi dan menciumnya di tengah kolam." Tantangnya. Harry mengedikan bahu nya dan mulai berjalan mengitari kolam renang.

Ku rasakan langkahnya mendekat dan oh, kenapa jantungku berdegup tidak karuan?

"Hi, Alice. Senang bertemu disini." Aku tersentak begitu mendengar suara serak Harry di telinga ku. Aku memutar balik dan ia langsung mengamit tanganku dan mengajak ku turun ke kolam renang.

Sial! Sial! Kenapa harus aku yang dipilihnya?

Seluruh pasang mata melihat ke arahku dan tak jarang para gadis mencercaku. Dasar jalang!

Harry membuka kaus beserta celana ku menyisakan bikini ku. Ia merangkul pinggangku dengan erat lalu membawaku ke tengah kolam.

"Jangan takut." Bisiknya pelan. Darahku berdesir di sepanjang tubuhku. Aku memeluk erat pinggang Harry memperkecil jarak.

Ia mulai menciumi ku perlahan dan terus memaksaku membalasnya. Aku mulai membuka mulutku sampai sebuah suara menghentikanku.

"Harry!" Oh Tuhan! Mengapa dia harus ada disini.

Harry melepaskan ciumannya dan berenang ke pinggir lalu naik ke daratan. Ia langsung berlari mengejar Beatrice yang sepertinya menangis.

..tbc..

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang