[ 8 ] Seekor Kucing

13.1K 936 39
                                    

"Setelah ini aku akan mengerjakan PR Sejarah Korea. Aku tidak bisa datang ke rapat OSIS, mianhae," Ujarku kepada Jeno. Aku menyerahkan kertas-kertas penting kepadanya.

"Baiklah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah. Kau bisa menanyakan apa saja yang dibahas dirapat kepada Soohee nanti," Jawab Jeno tegas. Aku mengangguk.

Setelah mendapat izin dari Jeno. Aku sangat senang bukan main. Biasanya , Jeno langsung memarahiku jika tidak ikut rapat. Dan sekarang , Tuhan telah mengabulkan doaku.

Sepulang sekolah...

Hari ini hujan lebat. Dan aku lupa membawa payung. Astaga! Padahal eomma ku tadi sudah menyiapkan payung. Tetapi aku lupa membawanya. Aish!

"Kau pulang sekarang?" Tiba-tiba Jimin berada dibelakangku sambil melihat hujan. Aku tersentak kaget. Sejak kapan dia ada disini? Seperti hantu saja.

"I..iya. Tapi aku tidak membawa payung , oppa," Jawabku. Aku menundukkan kepalaku.

"Oh.."

"Hanya itu jawabanmu?!" Pekikku.

"Ya.. lalu apa lagi? Kau kira aku akan memgantarmu pulang? Tidak akan nona!" Jimin berbalik. Meninggalkanku sendiri di lobby.

"Yak! Kau masih saja menyebalkan! Aku menyesal mengenali orang sepertimu!" Aku mengucapkan sumpah serapahku. Tetapi ia tetap berjalan tak perduli.

●●●

Hujan masih saja belum berhenti. Rentetan air nya juga masih setia membasahi sekitar. Semua murid disekolah sudah dijemput dengan sopir mereka. Dan ada juga yang pulang memakai payung.

Berhubung tidak membawa payung , maka aku harus menunggu disekolah sampai hujan reda.

"Dingin sekali..." Keluhku. Aku mempererat jaket merah mudaku. Karena hawa di Kota Jeju semakin ekstrem jika hujan turun.

Saat aku ingin duduk. Tiba-tiba saja ada suara

'Miaww'

Ah , seekor kucing. Tetapi dimana suara itu berasal?

Aku berdiri. Berjalan. Mencari asal sumber suara. Aku melongok di rerumputan. Sampai aku berlari ke lapangan juga. Membiarkan bajuku basah.

Beberapa menit kemudian , aku menemukannya. Kucing itu kecil , kotor dan basah terkena air hujan.

Aku melepas jaketku. Membungkus tubuh kucing itu dengan lembut agar tidak terkena air hujan.

"Aku akan membawamu pulang," Aku berbicara sendiri kepada kucing itu seolah-oleh kucing itu adalah manusia.

"Eunra! Kau kenapa hujan-hujan seperti itu?! Eomma mu bisa-bisa memarahiku jika kau hujan-hujan!" Tuan Jimin yang terhormat telah datang menghampiriku dengan payung ditangannya.

My Teacher My Husband : Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang