Part 6

112K 8.7K 56
                                    

"Mata kamu kenapa Sha?" tanya Aira sesaat ketika aku baru duduk di kursi meja makan.

Aku memang menangis semalaman. Ingin berhenti tapi mataku seakan enggan membendung cairan yang menerobos. "Nggak papa cuma kurang tidur aja, banyak tugas," elakku ke Aira.

Arya juga memandangiku dan lantas kualihkan pandangan ke nasi goreng yang sudah tersedia di hadapanku. Aku makan dalam diam.

Ah ya, tiba-tiba aku kepikiran untuk mengajak Aira ke pesta Indira.

"Aira nanti malam ada acara nggak?"

"Nggak, kenapa? tumben tanya," jawabnya.

"Aku mau ngajak kamu ke pesta saudaraku mau nggak? Pesta ulang tahun."

"Mmm, gimana ya," ucapnya pikir-pikir.

"Banyak mikir bilang aja mau," sambung Arya.

"Ya udah deh, kalo kamu maksa.”

Aku sedikit menaikan alisku yang maksa siapa? "Ya udah. Aku jemput pulang sekolah ya."

Dia mengangguk.

***

Sekarang aku sudah berada di depan sekolahan Aira setelah selesai kuliah aku langsung ke sini. Untung waktunya pas nggak telat.

Aku melihat murid-murid mulai keluar dari kelas, aku melihat Aira dari kejauhan sepertinya dia sudah menemukan mobilku yang terparkir di depan sekolahnya. Dia berjalan ke arah mobilku. Aku membuka kunci mobil, dan dia langsung duduk di kursi penumpang disebelahku.

"Kita makan dulu ya pasti kamu lapar."

"Kita makan bakso yah..." ucapnya lagi.

"Aku nggak boleh makan—“

"Yah.. yaudah deh terserah kamu aja," rajuknya.

"Memang kamu mau makan bakso dimana?" tanyaku lagi

"Buat apa tanya kalau nggak mau makan?" ucapnya ketus.

"Ya udah kita makan bakso. Kasih tahu aku tempatnya, tapi ingat ya, kamu jangan cerita ke Ayah tentang ini."

"Oke bos!" jawabnya ceria.

Aira menunjukkan jalan ke tempat bakso langganannya, katanya dia sering makan di sini dengan Arya dan Ayahnya. Sampai sekarang aku bahkan belum pernah memiliki kesempatan makan di luar bersama mas Ibnu.

"Nah sudah sampai," ucapnya girang.

Aku melihat tempat bakso langganannya, ini bukan restoran melainkan warung. Dan banyak orang yang makan di sana, ini pertama kalinya bagiku.

Dengan langkah ragu aku keluar dari mobil dan mengikuti Aira. Semua pasang mata melihat kearahku, oke aku merasa nggak cocok di sini.

"Ra," tanganku menangkap tangan Aira, "Kamu yakin mau makan disini?"

Bukan menjawab Aira malah menarikku ke salah satu meja. "Kamu akan ketagihan kalau sudah memakannya, abaikan masalah tempat."

Aira terlihat sedang memesan dan aku hanya duduk manis dibangkuku. Selang beberapa menit makanan kami pun datang. Aku mencicipi sedikit kuahnya enak. Aku melanjutkan makanku benar kata Aira ini enak.

"Enakkan," Ledeknya.

"Kata Ayah dulu Ibu paling suka bakso," tambahnya yang sukses membuatku berhenti makan. Bahkan sejak tadi malam Mas Ibnu nggak menelponku balik.

"Kenapa berhenti makan?" tanya Aira.

"Aku nggak boleh makan ginian banyak-banyak," sanggahku, padahal itu cuma alasan karena sebenarnya aku nggak lagi berselera memakan apa pun.

Unfinished Fate [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin