Kecuali

Ketika mata hazel -nya melirik sisi dapur.

"Mama...."

Gadis itu segera berlari memeluk sosok wanita yang kini terjatuh di lantai dapur.

Dilihatnya wajah ayu wanita itu meskipun ada beberapa luka lebam di beberapa sisi wajahnya.

"K-kok belum tidur, Nak?" suara parau wanita itu yang kemudian diikuti dengan belaian lembut tangannya mulai terasa hangat dipermukaan wajah Gadis remaja bernama Prilly.

Prilly Axelia Putri

adalah seorang gadis cantik berambut hitam panjang serta berperawakan mungil

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

adalah seorang gadis cantik berambut hitam panjang serta berperawakan mungil.

Jika dilihat dari sisi fisik Gadis ini, mungkin tak akan ada orang yang mampu menyangkal bahwa Ia adalah sosok gadis yang terlahir dengan
begitu sempurna.

Namun sayang, kisah hidup Gadis itu ternyata tak seindah paras wajahnya. Disaat Gadis remaja lain sebaya-nya tumbuh bersama keharmonisan yang ada didalam keluarganya, yang terjadi pada Prilly justru sebaliknya. Ia tumbuh bersama kisah yang dibentuk dari airmata mamanya, juga makian papanya. Dan karena itulah, Prilly tak pernah mengenal cinta. Baginya, cinta tak lebih dari sekedar bualan orang dewasa.

Sikap Reyna --Mama Prilly-- yang seperti ini justru semakin membuat Prilly tak kuasa untuk membendung lebih lama buliran air mata yang tengah memenuhi pelupuk matanya.

Gadis itu menggeleng pelan, sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilemparkan Reyna untuknya.

Kemudian, tangan Prilly tergerak untuk membalas sentuhan Reyna. Gadis itu menggenggam-erat tangan Reyna yang membelai lembut wajahnya. Sesekali, Prilly mengelusnya perlahan untuk sekedar memberikan ketenangan lewat sentuhan.

"M-Mama kenapa?" Prilly mulai membuka suara. Suara Gadis itu terdengar begitu bergetar.

"Nggakpapa, Sayang."

Prilly menggeleng pelan, pertanda bahwa Gadis itu tak yakin atas apa yang telah dikatakan Reyna padanya.

Prilly mengalihkan pandangannya menatap sosok Pria dewasa yang berdiri didepannya. Dalam genggaman Pria itu, terdapat sebuah piring kaca yang sepertinya siap akan melayang.

Dengan puing-puing keberanian yang tersisa, Prilly melepas sejenak pelukannya terhadap Reyna. Gadis itu berdiri dan menatap tajam kearah Renaldy --Papa Prilly-- yang kini juga tengah memancarkan tatapan penuh amarah padanya.

"Papa kenapa pukul mama?"

Renaldy menatap tajam kearah putri semata wayangnya itu.

"Anak kecil sepertimu, lebih baik segera tidur."

"Kamu tidak tahu apa-apa, Prilly!" Sambung Renaldy dengan suara-nya yang kian meninggi. Benar-benar khas seperti orang yang tengah menahan amarah.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Prilly menggeleng kuat. Gadis itu memberanikan diri, bergerak maju untuk menghapus jarak diantaranya dan Renaldy.

"Mungkin, Papa benar! Prilly hanya anak kecil. Tapi, bukan berarti Prilly tidak tahu apa-apa. Karena faktanya, Prilly cukup tahu bahwa nyatanya Papa bukanlah seorang kepala keluarga yang baik untuk Prilly dan mama!"

PLAK

Tangan Renaldy mendaratkan sebuah tamparan telak yang tercetak merah di pipi Prilly hingga membuat Gadis itu harus meringis menahan sakit.

"Shh..." Desis Prilly pelan.

"Prilly! Kembali ke tempat tidur, Nak. Tempatmu bukan disini, kembalilah kekamar!" Perintah Reyna dengan rintihan.

Prilly sama sekali tak mengindahkan perintah Reyna, Gadis itu masih setia pada posisi awalnya; berdiri tegap didepan Renaldy meski harus menahan nyeri dibagian pipinya.

Hening.

Atmosfir ruangan ini semakin memanas, detik yang berlalu terasa begitu mencekam.

"Makasih buat tamparannya, Pa! Tamparan ini, semakin meyakinkan Prilly bahwa penilaian Prilly terhadap papa saat ini tidak salah."

Jeda sejenak.

Gadis itu menghela nafasnya terlebih dahulu, sebelum pada akhirnya kembali membuka suara.

"Papa memang bukanlah kepala keluarga yang baik untuk Prilly dan Mama!"

Setelah rentetan kalimat itu berhasil lolos dari pita suaranya, Prilly mendekati Reyna yang saat ini terlihat begitu lemah.

Dengan senyum tulusnya, Ia merengkuh tubuh Reyna dan berusaha membantu wanita itu untuk bangkit dan berjalan menjauh dari tempat ini --meninggalkan Renaldy yang kini terdiam mematung menatap punggung Prilly dan Reyna yang berjalan tertatih.

*****

-Ra-

PERFECT SCANDALDonde viven las historias. Descúbrelo ahora