Chapter 12: Curiousity

3.4K 332 18
                                    

Maaf banget ya karena chapter sebelumnya pendek banget._. Harap di maklumin soalnya nih otak buntu banget, stuck sama rumus fisika dan matematika. Gamungkin kan aku nulisin rumus fisika disini....

Dan baru dapet kabar juga kemaren sore kalau oma udah gaada jadi mungkin gak akan bisa update dalam waktu dekat soalnya senin udah mid semester juga. Dan ini eksklusig update dari airport lol vote dan comment ya soalnya aku suka baca comment kalian hehe.

Hehe, makasih yang udah maklum:)

---

Minggu pagi.

Harry tadi pagi-pagi sekali datang ke rumahku dan mengajakku sarapan di luar. Katanya dia tau tempat pancake yang sangat enak dan dia akan mentraktirku.

Kalau gratis mana mungkin aku tolak.

Setelah memesan makanan Harry dan aku diam saja. Aku tak tau mau berkata apa, terlebih lagi karena kata-kata Tara semalam.

"Tink, what's wrong?" Harry meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya.

Aku mengangkat pundak, "Nope, just lost in thought i guess." Dia tersenyum kecil.

Tak berapa lama seorang pelayan datang mengantar pesanan kami dan sepertinya Harry dan si pelayan saling mengenal karena si pelayan menepuk pundak Harry akrab dan berbasa-basi.

"Oi Harry, dia tidak mirip gadis yang kemarin." Kata si pelayan tiba-tiba dan aku bisa melihat sedikit ekspresi kaget di wajah Harry. Gadis yang kemarin? Siapa?

"Yang mana?" Tanyaku tampa bisa di cegah.

"Berambut hitam, lumayan tinggi dan benar-benar hot." Si pelayan (yang ku lihat namanya Max dan itu tertulis di seragamnya) memukul bahu Harry pelan dan Harry memutar mata.

"Oke, aku harus kembali ke belakang" Max tertawa pelan kemudian memukul bahu Harry sekali lagi sebelum berlalu.

Harry sudah bersiap untuk menyuapkan sepotong kecil pancake ke mulutnya saat tanpa bisa di tahan aku bertanya, "Siapa yg dia maksud?"

Harry diam sebentar kemudian menggumam tak jelas, "Hm, Gemma, kakak ku."

"Last time i check kakakmu tidak berambut hitam?" Aku menatapnya dengan pandangan menyelidik. Hei, bukan salahku, ini mencurigakan.

Harry meneguk air mineral di sebelah piringnya sebelum menjawab, "Kemarin aku menemaninya ke salon dan dia mengecat rambut tapi tidak permanen, begitulah." Balasnya malas.

Aku hanya mengangguk kecil, tak berniat untuk memaksa. Nanti kalau dia badmood aku yang ribet jadinya.

Lagu yang tidak ku kenal sama sekali memecah keheningan di antara aku dan Harry. Aku melirik dia yang sekarang sibuk merogoh saku celana dan mengernyit saat melihat nama yang tertera di layar.

"Siapa?" Tanyaku penasaran.

Dia tersenyum kecil, "Aku tinggal sebentar ya? Telfon penting, gapapa kan?" Dan tanpa menunggu jawabanku dia langsung melenggang pergi meninggalkanku sendiri.

Aneh.

Harry tidak pernah menjauh ku saat mengangkat telfon sebelumnya. Apa mungkin Harry sedang telfonan dengan gadis yang di maksud Max beberapa saat lalu? Memangnya gadis itu siapa? Apa hubunganya dengan Harry? Apa mereka pacaran? Sedekat apa? Kenal dimana?

Oh, astaga, sejak kapan aku jadi protektif?

10 menit kemudian Harry kembali dan mengangkat bahu sambil berkata, "Teman lama." Padahal aku belum bertanya apa-apa.

Tapi biarlah, ku enyahkan semua rasa curiga yang ada di kepalaku dan menatapnya tersenyum. Yang penting sekarang aku bersama dia dan dia bersamaku.

Peter Pan [h.s//l.p]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang