22. Epidermis dan Fian.

84.6K 7K 1.3K
                                    

But we don't need anything.
Cause the truth is out, i realise that without you here life is just a lie.

(One Direction--History)

×××

Senin, 11 September 2808

Author POV

"Check... check... pengumuman kepada anggota osis inti kelas 9, diharapkan kehadirannya dalam rapat hari ini. Sekali lagi, pengumuman kepada anggota osis inti kelas 9, diharapkan kehadirannya dalam rapat hari ini. Terima kasih."

Langkah kaki Fera perlahan terhenti--beriringan dengan berhentinya pengumuman dari speaker sekolahnya.

Dulu, pengumuman semacam ini adalah surga untuk Fera. Namun, semenjak tragedi yang Fera namai: Tragedi Malam Minggu diantara Cewek Imut, Gensalmarhum, Vaninalilahi, pengumuman ini sekarang berubah alih menjadi beban untuk Fera.

Dan Gensa, cowok yang dulu selalu menjadi 'alasan' mengapa Fera semangat untuk ikut rapat, sekarang malah menjadi alasan mengapa Fera eneg untuk ikut rapat osis; alasan mengapa Fera ingin mengindar sejauh-jauhnya dari semua hal berbau osis; alasan Fera bangga menjadi cewek pendek.

Karena kenyataannya, patah hati tidak benar-benar membuat Fera depresi. Malah sebaliknya, patah hati sukses membuat Fera sadar; Gensa bukan cowok yang tepat. Seperti kata Fian: "kalau cowok itu suka atau bahkan cinta sama lo, dia bakal bilang 'you don't have to change a thing. I love you just the way you are."

Realitanya, Gensa gak bisa mencintai Fera apa adanya. Dan untuk apa Fera harus mengejar Gensa, jika masih banyak cowok diluar sana yang bisa mencintai Fera apa adanya? Seperti Fian, contohnya.

Mengingat Fian membuat Fera tersenyum tipis, dan tanpa sadar tangan kanannya meraih gagang pintu ruang osis--yang entah sejak kapan sudah ada dihadapannya.

"Akhirnya yang ditunggu dateng juga." Baru saja Fera masuk, sebuah suara sudah menggangu telinganya.

Mata Fera menatap kearah bangku-bangku rapat, dan saat itu juga ia menghela nafas kesal ketika mengetahui bahwa satu-satunya bangku kosong hanya ada di sebelah... Vani.

Dengan malas Fera melangkah mendekati bangku yang tersisa itu, lalu mendudukinya. Setelah mendapat posisi ternyamannya, Fera langsung menatap Ivan dengan tatapan lo-boleh-mulai-rapatnya-cung.

Ivan berdiri lalu menatap satu-persatu teman-temannya. "Oke, karena udah ngumpul semua, kita mulai ya rapatnya."

"Jadi, alesan gue ngumpulin kalian semua yaitu karena alesan yang sama dengan rapat osis yang kemarin. Masalah ultah sekolah. Dan gue mau tau apa aja yang udah kalian lakuin dalam rangka ultah sekolah," jelas Fian panjang lebar.

"Dan penjelasan ini bakal gue mulai dari diri gue sendiri." Ivan menarik nafasnya, "untuk ultah sekolah, gue sama Gigi udah--"

"Ralat, gue juga ikut." Vani memotong ucapan Ivan dengan tajam.

Ivan menghela nafas, "oke. Untuk ultah sekolah, gue, Gigi, dan Vani udah ngedapetin izin dari kepala sekolah--setelah berkali-kali kita mohon-mohon."

"Awalnya, Pak Kepsek gak setuju sama tema yang Vani ajuin waktu rapat terakhir." Ivan terdiam sejenak, lalu menatap Fera. "Omong-omong, Fer, lo tahu gak apa temanya? Gue nanya gini sama lo, karena lo gak ikut rapat minggu lalu," tanya Ivan.

Dan pertanyaan Ivan sukses membuat Fera menggeleng dengan cepat.

Ivan mendengus, "hm, jadi tema kita buat ultah sekolah itu--"

"Hai, Fera cantik, ada yang nelpon nih. Angkat dong ah."

Suara itu sukses membuat Ivan menghentikan ucapannya, lalu menatap Fera yang sedang tersenyum malu.

"Kawan... emm, gue boleh angkat telepon gak?" izin Fera dengan menunjukkan puppy eyes-nya.

"Bikin ribet aja sih, mbak," gerutu Vani.

Fera menatap Vani sinis, lalu kembali menatap Ivan dengan pandangan memohon. "Boleh gak, Van?" Fera terdiam lalu mengoreksi, "bukan Vani, tapi Ivan "

Ivan mengangkat bahunya. "Terserah Gigi aja."

Perkataan Ivan sontak membuat Vani menggebrak meja rapat dengan kencang. "Kok lo bilang terserah Gigi?! Kan gue wakil! Lo harusnya minta izin sama gue, bukan Gigi!" pekik Vani tak terima.

"Apalah arti sebuah jabatan," gerutu Ivan lalu mendengus.

Vani menatap Ivan dengan kesal. "Trus kenapa harus Gigi? Kenapa bukan anak-anak lain? Kenapa bukan Hillo? Tio? Gensa? Mentang-mentang lo suka sama Gigi? GITU?!"

"Yaudah sih, Van, masalah sepele juga." Hillo--sang susu berusaha meredamkan emosi Vani.

Gigi--yang namanya disebut-sebut langsung menatap Vani dengan aneh. "Trus kenapa kalo Ivan suka sama gue, lo cemburu?"

Mata Vani melirik Gigi dengan sinis. "Enggak, gue cuma kasian sama lo." Telunjuk Vani mengarah ke Ivan, "Ivan yang udah nembak berkali-kali tapi ditolak, cih, dasar sampah."

"Seenggaknya temen-temen gue gak pernah ngomongin gue dari belakang," balas Ivan mulai kesal.

"KOK LO NYOLOT SIH?!"

"Lah? Siapa duluan yang--"

"Fera cantik, teleponnya dijawab dong ah."

Ringtone penanda telepon masuk--di handphone Fera kembali memotong ucapan Ivan.

Terus aja motong ucapan gue, pikir Ivan kesal.

"Kawan, bisa gak kalian berantemnya nanti aja? Keburu mati nih," cicit Fera.

Namun, bukannya memedulikan ucapan Fera, Vani dan Ivan terus melanjutkan adu mulutnya.

Melihat itu, Fera menggerutu lalu tanpa memedulikan izin mereka, ia berjalan menuju pojok ruang rapat. Disana, Fera langsung mengangkat telepon yang ternyata dari Fian.

"Lo ngapain sih nelpon? Gue lagi rapat, tau," ketus Fera tanpa basa-basi.

"Fera, gue mau jadi epidermis lo, boleh gak?" bukannya membalas perkataan Fera, Fian malah bertanya.

Fera mengerutkan keningnya. "Gak boleh lah."

"Kok gak boleh?" tanya Fian.

Walaupun bingung, Fera tetap menjawab, "gue 'kan udah punya epidermis, Fian bego. Ish, gak penting banget coba."

"Maksud gue bukan epidermis yang kaya gitu. Tapi maksud gue, gue mau seperti epidermis. Epidermis yang selalu ngelindungin jaringan dibawahnya."

"Trus?" tanya Fera.

"Gue pengen ngelindungin lo, Fer."

Dan semenjak kelimat itu terlontarkan dari mulut Fian. Hubungan Fera dan Fian berubah.

TAMAT

A/n:

((nangis karna dari tadi pengen publish banyak bgt halangannya))

(((nangisnya tambah kenceng waktu sadar kalo 150 cm udh tamat)))

((((epilognya nyusul btw))))

HUAAAAH, GIMANA-GIMANA? ayo ketik kesan kalian ttg 150 cm di kolom komentar. kalo mau tanya-tanya jg boleh kok.

dan... maap kalo waktu Fian nembak agak ga enak, maklum, belum ada yg pernah nembak gue scr romantis sih (iya ini curhat)

intinya... sampai jumpa!

mon, 8 Feb 2016
11:05 pm.

150 CMUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum