twenty-two

498 81 18
                                    

Liam tersenyum senang. Meskipun Zayn tidak ada disampingnya empat tahun ini, tapi umurnya delapan belas tahun hari ini.

"Jadi ada yang sudah legal tahun ini?" Tanya Nicola saat melihat Liam keluar dari kamarnya dengan senyum lebar.

"Senang banget, ya? Tapi jangan lupa Li, Zayn pulang hari ini." Ujar Nicola lagi.

"Apa?" Liam bertanya dengan nada yang kelewat tenang. Meskipun dalam hatinya sudah bisa dipastikan terjadi tsunami.

"Zayn pulang hari ini." Nicola mengulangi ucapannya.

"No s.hit. Bohong, kan?"

"Buat apa bohong? Bukannya kau seharusnya—aw jangan menanangis, Liam."

Nicola bangkit dari duduknya dan memeluk Liam.

"Kau tahu aku benci padamu, kan?" Liam berkata dengan suara bergetar.

Nicola tertawa. "Yeah, aku tahu kau sayang padaku, Li."

+++

"Zayn, kau serius mau pergi?" Pertanyaan Harry membuat Zayn tersenyum kecil.

"Yeah. Kau tahu, sebenarnya aku agak senang pulang karena—"

"Tentu saja, kau akan bertemu lagi dengan Liam, Zayn." Ujar Louis masam. "Setelah kau bertemu dengannya lagi, kau akan melupakan kami, kan? Aku benci padamu, mate."

Zayn nyengir. "Ayolah, Lou. Empat tahun bukan waktu yang pendek. We have so much memories, yeah? Jangan harap aku akan melupakannya. Aku tahu mau pasti nggak mau aku pergi k—"

"F.uck." Louis mengumpat dan menarik Zayn juga Harry kedalam pelukan.

"Louis kakiku jangan diijak bodoh!"

"Harry diamlah, kau berisik."

"Zayn, kau juga berisik, dasar bodoh."

"Louis, yang memulai pelukan ini itu kau, diam."

Akhirnya mereka semua diam dan melingkarkan tangan di bahu dan punggung masing-masing dengan tenang. Dalam hati, mereka sama-sama berjanji untuk tidak melupakan satu sama lain.

Setelah setengah jam—setelah banyak umpatan, pekikan Harry, airmata Louis yang nyaris jatuh, dan pukulan main-main Zayn untuk Louis dan Harry—ketiganya berpisah. Zayn memulai perjalanannya ke Bradford; Louis kembali ke rumahnya; Harry mengurus kuliahnya.

Di jalan, Zayn tidak berhenti memikirkan Liam. Setelah tiga tahun berkomunikasi dengan surat dan satu tahun dengan ponsel, Zayn masih takut Liam melupakannya.

Akhirnya, Zayn dan keluarganya sampai di depan rumah mereka yang dulu. Zayn menoleh kearah rumah Liam, semuanya masih sama.

"Z-zayn?"

Tubuh Zayn seketika menegang. Dia menoleh dan menemukan Liam yang memakai tanktop putih polos, flannel yang diikatkan di pinggangnya, dan ripped jeans.

Zayn menggeleng tidak percaya. Dia berlari kearah Liam dan melingkarkan lengannya di pundak sahabat lamanya itu.

"F.uck Zayn aku bisa mati." Canda Liam. Meskipun dari suaranya kau bisa langsung menebak cowok itu akan menangis sebentar lagi.

"Shut up, Payne."

Liam tertawa akan balasan Zayn. Dia menutup matanya dan menaruh kedua tangannya di punggung Zayn.

Akhirnya setelah empat tahun, mereka benar-benar merasa utuh.

***
Dont bash liam on twitter, ig or whatsoever dont talk shit about him he's my dad he's my son he's my beautiful squishy baby dont hurt him :-(

***Dont bash liam on twitter, ig or whatsoever dont talk shit about him he's my dad he's my son he's my beautiful squishy baby dont hurt him :-(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

crush || ziam auWhere stories live. Discover now