sixteen

467 77 10
                                    

Selama tiga hari penuh setelah kejadian itu, Liam tidak bisa menatap muka Zayn dan tidak bisa berbicara tanpa tergagap-gagap sama sekali.

Liam menelan ludah saat mendengar suara Zayn dari belakangnya. Dia sudah berusaha menghindari Zayn selama tiga hari ini. Dan jangan kira Zayn juga tidak berusaha menghidari Liam.

Mereka berdua tahu, mereka butuh waktu.

"Liam, hey mate, kau—"

"Aku baik-baik saja, Zayn. I just— Aku butuh waktu."

Zayn membasahi bibirnya. "Aku tahu, aku cuma... Ingin meminjam buku matematikamu. Aku rasa aku akan pinjam milik Niall si anak baru itu saja. Dia lumayan pintar."

"Nggak." Kata Liam. Nadanya tegas dan tajam. "Kau bisa pinjam punyaku. Nanti sore aku akan memberikannya padamu. Jangan pinjam punya Niall."

"Kena—"

"Nggak, Zayn."

Zayn mengangkat sebelah alisnya. "O-oke." Dan dengan begitu Liam tersenyum kecil pada Zayn dan berlalu.

"Kurasa dia cemburu, Zayn."

Zayn nyaris melompat ketika mendengar suara perempuan di belakangnya. Menengok, dia menemukan Claire dan Niall yang tengah bergandengan.

"Kalian... Pacaran?" Tanya Zayn.

"Yeah. Kau nggak mau memberikan kami selamat?" Niall menjawab dengan senyuman lebar.

Zayn terlalu kaget untuk menjawab. Otaknya masih mencerna informasi yang baru diterimanya. Niall-Claire-pacaran.

"God. Claire, setahuku kau suka pada Liam? Maksudku—"

"Zayn, selama beberapa hari ini Liam terus-terusan bersamamu. Oke, aku tahu kalian cuma sahabat, tapi maksudku..." Claire mendesah pelan. "Kau suka padanya kan? Liam mungkin nggak sadar tapi aku—"

"Whoa what?" Potong Niall. Cowok berambut pirang itu melotot. "Kau bilang apa? Zayn suka pada—"

"Diamlah, Niall." Ketus Claire kemudian melanjutkan, "Aku sadar kau punya perasaan padanya. Dan Liam—meskipun aku seratus persen yakin dia nggak sadar—suka padamu juga, Zayn."

Satu menit. Dua menit. Lima menit. Zayn tidak merespon.

"L-liam..?" Akhirnya Zayn membuka mulut. Cowok itu merasa jantungnya berhenti berdetak.

Liam suka padanya? Mustahil.

Tapi Claire mengangguk. "Itu sebabnya aku pacaran dengan Niall. Dan nggak, Niall bukan pelarianku. Aku memang sudah lama suka padanya. Niall teman kecilku. Liam cuma cinta monyetku, kurasa."

Zayn mematung. Dia bahkan tidak sadar Claire dan Niall sudah mengucapkan 'bye' padanya dan pergi.

Zayn harus bertemu dengan Liam sekarang. Harus.

Zayn menggerakan kakinya dan segera berlari ke rumah Liam. Dengan tidak sabar, cowok itu memencet bel. Tak lama, Karen keluar.

"Karen, maaf aku datang tiba-tiba, tapi aku butuh bertemu Liam sekarang. Dia sudah pulang, kan?" Zayn berkata dalam satu tarikan nafas, membuat Karen bingung.

"Iya. Masukl—"

Belum sempat Karen menyelesaikan kalimatnya, Zayn sudah berlari masuk ke dalam rumah Liam yang sudah seperti rumahnya sendiri. Menemukan kamar Liam, Zayn berhenti. Tangannya terangkat dan mengetuk pintunya dua kali.

"Zayn?"

Zayn bisa merasakan dirinya berhenti bernafas.

"Liam."

***
Mampus zayn mau ngapain itu

crush || ziam auWhere stories live. Discover now