six

586 95 8
                                    

Tiga tahun berlalu dan sepertinya memang tidak ada perubahan berarti dari Liam dan Zayn.

Zayn masih dengan perasaan lebihnya untuk Liam. Tidak ada yang berubah. Kecuali kalau sekarang dia menyadari kalau dia berbeda. He finally realised that he's gay.

Liam masih sama tidak pekanya dengan beberapa tahun lalu. Dia masih menyimpan perasaan lebihnya untuk Claire. Kecuali kalau sekarang dia tahu Claire juga menyukainya. Meskipun kedua anak berusia empat belas tahun itu tidak berpacaran.

Zayn dan Liam. Sahabat sehidup semati. Atau begitulah pikir Liam. Zayn juga dulu berpikir seperti itu. Sampai akhirnya cowok setengah Pakistan itu menyadari; ia ingin menjadi lebih dari sahabat.

"Zayn, mate, aku mau jalan de—"

"Pergilah, Li. Claire, kan?"

Liam nyengir. Cowok itu kemudian menurunkan kaki kanannya hingga menapaki satu anak tangga rumah pohon mereka. Rumah pohon yang selalu menjadi basecamp Zayn dan Liam sejak empat tahun lalu. Rumah pohon yang masih sama.

"Kau mau titip apa?" Liam berteriak dari bawah.

"Want some ice cream, Li." Zayn berteriak balik, mendapatkan balasan 'Ya' dari Liam yang kemudian berlari kearah rumah Claire yang cuma berjarak satu blok.

Melihat Liam sudah hilang, Zayn menidurkan dirinya sendiri di karpet coklat hangat di dalam rumah pohon tersebut. Pikiran cowok itu berjalan kemana-mana. Kadang Zayn merasa ditinggal terus oleh Liam, tapi cowok itu juga merasa dia nggak punya hak untuk menahan Liam untuk dirinya sendiri.

Semuanya memang berubah. Tapi kembali lagi, tidak ada perubahan yang benar-benar berarti sampai akhirnya Zayn menemukan Liam dan Claire yang tengah tertawa-tawa sambil bermain ular tangga keesokan harinya.

"Oh, hey Zayn! Mau ikut main? Aku baru saja mengalahkan Claire lagi. Kau tahu? Dia benar-benar—"

Sebelum Liam mampu menyelesaikan kalimatnya, Claire memukul lengan Liam, main-main tentunya. Zayn tertawa hambar. Ekspresinya kentara sekali kalau dia tidak suka dengan pemandangan itu.

"Itu bohong, Zayn. Aku nggak curang. Liam memang—"

Zayn tidak mendengarkan ucapan Claire selanjutnya karena dia benar-benar muak.

Claire bisa saja mengambil semua yang dulu miliknya. Claire bisa saja mengambil hati, perhatian ataupun waktu Liam. Untuk urusan ini, Zayn sudah mengerti. Liam menyayangi Claire dan dia terlihat senang bersama dengan Claire. Zayn sangat mengerti itu.

Tapi kenangan dan semua hal yang notabenenya adalah miliknya dan Liam, Zayn tidak bisa membiarkannya.

Terutama rumah pohon milik mereka berdua.

Rumah pohon yang dibuat untuk Zayn dan Liam saat mereka berumur sepuluh tahun. Rumah pohon tempat mereka menghabiskan waktu berdua.

Rumah pohonnya dan Liam adalah satu-satunya hal yang tersisa. Dan setelah melihat Claire ada di tempat yang hanya milik mereka berdua, Zayn tidak mau tahu lagi.

Zayn sudah capek. Persetan dengan Liam dan Claire. Cowok itu akhirnya berlari pergi. Menghiraukan panggilan dua manusia yang benar-benar sudah membuatnya muak.

***
Time flies anyway wdyt about claire & liam?

Dan kalau gue update lagi nanti malem (( ngga punya kerjaan gini nih )) pada mau ga -,-

crush || ziam auΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα