eight

563 94 23
                                    

"Jadi—"

"Sejak awal kau kenal dengan Liam dan dekat dengannya, aku melihat caramu menatapnya, Zayn. Itu bukan tatapan yang akan diberikan anak kecil pada temannya sendiri,"

Zayn menelan ludah. Apakah sejelas itu kelihatannya? Kalau iya, kenapa Liam tidak bisa melihatnya?

"Kau melihat Liam seperti anak itu sebuah ciptaan Tuhan yang paling berharga, kau tahu?" Trisha terkekeh diujung kalimat.

Zayn tersenyum kecil. Bahkan ibunya bisa melihatnya seperti itu. Tapi Liam? Oh, Zayn melupakan fakta kalau mata cowok itu sudah dibutakan oleh seorang gadis bernama Claire Augustine.

"Aku ingat dari dulu ayahmu itu selalu berkata; 'pasti kedua anak itu akan bersama suatu saat nanti.' Akhirnya saat ini datang juga. Jadi sudah berapa lama kau dan Li—"

"Liam isn't gay, mum. Dia punya orang yang dia sayang. Namanya... C-claire Augustine." Potong Zayn. Cowok berambut hitam itu enggan menyebutkan nama Claire sebenarnya.

"Oh." Respon Trisha. Wanita itu melingkarkan tangannya di leher Zayn dan memeluk putra satu-satunya itu. "Percaya padaku, dia pasti akan kembali padamu, Zayn. Percayalah."

"Nggak akan. Liam sayang sekali pada Claire. Gadis itu punya semua yang Liam inginkan sementara aku—"

"Ssh. Jangan merendahkan dirimu sendiri. Ah, Zayn. Kalau ayahmu sedang di rumah sekarang, dia pasti sudah bersorak kesenangan. Sayang sekali dia pulang malam hari ini."

Zayn mengangguk. Ia berbicara pada ibunya untuk tidak memberitahu ayahnya. Biar Zayn sendiri yang melakukannya. Setelah Trisha mengiyakan, Zayn masuk ke kamarnya dan menyibukan dirinya sendiri dengan buku gambarnya sampai sebuah ketukan terdengar.

"Ya?" Suara Zayn yang agak serak karena haus menjawab dari dalam kamar.

"Zayn aku—"

"Pergilah, Liam. Aku bilang aku tak mau berurusan denganmu hari ini, oke?"

Setelah beberapa menit tak ada jawaban, Zayn mengira Liam sudah pergi dan melanjutkan menggambar.

"Maaf, Zayn. Aku ti—"

"Liam James Payne, tak usah minta maaf. Kau bahkan nggak tahu dimana kesalahanmu. Aku bilang pergi." Balas Zayn dengan nada yang mulai kasar.

"Zayn, mungkin Liam nggak kau bolehkan masuk, tapi bagaimana denganku?"

Zayn mengenali suara itu. Doniya. Cowok itu membuang nafas kasar dan membuka pintu.

"Masuk." Satu kata dari Zayn membuat dua manusia yang berada di depan pintu masuk. Ya, itu Liam dan Doniya. Zayn mau tidak mau membiarkan Liam masuk karena tatapan Doniya menyeramkan baginya.

"Zayn, aku nggak tahu apa masalahmu dengan Liam, tapi kalian sudah sahabatan dari kecil. Aku akan keluar sekarang. Selesaikan masalah kalian berdua." Ucap Doniya sambil melangkah keluar dari kamar.

Hening.

Zayn dan Liam sama-sama tidak ada yang berbicara. Liam masih bingung mau mengatakan apa, dan Zayn...

"Liam, do you love me?"

***
Zayn astaghfirullah frontal sekali kau nak

crush || ziam auWhere stories live. Discover now