Tama hendak bersuara, namun Thaya menganggkat tangannya memperingati Tama untuk diam.

"Gue nggak nerima bantahan dari lo. Bilang aja, 'Yey akhirnya selesai. Semoga bagus ya nanti.'" Tukasnya.

Tama tersenyum mendengar ucapan Thaya. "Paste."

Mendengar balasan dari Tama, Thaya mendengus geli. Kata-kata itu dulu, sering diucapkan oleh Tama. Namun, sudah lama juga tidak mendengar kata-kata aneh keluar dari mulut Tama. Selain, omelannya.

Bohong kalau Tama tidak penasaran akan cerita Thaya tersebut. Mungkin, ini waktu yang pas untuk mengeluarkan rasa penasarannya.

"Cerita dari bagian mana, Ya?" Tanya Tama.

Thaya menatap Tama sedikit terkejut. Lelaki itu rupanya ingin tahu juga. Namun, sembari menahan senyumnya, Thaya menjawab. "Dari ... lo yang ngajak gue keluar pas acara makan malem. Inget kan?"

Tama menahan senyumnya. Ia tidak mungkin lupa. "Ya, sedikit."

"Bohong!"

"Lanjut, abis itu apa lagi?" Tanya Tama langsung.

Thaya mencibir sesaat, kemudian ia memikirkan kembali apa saja yang ia ceritakan. "Pas pernikahan, pas pindah rumah, pas sarapan pertama! Inget nggak?" Serunya sembari menatap Tama semangat.

"Pas lo masak telor pagi-pagi, tapi ternyata gue alergi telor?" Balas Tama.

"Pinter deh, Tamiun." Jawab Thaya.

Tama tertawa pelan mendengar panggilannya itu. "Terus apa lagi?"

"Pas lo ngasih kado gue kucing! Tapi, mati ... akhirnya, lo ngasih kucing lo buat gue." Lanjutnya.

Yama memang kucing milik Tama dulu. Dan tentunya, Ia tidak menamai kucingnya itu dengan nama Yama sebelumnya. Yama adalah nama kucing Thaya yang sudah mati.

"Terus ... pas lo ngasih bunga ke gue diem-diem. Dan pas Mama sama Papa nanya, lo bilang itu dari Nara! Nyebelin."

Tama ingat kejadian itu.

"Pas lo nembak gue jam tiga pagi! Lo bilangnya, nggak bisa tidur. Ah, lucu banget." Tanpa ia sadari, pipinya bersemu. Tepatnya, tiap kali ia mengingat hal itu, ia memang tetap akan bersemu merah seperti saat ini.

"Yah, Ya. Masa masih merah aja?" Tama tertawa sembari menunjuk wajah Thaya.

"Bodo. Abis itu ... Pas lo ngajak gue nemenin lo latihan band, dan ngenalin gue ke Reno! dan ternyata, Reno punya adek dan adeknya itu mantannya sepupu gue!" Serunya. "Inget kan? Pas ulang tahunnya Reno?"

Dan satu hal yang Tama ingat, Thaya memperkenalkan dirinya sebagai pacar di depan sepupunya, ketimbang kakak tiri.

"Terus ... pas kita mau ngebantuin Nara nembak Kalisa! Tapi, nggak jadi. Akhirnya, kita yang dinner."

Dinner pertama tepatnya. Tanpa embel-embel, acara keluarga. "Inget."

"Gue nggak nanya lo inget atau nggak sih." Bantah Thaya. "Abis itu ... kita suka bikin video nggak jelas di kamar gue! Itu yang paling seru."

"Emang," Timpal Tama.

"Terus ... pas gue nangis semaleman karena Ibu kandung gue meninggal, lo nemenin gue ngeteh semaleman."

"Ah, muka lo terlalu menyedihkan, Ya. Waktu itu." Ucap Tama.

"Terus, pas Mama sama Papa mulai renggang ... gue, lo, sama Audi kabur malem-malem!" Thaya menghela nafasnya sesaat. "Gue pengen kayak gitu lagi, Tam."

Brought It To An EndWhere stories live. Discover now