TAWARAN HERU

12.9K 784 18
                                    

Siapa yang sangka bahwa Heru menelfonnya ketika malam tiba. Ini ada lah kali pertama pria itu menelfonya kembali sejak hari pernikahannya dengan Baraitu. Anna, terlihat ragu untuk mengangkatnya, entah kenapa hatinya masih terasa pilu jika mengingat apa yang dilakukan Heru padanya. Namun setelah beberapa kali pria itu menelfon akhirnya Anna memutuskan untuk mengangkatnya juga.

"Anna," panggilnya.

"Ada apa?"

Hening....

Anna berjalan keluar kamar, menuju belakang teras villa karena takut didengar temannya yang lain. "Kau sudah tidur?" Tanya Heru.

"Aku baru akan tidur, " Ia berbohong, siapa yang akan tidur pada pukul 9 malam dalam acara liburan seperti ini? Lagipula ia masih ada acara dengan ketiga temannya. "Bisakah kau keluar sebentar?" pinta Heru.

Anna sedikit bingung dengan permintaan pria itu, aneh karena yang ia tahu Heru selalu berada di sisi Bara lantas kenapa tiba-tiba ia memintanya keluar seolah pria itu sekarang berada disini.

"Pergilah ke teras depan," Sambung Heru. Anna berjalan ke teras depan tanpa sadar. Melihat keadaan sekitar Villa yang gelap sambil terus memegangi ponselnya hingga akhirnya ia melihat sosok Heru disana, sedang berdiri menatapnya.

"Apa yang kau lakukan disini,-"

"Karena aku ingin bertemu denganmu, hal yang tidak bisa kulakukan jika ada Bara disampingmu"

"Apa lagi yang kau inginkan?"

"Bisakah kau turun sebentar,?" pinta Heru lagi. Anna masih diam tidak bergeming, ia bingung harus bersikap bagaimana saat ini. "Bisakah kita bicara? Sebentar saja,"

Akhirnya Anna tidak sampai hati mengabaikan pria itu disana. Anna turun perlahan menemuinya, mengeratkan sweater tebalnya karena udara malam semakin terasa menggigit. "Bagaimana kau tahu aku disini?" Tanya Anna.

"Itu bukan hal yang sulit untuk kami Anna,"

"Apa kalian selalu mempunyai mata-mata dimana saja?" sahut Anna. Membuat Heru tergelak,

"Tentu saja, Tidak!" Heru menunjuk ke arah belokan atas samping villa. "Itu adalah Villa salah satu milik Bara yang kami sewakan" Anna mengikuti gerakan tangan Heru, melihat Villa dengan model rumah kayu berbentuk minimalis.

"Kau mau kesana?"

"Eh,,

"Pemandangan disana jauh lebih Indah daripada disini," ujar Heru. Anna terlihat ragu, "Bara sedang tidak ada disini, ia pergi ke Surabaya sore tadi"

Anna membuang wajahnya, "Aku tidak bertanya soal dirinya," elak Anna,

Heru tersenyum mengejek, "Tapi kau seolah takut ia tahu akan hal ini,"

"Tentu saja karena dia,--" tukas Anna spontan, lalu menggeleng mengurungkan niatnya "Ah, sudahlah"

"Bagaimana?"

"Baiklah," Setelah ia mengirim pesan kepada teman-temannya, lantas ia mengikuti Heru ke dalam mobil dan pergi ke Villa atas milik Bara. Heru, tidak berbohong soal pemandangan itu. Jelas karena villanya berada lebih tinggi sehingga ia dapat melihat puncak Gunung Pangrango yang tertutup kabut dari kejauhan. lampu sekitar villa sengaja dinyalakan agar tidak terlalu gelap, warna kekuningan yang dihasilkan membuat suasana terkesan romantis.

Anna menunduk sedih, ia selalu membayangkan hal ini awalnya. Pergi berdua dengan Heru menikmati bulan madu mereka, sebelum akhirnya mimpi itu berubah jadi sebuah malapetaka.

"Boleh aku tahu kenapa?" Anna membuka percakapan tanpa melihat ke arah Heru. "Kenapa kalian berdua memilihku dalam permainan ini?" lirih Anna. Anna memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua lengannya. Merasakan hawa dingin yang semakin menggigit, dan merasakan rasa sungkan terhadap Heru.

"Karena sebuah wasiat bodoh itu. Tuan besar begitu khawatir akan keadaan Bara, sehingga ia membuat surat wasiat bodoh seperti itu." kata Heru. "Ia memberikan semua harta kekayaannya kepada Bara dengan syarat pria itu harus menikah dengan seorang wanita. Jika ia sanggup memenuhi permintaan almarhum Ayahnya, setelah setahun maka semua warisan itu akan berpindah atas namanya secara otomatis."

Tubuh Anna sedikit bergetar mendengar penuturan dari Heru. "Jika saja pria itu tidak memintaku mencari wanita yang lain dari biasanya, sudah pasti bukan kau target utama kami. Namun entah kenapa hari itu Bara terlihat aneh sekali dari biasanya. Ia mencari wanita yang sederhana, nmun cerdas. Wanita sederhana namun bisa mengimbangi posisinya. Wanita sederhana namun tetap cantik," Heru menghentikan perkataannya. "Aku, tidak pernah merekomendasikan dirimu kepadanya, sungguh. Ia yang memilihmu sendiri, ia memilihmu Anna, ia menginginkanmu"

Anna, semakin mengeratkan pelukannya. Menahan matanya yang semakin terasa panas. "Lantas kau memulai semua sandiwara konyol itu. Bersikap seolah kau menyukaiku, memberikanku mimpi-mimpi yang tidak akan pernah terjadi!" ujar Anna, sarkas.

"Bara mendapatkan apa yang ia inginkan, lalu bagaimana denganku? bagaimana dengan,,-- dengan semua yang hilang dariku?" sambung Anna, putus asa.

Heru menggenggam tangan Anna, "Aku bersalah Anna, biarlah aku ikut menanggungnya. Setelah semua ini, biarlah aku bertanggung jawab atas semua yang sudah terjadi. Setelah semua ini, masih maukah kau menerimaku?" Anna menatap Heru dengan bingung, "Aku menyukaimu, itulah yang sebenarnya. Dan bukan sekedar kebohongan!"

Anna, terpaku mendengar penuturan Heru. Tatapan mata Heru terlihat serius. Namun entah kenapa, Anna sudah tidak lagi merasakan getaran di dadanya. Anna melepaskan tangan Heru perlahan, berbalik memunggungi pria itu dan kembali menatap ke arah pemandangan. Mungkin rasa kecewa yang ditimbulkan oleh Heru, sekaligus mengubur rasa cintanya kepada pria itu saat ini.

-----bersambung-----

BUKAN SUAMI PILIHAN - SUDAH TERBIT , TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE !!  https://plTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang