TUAN MUDA, BARA!

15.6K 853 25
                                    

Bara, tidak pulang kerumah selama 5 hari.  Tentu saja itu membuatnya jadi lebih nyaman dan aman. Ia memang belum tahu secara jelas apa sebenarnya bisnis yang dimiliki oleh Bara, yang ia tahu terakhir kali dari sang Bibi, Bara sedang pergi ke Bali.

      Dirumah ini tidak ada satu orang pun yang tahu kapan Bara akan pulang atau kapan Bara harus pergi, satu-satunya yang mengetahui hal itu hanyalah Heru, asisten pribadinya. Dari gosip yang ia dengar melalui pelayan lain (tentu saja bukan dari bibi) bahwa tuan besar yang tidak lain adalah ayahnya Bara sempat mengkhawatirkan kedekatan antara Bara dan Heru, ia pikir mereka berdua memiliki kelainan, meski tidak pernah terbukti sama sekali.

    Kini gossip itu seolah menguap entah kemana karena kehadiran Anna dirumah ini, meski kamar mereka terpisah namun sudah bisa dipastikan kalau kejadian malam itu pun tidak luput dari perhatian para pelayan. Wajah Anna seketika memerah mengingat kejadian itu.

     Membayangkan Bara dan Heru adalah pasangan Gay membuat perutnya mulas karena geli dan sudah dapat dipastikan kalau gosip itu sebenarnya sama sekali salah besar, karena jelas-jelas Bara dan dirinya.- Anna, menutup wajahnya yang terasa panas. Kenapa juga dia harus mendengar gossip itu, lalu apakah karena hal itu Bara menikahinya? Demi membuktikan bahwa gossip itu salam sekali salah besar.

     Suara pintu gerbang terbuka, Anna menoleh ke arah bibi yang berada disebelahnya. “Sepertinya Tuan pulang,-“ wanita tua itu lekas berlari kepintu depan. Sedangkan Anna masih tetap berdiri di depan Tv.

     Aura rumah ini selalu berubah jadi mencekam ketika Bara melangkah masuk. Anna, dapat mendengar suara derap langkah kakinya masuk ke dalam. Bara menatapnya tajam ketika pria itu melewati ruang Tv. 

     Cara pria itu memandang dirinya tidak berbeda dengan caranya memandang bibi atau pelayan yang lain. Sama saja dimatanya. "Siapkan air hangat," ujar  Bara sambil membuka jas, melemparkannya pada Anna dan berjalan ke atas. Anna melempar pandangan kepada bibi, jelas sekali kalau ia takut masuk ke dalam kamar pria itu lagi. “Kenapa kau diam?” tanya Bara, menghentikan langkahnya.

    “Eh,,,”

    “Aku ingin mandi, siapkan air hangat sekarang.” ulangnya lagi dan kini sudah jelas kalau perintah itu ditujukan kepada siapa. Anna merenggut diam tidak bisa melakukan apa-apa. Bibi dengan isyarat memintanya untuk segera menyusul Bara ke atas. 

     Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menuruti perintah pria psiko itu. Anna, tidak ingin menyulut kemarahanya hingga malam itu terjadi lagi. “Tidak apa-apa, pergilah. Aku disini,” bisik Heru. Anna seolah baru menyadari kehadiran pria itu disana.

    Anna, pun mengikuti langkah Bara dari belakang. Setengah was-was saat ia melangkah masuk ke dalam dan menyiapkan segalanya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, pria itu masih duduk di sisi kasur mengecek ponselnya. “Air hangatnya sudah siap,- “ Kata Anna, memberitahu.

   Bara mengangguk. “Aku ingin minum teh hangat, tolong bawakan kemari.”

   Anna, memutar matanya dengan kesal. “Tuan, anda memiliki banyak pelayan dirumah ini. kenapa harus aku yang melakukannya? Apakah menjadi pelayan pribadi bagimu juga termasuk dalam kontrak?” sahut Anna kesal.

   Bara, menatapnya tanpa ekspresi dan seketika nyali Anna pun menciut, “Baiklah jangan marah, akan kubawakan pesananmu sekarang!” Anna bergegas menghilang, daripada harus menghadapi kemarahan pria itu lagi.  

     Dengan menggerutu Anna membawakan teh hangat untuk Bara. Pria itu ternyata sudah keluar dari kamar mandi. “Tehnya kuletakkan di atas meja, Tuan!” ejek Anna, dan hendak berjalan keluar. Namun Bara menangkap pergelangan tangannya.

    “Berhenti memanggilku seperti itu, bukankah sudah kuberitahu?”

    “Lalu dengan apa aku harus memanggilmu?”

   Dahi bara mengkerut, “Kau bisa memanggilku dengan namaku, tentu saja!”

   “Tapi seisi rumah ini bahkan tidak ada yang berani memanggil namamu.” Jawab Anna, “Dan kita tidak sedekat itu samapi aku harus memanggil nama anda, Tuan Muda!”

    Bara benar-benar dibuat jengkel oleh sikap Anna yang kadang menyebalkan, kadang membuatnya merasa iba. “Oohh, jadi kau ingin kita menjadi dekat terlebih dahulu? Baiklah, itu hal mudah,” balas Bara, kini kedua tangan pria itu mengamit kedua lengan siku Anna dan mereka bertatapan dari jarak dekat. “Katakan padaku, seberapa dekat dan seintens apa yang kau maksud?” nafas hangat Bara menyapu wajahnya, membuat wanita itu terpekik ketakutan.

   “Tidak! Maafkan aku, aku tidak serius sungguh!” cegah Anna, saat ia pikir Bara hendak kembali menciumnya. “Bara, maafkan aku!” itu jalan tercepat yang ada di otak Anna. Bara pun tersenyum puas, melepaskan Anna. “Pergilah, kembali ke kamarmu.”

-----bersambung-----

BUKAN SUAMI PILIHAN - SUDAH TERBIT , TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE !!  https://plTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang