KEPUTUSAN ANNA

16.5K 863 35
                                    

Suara langkah kaki terdengar dari tangga yang berada di belakang ruang makan. Tanpa harus menoleh Bara sudah dapat menebak siapa yang sedang berjalan menuju ruang makan saat ini. Hanya dalam satu lirikan saja ia dapat melihat mata Anna yang terlihat bengkak, tentu saja karena wanita itu pasti menangis semalaman.

Kenapa wanita selalu bersikap melankolis seperti itu, terlalu berlebihan. Memangnya mereka bersedia sampai tua dengan status perawan? Atau yang lebih menggelikan lagi bahwa beberapa wanita berpikir ingin melakukan seks karena dasar cinta.

Cinta? menggelikan sekali, kenapa harus ada kaitan antara cinta dengan seks. Menurutnya itu adalah dua hal yang berbeda. Banyak wanita yang sudah tidak begitu memperdulikan antara perasaan dengan kebutuhan seksual, dan rasa-rasanya Anna memang wanita yang lain dari kebanyakan. Semacam spesies langka, yang sudah hampir punah. Jadi apa yang membuat wanita itu harus menangis semalaman, selain hanya karena ia tidak mencintai dirinya?

Apa karena Ia memaksanya? Rasa-rasanya ia tidak bersikap kasar pada wanita itu, tidak ada pukulan atau caci maki kepadanya. Lantas kenapa ia begitu terlihat sedih? Apa karena Anna benar-benar membencinya? Ya tentu saja ia membencinya, dan itu tidak masalah bagi Bara.

"Aku sudah mendengar apa yang kau berikankepada keluargaku, tanpa sepengetahuanku." Anna membuka suara terlebih dahulu.

"Kau tidak perlu berterima kasih padaku untuk itu," balas Bara. Membuat Anna berdecak dan terkekeh mengejek.

"Tentu saja karena aku tidak memiliki kewajiban untuk berterima kasih padamu. Apa yang telah kau lakukan padaku tidak dapat terukur dengan materi, Tuan! Berapapun nominalnya." Tukas Anna. Ia menatap Bara dengan berani. Bara tidak menyangka bahwa wanita itu mendapatkan keberaniannya kembali dalam waktu semalaman saja. Tidak ada yang berani menatap Bara seperti itu selain Heru.

Bara mengangguk, mengangkat bahu "Terserah, jika itu dapat membuatmu lebih baik."

Anna, dapat menangkap bahwa sudut bibir Bara sedikit robek. Pagi hari dan pria itu sudah bertengkar dengan seseorang? Lupakan soal itu, dia harusnya tidak perduli.

"Lalu mengenai ucapanmu waktu di hotel saat malam pernikahan kita, soal pernikahan sandiwara ini." anna kembali bersuara. Bara kembali melirik ke arahnya sambil m enyesap teh hijau di gelasnya hingga tandas.

"Berikan kepadaku apa yang tertulis disana, kita perlu meluruskan berbagai hal."

Bara tertawa hambar, berdecak dan menggeleng seolah sedang mengejek wanita itu. "Harusya kau bersikap patuh seperti ini sejak awal, Anna. Jika saja kau tidak keras kepala dan melawanku, mungkin kejadian semalam tidak perlu terjadi."

Wajah Anna merah padam, tangannya terkepal karena kesal. Melihat itu Bara hanya tersenyum, "Heru akan memberikannya kepadamu setelah beberapa perubahan tertulis yang akan aku lakukan ,"

Dahi Anna, sedikit mengkerut mendengar kata 'perubahan' apa maksudnya? Bara bangkit dari kursinya, merapikan kemejanya, dan memberi petuah sebelum pria menyebalkan itu pergi "Aku tidak ingin kau pulang larut lagi seperti semalam. Jangan buat affair di belakangku selama kau menjadi istriku. Dan jangan panggil aku Tuan, aku tidak suka kau memanggilku seperti itu! Mengerti?" usai berkata seperti itu, pria itupun berlalu tanpa menunggu balasan dari Anna.

***


Sepeninggal Bara, Anna memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor hari ini karena matanya yang sembab. Ia tidak memiliki rasa percaya diri duduk di mejanya dan bertemu para nasabah. Belum lagi ejekan dan pertanyaan dari para teman sejawatnya!

-----bersambung-----

BUKAN SUAMI PILIHAN - SUDAH TERBIT , TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE !!  https://plTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang