KALI KEDUA!

18K 857 29
                                    

"Kau sedang apa?" Suara Bara bergetar memenuhi ruangan dapur, membuat Anna terlonjak. Tidak biasanya pria itu bangun pukul 4.30 pagi. Ia masih mengenakan gaun tidurnya yang semalam. Gaun pemberian Bara tentu saja karena akhirnya ia mengalah untuk tidak mencari keributan dengan pria ini.

       Bara berjalan santai ke arahnya, membuat Anna seketika takut. Aura Bara selalu membuatnya takut sejak kejadian malam itu. Bara mengurung Anna diantara kedua tangannya yang bersandar pada meja, membuat Anna menahan dada bidang Bara dengan tangannya. "Kau tidak menjawab pertanyaanku, aku tidak suka mengulang perkataanku Anna" Katanya, setengah berbisik.

      "Aku sedang menyiapkan bekal makanan" Sahut Anna cepat "Hari ini ada acara outing kantor, besok baru kembali." sambungnya lagi menjelaskan.

       "Siapa yang mengijinkamu pergi?"

     Anna terdiam, ia lupa memberitahu pria itu semalam "Aku akan tetap pergi, dengan atau tanpa ijin darimu" balasnya. Bara mendekatkan wajahnya, kini semakin dekat sehingga membuat Anna menahan nafasnya dan tangannya masih terulur kedepan menahan tubuh pria itu.

      Salah satu tangannya sudah berpindah ke pinggang Anna, menyentuh dengan lembut hingga membuat tubuh wanita itu bergetar. Bara mencium telinganya dengan perlahan, lalu berpindah ke leher dengan gerakan menggoda. Ia sedang menggoda istrinya saat ini. Tangan Anna yang semula menahan tubuh Bara, kini terlihat berpegangan pada bahu pria itu dengan pasrah.

       Entah kenapa lututnya terasa lemas. Bara tersenyum penuh kemenangan, perlahan Ia berbisik di telinganya, "Jam berapa kau harus pergi?" Suaranya pelan, seperti bisikan.

        "J..ja..jam 7." Jawabnya. Bara mengangkat wajahnya, menatap Anna dengan mata menyala. "Baiklah, kau boleh pergi setelah kau melakukan satu hal"

                            ***

Entah apa yang membuatnya begitu tertarik kepada Anna, jika dibandingkan dengan wanita-wanitanya jelas Anna jauh dibawah mereka.

      Tapi ia merasa bahwa Anna memiliki daya tarik tersendiri, yang membuatnya tidak pernah merasa cukup. "Bara, tunggu! Aku tidak bisa" cegahnya. “Ini semua hanyalah semata pernikahan sandiwara, apa kau lupa? Bagaimana dengan kontrak yang aku minta, kau belum memberikannya padaku sampai sekarang!”

   Bara berdecak sebal. 5 hari dan ia merindukan wanita ini. tapi lagi-lagi Anna menolaknya mentah-mentah. “Sedang dibuat, aku akan berikan padamu setelah semuanya selesai!”

    Kini dengan tidak sabar Bara menggendongnya. Membuat Anna ketakutan setengah mati, “Jangan berteriak, kau akan membangunkan seisi rumah nantinya.” Bisik Bara.

    “Apakah di dalam kontrak tertulish bahwa aku juga harus melayanimu di ranjang? Begitukah?” tanya Anna, putus asa. “Kau membayar keluargaku dan memperlakukanku seperti ini. aku bukan seorang pelacur, Bara!”

    Bara, merebahkan Anna dengan perlahan, duduk di sampingnya. Betapa ia sedang menahan gejolak gairah dan amarah yang sedang dibuat oleh wanita itu. Tapi ia tidak boleh gegabah. Ia tidak ingin Anna merasa tersakiti. “Kau salah Anna!” ujarnya, membelai lembut wajah Anna. Bara menelan ludahnya, menatap bibir ranum milik Anna. “Kau hanya terus membuatku tergila gila sekarang.” Pujinya. Membuat wajah Anna memerah tanpa sadar. “Dan kau salah satu hal! Kau adalah istriku, bukan seorang pelacur seperti anggapanmu.” Usai mengatakan itu, Anna seolah tersihir dengan irish mata Bara yang menatapnya tajam. Tanpa ia sadari, Bara sudah mengecup bibirnya dengan lembut.

       Anna menangis kembali, saat Bara hampir sepenuhnya menguasainya. "Jangan menangis Anna. jangan memohon dan tolonglah jangan menolak. Kau hanya akan memancing amarahku jika melakukan hal itu."

                             ***
Rusuh. itulah kata yang tepat untuk menggambarkan Mba Rita, Duwi dan Fitri. Bara lah sumber biang kerok atas semua ini. Pria itu bersikeras mengantarkannya sampai depan kantor dimana sudah ada 3 bus berukuran besar yang akan mengantarkan mereka hari ini ke Bandung.

       Melihat sebuah mobil mahal menepi disana bukanlah hal yang aneh, tapi melihat seorang Anna yang keluar dari dalamnya itulah yang membuat 3 pasang mata itu jadi penasaran. Terlebih saat mereka melihat Bara keluar dari sana bersamanya. “Anna,” Teriak Mbak Rita sambil melambaikan tangan. Ia hanya tersenyum kecut sambil berharap pria itu segera menghilang dari hadapan mereka.

      Namun yang terjadi malah sebaliknya, Bara berjalan memutari mobil dan berhenti dihadapannya. “Ada apa lagi? kau bisa pergi sekarang,” Kata Anna ketus, wangi tubuh suaminya sejak tadi terasa mengganggunya selama di mobil. Bukannya ia tidak suka, bukan itu. Hanya saja, terasa sedikit menggoda. Terlebih wajahnya masih sama seperti pagi tadi, bersemu merah.

       Bukankah ia membenci Bara? Benci karena pria itu memaksanya melakukan hal itu lagi, tapi kenapa wajahnya malah terasa panas merasakan pria itu di dekatnya. Terlebih tampil begitu rapi dan tampan seperti ini dihadapannya.

       “Aneh sekali mendengar kau mengusirku. Lihatlah seluruh temanmu melihat ke arah kita,” Bara memberitahunya. Anna sudah tahu hal itu, karena itulah dia ingin pria itu pergi sekarang juga. Tapi Bara bukannya lekas pergi, pria itu malah menarik tengkuk leher Anna dan mendaratkan ciuman ringan di keningnya. Membuat Anna terpaku sesaat. kenapa, ia tidak dapat berkutik saat Bara mulai kembali menyentuhnya! Anna mulai membenci dirinya sendiri.

     “Kita harus menampilkan kesan yang baik-baik dimuka umum, benar kan!” seru Bara, tersenyum licik

-----bersambung-----

BUKAN SUAMI PILIHAN - SUDAH TERBIT , TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE !!  https://plTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang