"Firly. Beli apa?"

"Ini. Es krim untuk calon anak." Aku mengernyitkan keningku. Calon anak? Jangan-jangan..

Aku tak bertanya lebih lanjut namun saat aku keluar restaurant bersama Firly dan Adel aku melihat Kiran dan Rissa.

"Kiran. Ini es Krimnya."

"Daddy. Daddy kok disini?" Kiran mengabaikan Firly karena dia terlanjur kaget dengan kehadiranku.

"Kiran. Daddy hanya makan siang."

"Daddy kenapa nggak pernah ngasih kabar Ke Kiran." Ucap Kiran sambil memegang salah satu tanganku. Aku menggaruk tengkukku. Aku sebenarnya juga merindukan Kiran namun aku takut untuk bertemu dengan Rissa.

Baru ingin menjawab pertanyaan Kiran tiba-tiba tangan Kiran terlepas dari tanganku dan dia terduduk dilantai. Hingga kusadari Adel yang menyebabkan hal tersebut. Dia yang membuat Kiran terjatuh.

"Kamu siapa sih manggil Devan dengan sebutan daddy." Ucap Adel dengan nada yang meninggi. Baru aku ingin menolong Kiran, Firly telah terlebih dahulu mengangkat Kiran.

Aku melihat Rissa yang terdiam dengan amarah yang berkobar dimatanya. Hingga tanpa kusadari Adel telah terjungkang kebelakang karena Rissa yang mendorongnya kuat.

"Kamu... berani-beraninya kamu menyakiti anakku." Sungguh aku merinding mendengar nada suara Rissa yang tenang namun penuh amarah didalamnya.

"Jadi dia anakmu. Harusnya kamu didik anakmu agar jangan memanggil orang lain sembarangan bitch." Cukup sudah.

Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan lebih jauh aku segera menarik Adel berdiri.

"Rissa maafkan aku." Lalu kualihkan pandanganku ke Kiran yang sedang memeluk leher Firly erat sambil menangis. Entah mengapa aku tidak suka melihat hal itu. Harusnya Kiran hanya berlindung kepadaku, bukan orang lain. Dan untuk pertama kalinya aku melihat dia menangis.

"Maafkan daddy sayang. Nanti daddy hubungin Kiran." Aku langsung menarik Adel pergi dari sana dan membawanya menuju mobilnya. Tadi kami memang kesini dengan mobil masing-masing.

"Kamu apaan sih!" Bentakku.

"Kamu yang apaan. Aku ini pacarmu. Nggak mungkin aku rela jika pacar aku di panggil daddy oleh orang lain. Kamu harusnya hargai perasaan aku Van."

"Tapi nggak seperti itu caranya Del. Dia itu hanya anak kecil. Bisa-bisanya kamu berbuat kasar."

"Tapi Van.."

"Cukup. Aku kembali kekantor dulu." Aku segera berbalik dan melangkah menuju mobilku. Tak kupedulikan teriakkan Adel yang memanggil namaku.

Tanganku terkepal menahan amarah yang rasanya sudah sampai diubun-ubun. Rasanya tidak percaya jika aku memiliki pacar sekasar itu.

Aku mengadahkan kepalaku keatas. Kanna. Benarkah kamu menginginkan aku bersamanya?

Rissa. Apa benar yang dikatakannya jika aku hanya kasihan padanya. Apa aku salah jika selama ini aku menganggap aku mencintainya. Tapi jika aku mencintainya harusnya aku memperjuangkannya. Tapi Kanna..

Arrgghh

Kubuka pintu mobil dan menutupnya sedikit keras. Kujalankan untuk kembali kekantor karena pekerjaan telah menungguku.

***

Rissa PoV

Kiran telah tertidur pulas. Diperjalanan tadi dia tak henti-henti menangis. Dia mungkin shock setelah mendapat perlakuan dan kata-kata kasar oleh kekasih Devan.

Huh.. aku menghembuskan nafasku kasar. Bagaimana mungkin Devan mendapatkan kekasih sekasar itu.

Kamu iri kan Rissa?

Listen To My HeartWhere stories live. Discover now