Prolog

15.4K 588 10
                                    

Devan POV

Ponselku berbunyi dan menampilkan nama Ayah Kanna. Ada apa ayah Kanna menelponku. Jangan-jangan Kanna menceritakan masalah kami kepada Ayahnya. Arrghh.. tapi sebagai lelaki aku harus menghadapi ini.

"Halo."

"Van. Ka..Kanna kecelakaan."

Tubuhku menegang mendengar suara laki-laki yang biasanya sangat bijaksana itu kini terdengar penuh duka. Kecelakaan. Ayah Kanna bercanda kan.

"Ke..kecelakaan. se..sekarang dia ada dimana Om?" Ayah Kanna menyebutkan nama sebuah rumah sakit.

Langsung saja aku melajukan mobilku menuju rumah sakit dimana Kanna berada. Tuhan. Jangan biarkan sesuatu terjadi kepada Kanna. Karena aku belum mengabulkan permintaan Kanna. Bukannya aku tak mau, hanya saja belum saat ini.

Flashback

"Nikahi aku Van." Aku yang saat itu sedang menyesap cappuchino tersedak mendengar permintaan wanita yang telah kupacari selama 5 tahun ini.

"Jangan bercanda sayang."

"Aku tidak bercanda. Lima tahun menjalin hubungan rasanya telah cukup bagi kita untuk berjalan ke jenjang yang lebih serius."

"Tapi kita masih muda sayang. Kamu baru berumur 23 tahun sedangkan aku masih berumur 22 tahun. Perjalanan kita masih panjang."

"Reynand seumuran denganmu namun dia telah memiliki anak. Yah meskipun Alluka telah berumur 24 tahun."

"Sayang. Dengerin aku. kita masih muda dan aku juga ingin mengejar karirku terlebih dahulu. Setidaknya aku akan menikah ketika umurku 25 tahun. Kamu tenang saja. aku setia sama kamu. Aku nggak akan berpaling darimu."

"Aku tahu. Sudahlah lupakan. Anggap saja aku tidak pernah mengatakannya."

Flashback off

Dia memang mengatakan agar aku melupakannya. Namun aku tahu saat itu dia sangat kecewa dengan keputusanku. Aku sangat bingung. Kami masih sangat muda. Meskipun Reynand yang seumuran kami telah menikah dan mempunyai anak. Namun rasanya aku belum siap untuk melakukan hal yang sama.

Terlebih lagi Reynand dan Alluka menikah karena Alluka yang telah hamil duluan. Yah meskipun mereka memang saling mencintai. Apalagi kakakku yang pertama juga baru saja menikahi kekasihnya.

Aku langsung menuju UGD karena ayah mengatakan jika Kanna masih di UGD. Dan disana aku melihat kedua orang tua Kanna yang dikawal oleh beberapa paspampres. Memang ayah Kanna terpilih lagi untuk menjadi presiden sehingga dia akan menjadi presiden selama dua periode.

"Om."

"Devan."

"Kanna pasti baik-baik saja Om. Devan yakin."

Pria berjas putih keluar dengan wajah yang sangat sulit ditebak.

Kami semua langsung mendatanginya. Firasatku buruk. Tidak Tuhan. Jangan ambil dia dariku.

"Maaf, sepertinya Nona Kanna tak akan tertolong lagi. Dia meminta seluruh keluarganya menemuinya. Dia hanya ingin menyampaikan pesan terakhir."

Aku geram mendengar perkataan dokter itu. segera saja ku tarik lengan bajunya.

"Usahakan yang terbaik untuk pacar saya." Bentakku pada dokter tersebut. Enak sekali dia mengatakan seakan-akan nyawa seorang manusia bisa dipermainkan.

"Devan, tenang,Nak. Sebaiknya kita temui Kanna saja." aku melepas cengkramanku pada kerah baju dokter tersebut.

Aku mengusap mukaku secara kasar dan mengikuti Ayah dan Bunda Kanna memasuki tempat dimana Kanna berada.

Listen To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang