9-Penolakan

5.1K 356 12
                                    


Devan POV

aku keluar dari kamar hotel bermaksud untuk kereceptionist dan melaporkan jika wastafel di kamarku mengalami kebuntuan. Hotel bintang lima ternyata juga bisa melakukan keteledoran ya?

Setelah melaporkannya aku ingin bergegas kembali kekamar untuk beristirahat. Besok kami sudah harus kembali ke Jakarta. Dan liburan selama empat hari ini cukup menguras tenaga. Namun tak masalah, karena aku bahagia.

"Devan." Aku langsung menoleh ketika mendengar namaku dipanggil. Aku kaget melihat wanita itu berada di depanku.

Namanya Adelline. Dia adalah sepupu sekaligus teman Kanna saat di perancis. Namun aku melihat dia dan Kanna tidak terlalu dekat. Untuk apa dia berada disini. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Hanya beberapa kali bertemu ketika aku datang keacara keluarga Kanna dan juga saat kami di perancis.

"Adelline."

"Nggak nyangka bakal ketemu disini. Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan ke kamu Dev. Aku baru mendengar jika kamu sudah pulang dari Perancis semenjak kepergian Kanna."

Aku mengernyitkan keningku. Dari mana dia tahu aku ke Perancis. Padahal aku sudah tidak berhubungan lagi dengan keluarga Kanna. Kecuali saat kemarin aku telah pulang dari Perancis aku sempat mengunjungi rumah orang tua Kanna. Dan aku tak bilang soal kepergianku, aku hanya bilang jika aku harus menenangkan diri selama dua tahun.

"Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan Adelline?" Tanyaku padanya saat kami telah duduk di sofa yang ada di loby hotel.

"Ini soal Kanna Van?" Kanna? Ada apa dengan Kanna. Apakah ada hal yang tidak aku ketahui tentang Kanna sementara dia tahu.

"Kenapa dengan Kanna?" Aku berusaha mendengar kan dengan seksama pembicaraan mereka.

"Dulu sebelum dia meninggal dia pernah mengirimiku pesan untuk menggantikannya menjadi pacarmu?"

"Kamu tahu kan jika aku teman dekat Kanna. Awalnya aku berusaha mengabaikannya. Namun aku merasa bersalah. Kamu harus menjadi kekasihku Van. Demi Kanna?"

Aku sangat kaget mendengar perkataannya. Benarkah Kanna menginginkan aku untuk berpacaran dengan Adell? Dia menyerahkanku pada sepupunya? Kanna. Kanna. Ah.. mungkin saja.

"Baiklah. Aku akan menjadi kekasihmu." Aku bahkan tak menyadari jika aku mengatakan hal tersebut. Yang aku tahu aku tidak boleh mengecewakan Kanna.

Rissa. Seketika nama itu langsung terngiang kepalaku. Ya Rissa. Bukankah aku mencintai Rissa? Tapi aku juga tak ingin mengecewakan Kanna. Anggaplah ini semua sebagai ganti karena aku tak bisa menuruti permintaan terakhir Kanna. Yaitu memintaku untuk menikahinya

Ya. Semua ini sudah benar. Meskipun aku harus mengorbankan perasaanku.

Tapi bagaimana dengan perasaan Rissa? Jika dia menerimaku sementara aku telah menjadi kekasih wanita lain.

"Van. Kamu mengapa melamun?"

"Ah tidak apa-apa. Aku harus kembali kekamarku. Besok aku harus kembali ke Jakarta."

"Baiklah. Bolehkan aku meminta nomormu. Aku kan sudah menjadi kekasihmu." Aku menyebutkan sederet angka yang merupakan nomor ponselku.

Setelah itu aku langsung kembali kemarku dengan sejuta fikiran yang berterbangan diotakku. Kenapa semuanya menjadi bertambah rumit?

Apa aku yang menyebabkan semuanya bertambah rumit.

***

Rissa POV

Aku hanya memperhatikan gumpalan awan yang ada dibawah sana. Iya. Dibawah. Karena aku sedang berada dipesawat yang membawa kami kembali ke Jakarta.

Listen To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang