10-Kekasihnya

5.5K 370 17
                                    

"Sepertinya aku datang tepat waktu."

"Ka.. kakak kok bisa ada disini?" Tanyaku bingung. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja dia telah berada didepan mataku.

"Om Firly."

"Hai cantik. Om mau jalan-jalan sama kamu boleh kan?" Dia datang kesini untuk menyusul kami?

"Kakak datang kesini untuk menyusul kami?" Tanyaku seraya melebarkan pintu agar Firly dapat masuk.

"Nggak. Aku hanya menyusul Kiran. Nggak menyusulmu." Firly tertawa. Bahkan Kiranpun ikut tertawa.

Dasar.

"Yaudah ayo. Kiran nggak keberatankan kalau om ikut sama Kiran."

"Nggak apa-apa kok Om. Ayo.."

Dan akhirnya seharian itu kami habiskan untuk berkeliling Trans Studio Bandung bertiga. Aku merasa semua ini dilakukan Firly agar dia lebih dekat dengan Kiran.

Aku tidak tahu apakah dia tahu tentang hubunganku dengan Devan. Dan Kiran pun tak ada membahas tentang daddynya lagi setelah tadi malam. Mungkin dia mengerti jika saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membahas daddynya.

Mungkin aku juga harus meminta Devan untuk tetap menghubungi Kiran meskipun dia telah mempunyai kekasih.

Ah.. nyeri itu datang lagi. Nyeri saat menyadari jika dia telah mempunyai kekasih.

"Ris.. Rissa." Aku terkaget ketika kurasakan tangan Firly terasampir dipundakku.

"Ah ya kak."

"Kamu melamun. Ada apa?"

"Maaf. Hanya sedikit lelah."

"Kamu mau balik ke hotel? Lagi pula ini sudah sangat sore sekali. Kiran juga sudah lelah sepertinya."

"Iya Om. Kiran udah lelah. Ayo pulang Bun Om."

Firly menggendong Kiran yang memang terlihat mengantuk. Selama seharian ini Kiran lumayan dekat dengan Firly. Meskipun aku melihat Kiran lebih luwes jika bersama Devan. Mungkin karena Firly baru saja dikenalnya.

***

Devan POV

Berulangkali aku melirik ponselku dan menimbang apakah aku harus menghubungi Rissa atau tidak. Entahlah. Aku ingin menghubunginya namun aku merasa tak pantas jika aku harus menghubunginya setelah perlakuanku kemarin yang kurasa sangat brengsek sekali.

"Devan. Kamu dengarin aku nggak sih." Aku kembali ke kenyataan jika sekarang sedang makan siang bersama Adel.

"Maaf."

"Kamu ini gimana sih Van. Aku sudah cerita panjang lebar tentang barang-barang yang kumau kamu malah nggak merhatiin aku." Aku mendengus pelan. seingatku tiga hari yang lalu aku telah menemaninya mengelilingi mall dan membelikannya semua yang ia mau.

"Bukannya tiga hari yang lalu kamu baru saja berbelanja?"

"fashion itu selalu update van." Kilahnya.

Bukannya aku tak mampu untuk membelikannya. Hanya saja keluargaku tak ada yang seperti itu. Bunda tipe orang yang tidak terlalu suka membuang uang untuk berbelanja. Bahkan ayah yang selalu memaksa Bunda untuk berbelanja. Apalagi Ara yang memang sedikit tomboy.

Kanna dulu pun begitu. Hanya berbelanja yang ia butuhkan saja.

"Baiklah. Aku harus kembali ke kantor." kataku setelah menghabiskan makananku.

Kami pun keluar dari restaurant setelah aku membayar makanan kami.

"Devan." Aku menoleh dan melihat Firly dengan membawa bungkusan ditangannya.

Listen To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang