"Tuan semua informasi yang tuan butuhkan sudah saya dapatkan dan ini foto-fotonya juga." Dia menyodorkan sebuah amplop coklat kepada tuannya itu.

Arjuna memgambil amplop itu dan perlahan membukanya. Foto pertama yang dilihatnya wajah seorang gadis dengan rambut yang terkuncir dua sedang tersenyum lebar sembari memeluk seorang wanita tua. Foto itu terlihat sangat usang. Jo pasti menemukannya di desa tempat asal Bunga. Harusnya Jo menjadi anggota FBI karena keahliannya ini.

"Namanya Bunga Melati, desanya cukup terpencil, dan dia dulu hanya hidup dengan neneknya. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal karena sebuah kecelakaan. Pendidikannya hanya sampai bangku SD kelas 5, hingga sekarang dia sudah berhenti sekolah. Di usia 13 tahun Bunga melahirkan anak lelaki yang bernama Alif Muhammad Akbar. Sekarang anak itu berusia satu tahunan." Jelasnya panjang lebar.

Sedangkan Arjuna sibuk melihat foto-foto yang di pegangnya. Terlihat mengacuhkan penjelasan Jo namun sebenarnya dia memperhatikan setiap penjelasan yang Jo terangkan.

"Menurut dari perhitungan saya, masa kehamilan Bunga dan kedatangan tuan ke sana itu sangat kuat kemungkinan Bunga memang mengandung anak anda." ucap Jo menghentikan kegiatan Arjuna memperhatikan foto-foto itu.

"Berapa persen kemungkinan anak itu adalah anakku Jo? Aku bahkan sudah hampir lupa dengan wajah gadis yang dulu kunodai itu." Jawabnya seraya melanjutkan kegiatannya.

"98% sisanya 2% hanya tes DNA yang bisa membuktikan." ucap Jo mantap.

"Jadi kemunculannya sekarang memang untuk menuntut pertanggung jawabanku." tebaknya.

"Saya rasa tidak. Kemungkinan besar bahkan dia tidak tahu kalau anda ada di kota ini. Beberapa orang desa bilang, Bunga sangat tidak ingin bertemu dengan pelaku atas pemerkosaan yang terjadi pada dirinya. Alasan dia ada di kota ini tak lain hanya bekerja bersama sahabatnya yang tadi datang bersama tuan Bara."

Arjuna mengangguk mengerti. Lalu kembali menatap foto-foto itu. "Lalu?"

"Dia sebatang kara, Neneknya sudah meninggal beberapa waktu lalu." Jo terdiam melihat tatapan Arjuna yang sulit diartikan.

Foto yang ditatapnya adalah foto Bunga yang paling baru "Foto itu diambil tadi sore saat Bunga menemani anaknya bermain di taman. Menurut informasi orang sekitar, Bunga memang sangat sering bermain di taman itu." tanpa permintaan tuanya Jo tetap menjelaskankan foto itu. Foto dimana Bunga tersenyum melihat kelucuan anaknya.

"Alif ..." gumam Arjuna.

Arjuna menatap foto saat Bunga masih berusia 12 tahun dengan foto yng sekarang, Arjuna sadar ada perubahan signifikan disana.

Mata Bunga yang sekarang lebih redup, entah sudah seberapa banyak penderitaan yang dialami gadis kecil itu.

"Sejak kehamilannya seluruh desa mengucilkannya bahkan dia yang bermaksud melanjutkan sekolah harus berhenti ditengah jalan. Padahal warga desa mengatakan dia anak yang cerdas dan berprestasi." Jo menjelaskan walau sang majikan tak memintanya.

Arjuna terlihat hanya diam dan terpaku masih menatap foto itu.

"Kembalilah, aku butuh sendiri." ucapnya dingin. Dan Jo pun pergi meninggalkannya. Membiarkan tuannya untuk berpikir.

***

"Alif ..., Pelan-pelan nak!"

Semakin hari Alif semakin lincah saja, Bunga sudah hampir kewalahan menghadapi anaknya. Namun saat Bunga hendak menangkap anaknya. Sebuah tangan besar sudah menangkapnya terlebih dahulu. Tangan itu bahkan melayangkan Alif ke udara. Bunga jelas saja harus mendongak.

Namun matanya langsung melebar dan kemarahannya kembali menyala. Pemilik tangan itu mengangkat Alif lalu matanya meneliti balita kecil yang diangkatnya.

Little MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang