Chapter 3 [Sosok Lain]

7.1K 743 75
                                    

Tiada hentinya bel berbunyi. Malah bunyinya semakin bising seperti ada yang menaikkan volumenya. Merasakan keadaan setegang ini membuat Hana menangis ketakutan. Jin yang berada di sebelahnya menenangkan Hana. Sedang mengamati setiap sudut tempat dengan jeli, si penjaga sekolah tiba-tiba terlihat aneh.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Jimin panik.


"Ce-patlah- pergi- atau kau- akan- merasakan- pende-rita-an dari-nya" perintahnya yang nampak seperti tercekik.

Sangat terpaksa Jimin harus meninggalkan teman barunya alias si penjaga sekolah ini dengan kondisi mengerikan. Ketika Jimin menoleh ke belakang untuk mengajak teman-temannya, rupanya mereka sudah hilang entah ke mana. Mereka sepertinya telah pergi mendahului Jimin. Dalam pemikiran Jimin sekarang adalah yang penting ia menjauh dari sini secepat mungkin. Jimin asal mengambil arah dan hanya terus berlari. Terpenting ia bisa lebih jauh dan jauh lagi. Kalau ia beruntung, pintu keluar akan menampakkan diri di depan mata.

Lelah memang berlari terus tanpa henti, namun hanya itu jalan satu-satunya untuk melarikan diri. Ia akan terus berlari sampai kakinya tak mampu lagi. Seiring waktu berlalu, tenaga Jimin melemah. Persediaan tenaganya telah menipis menyebabkan pergerakan kaki Jimin melambat. Tetap ia paksa kakinya berlari. Keringatnya menetes ke lantai pada setiap langkah. Berpuluh-puluh langkah ke depan, tenaganya benar-benar habis tak ada sisa. Berbeloklah anak ini ke sebuah kelas agar ia bisa beristirahat sebentar dengan tenang.

Alasan ia memilih kelas sebagai tempat beristirahat adalah untuk bersembunyi kalau-kalau hal tak diinginkan terjadi di lorong. Contohnya seperti kedatangan makhluk halus itu yang wujudnya sama sekali belum dia ketahui.


5 menit sudah lewat. Tenaganya belum juga terisi penuh. Andai tenaga manusia dapat diisi dengan cepat seperti bahan bakar pada mobil, mungkin ia tak perlu menunggu selama ini. Menunggu membuatnya bosan, iseng-iseng ia memainkan ponsel mencari hiburan. Sebuah ide muncul begitu saja belum lama ia memainkan ponsel miliknya. Terpikir oleh lelaki ini untuk menghubungi orang tua atau kerabat dekat dengan tujuan meminta tolong. Mungkin mereka akan menganggap Jimin gila, tapi ia berharap mereka bisa datang ke sini mendobrak pintu sembari membawa pihak berwajib.

Coba ia mengubungi ibunya. Baru saja orang pertama yang ia hubungi, tapi gagal. Ponselnya mengatakan " Pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan". Tangannya gatal ingin melempar ponselnya keluar jendela. Tapi ia menahan mimpinya itu karena ponsel ini didapatkannya dengan susah payah. Bertahun-tahun ia menabung hanya untuk satu ponsel ini. Selama itu seringkali saat uangnya sudah mencukupi, ternyata ada kebutuhan lain yang lebih mendesak sehingga harus mengorbankan uang-uangnya itu begitu saja.

Mengingat keinginannya tadi untuk melempar ponsel keluar jendela, ide kedua muncul. Segera ia menghampiri jendela yang ada di dalam kelas ini. Jendela ia buka dengan mudah sebab tak terkunci. Namun baru Jimin sadari bahwa seluruh jendela di sekolahnya dipakaikan jeruji besi. Banyak faktor pemicunya, salah satunya akibat ulahnya juga. Pernah beberapa kali ia mencoba kabur lewat jendela dan tertangkap basah oleh guru bahkan kepala sekolah. Mulai semester sekarang pengamanan semakin diperketat dengan dipasangnya jeruji besi. Yang bisa keluar-masuk jendela hanya angin yang berhembus.


Secara samar terdengar bunyi lain di luar kelas selain bunyi bel.

"Sial!" umpat Jimin kesal.

Dirinya mulai diliputi keputus asaan. Perkiraannya itu adalah suara si makhluk halus alias hantu. Bola matanya penasaran sehingga mengintip ke luar lewat lubang kunci yang ada di pintu. Bola mata muncul di lubang kunci dari luar sana. Entah bola mata milik siapa, tapi itu membuat jantung Jimin seolah akan meledak. Teriakan kaget sudah berada di ujung tenggorokan. Semampunya Jimin menahan itu. Di pintu Jimin diam dengan tujuan menahan pintu jika ada yang mencoba membukanya. Memastikan orang misterius itu masih ada atau tidak, Jimin mengintip lagi lewat lubang kunci. Yang muncul di lubang pintu adalah lubang hidung seseorang.

School's BellWhere stories live. Discover now