Musibah dan Hikmah 2

Depuis le début
                                    

"bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu, setelah mendengar Fajar mengucapkan ijab kabulnya. Suasana yang sebelumnya hening dan mencekam, berubah menjadi riuh gembira.

"sah." jawab mereka semua yang berada didalam masjid itu, ucapan alhamdulillah bergemuruh menghiasi ruangan suci itu.

Senja mendengar dengan jelas semuanya, dari saat Ayahnya mengucap ijab, lalu Fajar mengabulkan, dan kata "sah" dari banyak orang. Tanpa terasa air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya, disamping kanannya ada Ibunya, sedang disamping kirinya ada Tari sahabatnya. Mereka satu sama lain menghapus air mata Senja dan memeluknya erat. Walaupun mereka juga tidak bisa menahan air mata mereka sendiri, rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu.

"udah ndok, jangan nangis lagi, nanti dandanannya luntur ndok." ucap Ibunya.

"iya Ja, selamat ya? Sekarang bukan waktunya untuk menangis. Ayo bangun, kita harus ketempat Fajar untuk bertukar cincin dan ritual lainnya." Tari dan Ibunya menggandeng tangan Senja, berjalan menuju ruangan yang sudah disiapkan.

Disana Senja melihat Fajar sedang berdiri menunggu kedatangannya, dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, begitu pula dengan Senja. Para hadirin memberikan tepuk tangan dan banyak yang berucap syukur menyaksikan kebahagiaan yang terlihat dari sepasang sejoli itu.
Saat Senja sudah berada didepan Fajar, Senja dengan ragu-ragu mencium punggung tangan laki-laki yang kini berstatus suaminya. Dan Fajar mencium puncak kepala wanita yang dipilih untuk menemani hidupnya itu.
Kemudian disusul dengan acara tukar cincin, dan mereka menandatangani berkas-berkas yang dibawa oleh pihak KUA.
__________

Setelah acara selesai, keluarga Senja pamit pulang ke Pekalongan lebih dulu untuk mempersiapkan acara resepsi yang hanya akan mengundang keluarga, tetangga dan teman-teman dekat saja. Senja ditahan oleh Ibunya Fajar untuk tinggal dirumahnya, besoknya mereka baru berangkat menyusul ke Pekalongan. Karena sebenarnya beliau juga belum rela membiarkan Fajar dan Senja pergi keluar negeri, apalagi untuk waktu yang cukup lama. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah pada dasarnya semua akan merasakan perpisahan? Hanya waktu dan caranya saja yang berbeda-beda.

"Fajar, baju mana aja nih yang mau dibawa?" tanya Senja, ketika sedang membereskan perlengkapan yang akan mereka bawa besok kerumah keluarga Senja.

Fajar berjalan mendekati Senja yang masih terlihat kaku dan gugup. Fajar malah tersenyum menggodanya, dan Senja tidak berani menatap Fajar. Rasa malu itu masih ada, karena mereka baru hitungan jam menikah. Senja jadi salah tingkah saat berbicara dengan Fajar, sulit sekali menetralkan detak jantungnya.

"bukannya jawab, malah senyum-senyum kayak gitu, huh."

"apapun yang kamu siapkan, aku tidak akan menolaknya." Fajar kemudian duduk disamping Senja, tanpa menyisakan jarak sedikitpun diantara mereka. Taukah apa yang terjadi pada Senja? Tangannya sampai mendingin begitu saja, aliran darahnya seakan berhenti bekerja, dan jantungnya sulit untuk berpacu dengan normal. Fajar memegang tangan Senja yang sudah dingin itu, menggenggamnya menyalurkan kehangatan. "kamu masih gugup aja... Atau kamu takut berada didekatku?"

Senja menggelengkan kepala cepat, "tidak, aku bahagia..."

"lalu kenapa kamu tidak mau menatapku? Apa lantai lebih menarik perhatianmu daripada wajah suamimu ini?"

Senja memberanikan diri menatap wajah Fajar dengan jarak yang sangat dekat itu. Disana didapatnya senyuman Fajar yang nampak sempurna bagaikan bulan sabit. "bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" tanya Senja kemudian.

"apa itu?" Fajar balik bertanya.

"jangan terlalu dekat, rasanya aku kehilangan oksigen untuk bernafas, hingga, hingga jantungku berdetak tidak normal."

"hahahaha." bukannya menjauh, Fajar malah semakin merapatkan duduknya dengan Senja, dan merangkum wajah Senja supaya fokus menatap dirinya. "kalo aku tidak mau, gimana?"

"kamu nyebelin!" ucap Senja.

"biarin." Fajar menempelkan keningnya dengan kening Senja yang sudah tidak memakai kerudung itu. Rambutnya terurai basah, karena baru selesai mandi. "berjanjilah, kamu akan selalu berada disampingku apapun yang terjadi."

"aku tidak bisa berjanji, karena aku tidak tau rencana seperti apa yang Allah persiapkan untuk kita. Tapi aku akan berusaha untuk selalu ada untukmu, walau tidak selalu disampingmu."

"terimakasih Senja... Aku tidak bisa menjanjikan kebahagiaan dunia untukmu, tapi aku ingin kita ciptakan kebahagiaan itu dalam setiap hari, jam, menit dan detiknya saat kita bersama. Aku juga tidak bisa menjanjikan kebahagiaan surga untukmu, tapi aku ingin kita bangun surga itu bersama, membagi suka maupun duka, menghadapi semuanya bersama. Karena kini, kamu adalah separuh dari diriku, dan aku adalah separuh dari dirimu. Saat kita terpisah aku bukanlah aku, dan kamu bukanlah kamu. Kita ada untuk saling melengkapi..."

"iya, kita jalani semuanya bersama..."

***___***

Maafkan jika part ini agak-agak kurang pas, aku belum bisa membayangkan lebih jauh, karena....
Sudahlah tidak perlu dijelaskan 'karena'nya ya :)
Dan, aku ucapkan terimakasih, untuk semua yang sudah mampir membaca :)

Fajar dan Senja {ending}Où les histoires vivent. Découvrez maintenant