Angin Persahabatan

4.1K 242 2
                                    

Jangan mengejar angin, karena kau takkan mampu menggenggamnya,
Tapi...
Diam dan rasakanlah hadirnya, walau tak terlihat oleh mata.
Diwaktu siang maupun malam,
Angin selalu ada, dengan terpaan yang tiada sama...

***___***

Minggu siang itu, cuaca sedang tidak stabil. Sebentar hujan, sebentar terang, sebentar gerimis, sebentar panas. Tidak bisa diduga, berubah-ubah dalam hitungan jam.
Senja berniat ke rumah Tari untuk mengambil barangnya yang tertinggal disana, ketika menginap dulu.
Ditengah perjalanan, Senja mampir di penjual martabak yang sering dibeli Tari, iya itu makanan kesukaan Tari. Senja ingin membawakannya untuk Tari. Setelah mendapatkan yang dicarinya, Senja menuju halte tempat menunggu bus, tapi yang Senja tunggu adalah angkot untuk mengantarnya kerumah Tari. Belum sempat Senja berjalan ke halte, tiba-tiba hujan turun, memang tidak terlalu deras, tapi tidak bisa disebut gerimis juga. Senja jadi berlari asal mencari tempat berlindung, ditoko buku yang berada tidak jauh dari penjual martabak tadi.

"Senja ngapain disini?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari toko buku itu.

Senja menengok kearah suara itu, dan mendapati Awan sedang memperhatikannya, "eh kak Awan... Ini habis beli martabak, lupa gak bawa payung, jadi nungguin hujan reda disini dulu, hehe" Senja tersenyum canggung, "kak Awan sendiri ngapain? Habis beli buku ya?"

"iya nih Ja... Mau bareng ga? Aku anterin, sekalian pulang."

"gak usah kak, terimakasih. Aku nunggu hujan reda aja."

Awan tidak tega meninggalkan Senja sendirian, memang sih banyak orang disekitarnya, tapi tetap saja rasanya tak tega.
Melihat Awan tak kunjung pergi, Senja jadi heran melihatnya, "kenapa kakak masih disini? Bukannya kakak udah mau pulang?"

"iya, nanti dulu, mau nemenin kamu dulu, boleh kan?"

"apaan sih kak, aku bukan anak kecil. Jadi lebih baik kakak pulang aja, aku gak apa-apa kok."

"baiklah kalo kamu maunya begitu, aku duluan ya Ja, assalamualaikum."

"iya kak, hati-hati, wa'alaikumsalam."

Awan berlalu menuju mobilnya, tidak lama kemudian dia kembali membawa 2 payung. Satu dipakainya, satunya lagi dia berikan pada Senja. "mungkin ini bisa melindungimu, jika hujan tak kunjung reda."
Senja hanya mengangguk dan tersenyum, seraya mengucapkan terimakasih pada Awan. Setelah itu Awan benar-benar pergi meninggalkan Senja.
_______

Hujan belum reda, masih ada rintik-rintik air yang terus jatuh ke bumi. Kini Senja sedang berjalan menuju rumah Tari, setelah sebelumnya Senja naik angkutan umum.
Tiba-tiba Senja menghentikan langkahnya, melihat pemandangan yang ada didepannya. Disana ada Tari dan Fajar yang sedang menggendong Vina sambil memegang payung menghindari rintik hujan. Mereka tertawa bersama, Tarimenertawakan Fajar yang kesulitan menggendong Vina dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya memegang payung, dan Tari memberikan rantang yang entah isinya apa pada Vina, kemudian mereka pamit pada Tari, pulang kerumah mereka.
Senja masih diam ditempatnya, dengan pikirannya yang sudah mulai tidak terkontrol, rasa curiga dan cemburu menghampirinya. Astaghfirullahaladzim, segera dia tepis rasa itu. Tidak! Dia tidak boleh berpikir negatif. Setelah Fajar dan Vina tidak terlihat lagi, Senja baru melanjutkan langkahnya menuju rumah Tari.

"assalamualaikum..." ucap Senja, didepan rumah Tari.

"wa'alaikumsalam," Tari segera membukakan pintu dan terkejut melihat Senja ada didepan rumahnya hujan-hujan begitu. Setelah mempersilakan masuk, Senja memberikan martabak yang dibelinya dijalan tadi.

"terimakasih ya Ja, sampe repot-repot begini...kamu pasti mau ngambil baju yang tertinggal disini ya kan?" Tari terus saja mengajak Senja bicara, dengan cerianya. Sampe tidak menyadari bahwa yang diajak bicaranya hanya diam dan mengangguk saja, tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang