Masih Berharap

4.2K 250 2
                                    

Banyak kisah sebelum senja
Banyak duka sebelum suka
Banyak perjuangan
Sebelum mencapai kemenangan...
Lewati semuanya dengan bersyukur
Untuk datangkan bahagia...

***___***

Fajar mengantarkan Senja dan adik-adiknya juga Tari, pulang ke rumah mereka. Mereka memilih berjalan kaki walaupun jaraknya cukup jauh. Dengan berjalan kaki, mereka juga bisa menikmati suasana malam. Langit yang penuh bintang menambah keindahan malam itu.
Fajar dan Seno berjalan didepan, Senja, Tari dan Sani berjalan dibelakang mereka. Fajar membuka ponselnya, mengetik pesan untuk Senja. Walaupun sebenarnya mereka berdekatan, tapi pembicaraan yang ingin dibahasnya, tidak boleh didengar oleh semua orang.

Drrrttt...drrrttt...ponsel Senja bergetar, dan segera dibukanya.

Fajar:
"siapa Ilham itu? Jangan sembunyikan apapun dariku, karena akupun akan selalu berusaha jujur padamu."

Senja menarik nafas panjang, berjalan agak lambat dari Tari dan Sani. Lalu membalas pesan dari Fajar itu.

Senja:
"dia masa laluku waktu SMP. Dia juga pernah memintaku pada orangtuaku, dan kemarin aku menolaknya. Karena hatiku sudah terpaut pada yang lain."

Fajar:
"akukah itu?"

Fajar tersenyum membaca balasan dari Senja, membuat Seno yang berjalan disebelahnya heran, kenapa nih orang senyum-senyum sendiri?

Senja:
"apa perlu diperjelas?"

Senja juga mengulum senyumnya saat membalas pesan dari Fajar. Mengundang tanya dari Tari dan Sani. Setelah memperhatikan disekitar mereka baru sadar, ternyata dari tadi sepertinya Fajar dan Senja sedang mengobrol lewat pesan. Deket-deketan aja pake smsan, saking apanya coba?

"ekhem, ekhem...berasa dunia milik berdua kali ya?" Tari menyindir mereka, tapi yang disindir masih hanyut dalam perasaan masing-masing. "Senja...Fajar...kalian anggap kita ini apa?" seketika mereka semua menghentikan langkah. Fajar dan Senja yang mengerti maksud Tari langsung memasukan ponsel mereka dalam saku. Dan Tari tertawa melihat mereka, lagi-lagi salah tingkah.

"apa-apaan sih Ri! Kamu tuh kadang sok tau ya?" kata Senja mencoba menutupi salah tingkahnya.

"liat-liat dulu kalo mau ngobrol tuh, mending juga ngomong langsung, biar yang lain gak berasa ngontrak," kata Tari sambil tersenyum puas.

"iya nih kak Senja ama kak Fajar senyum-senyum berdua aja, kita-kita gak dianggep!" Sani juga ikut menimpali.

"udah, udah...jangan dibahas lagi, bentar lagi juga udah nyampe nih." Seno menengahi, kasihan juga melihat kakaknya dan calon kakak iparnya digoda begitu.

"nah, ini baru adik ipar yang baik..." ucap Fajar sambil menepuk-nepuk pundak Seno. Seno hanya membalas dengan senyum canggung campur bahagia.

Sesampainya dirumah, Fajar langsung pamit pulang. Selama berada di Pekalongan, Fajar dan Mamahnya menginap disalah satu hotel yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Senja.
Dari mana Fajar tau rumah Senja? Tentu saja dari om Herman, yang dari awal menjadi pendukung untuk menyatukan mereka.
________

Fajar melihat Mamahnya tertidur disofa, mungkin sedang menunggu kepulangannya. Fajar duduk disampingnya, memperhatikan siluet wajah Mamahnya itu. Beliau masih terlihat cantik, diusianya yang semakin menua, sudah ada garis-garis keriput diwajahnya. Wanita yang begitu menyayanginya, wanita yang selalu berusaha mewujudkan semua inginnya, termasuk saat ini. Beliau memperjuangkan semua untuk kebahagiaan anaknya. Mamah, aku mencintaimu...terimakasih untuk semua yang Mamah berikan pada Fajar. Fajar akan berusaha menuruti semua perintah Mamah... Lirih Fajar sambil mencium pipi Mamahnya.

Mamah Fajar terbangun, karena merasakan ada yang menyentuh pipinya, "baru pulang nak?"

"iya Mah, Mamah kenapa tidur disini?"

"nungguin kamu...kamu habis dari mana aja nak?"

"tadi dari pasar malam Mah, ketemu Senja juga."

"jadi...kamu habis ngedate sama nak Senja?"

"gak gitu Mah. Kami gak sengaja ketemu disana, Senja juga sama Tari dan adik-adiknya. Terus pulangnya Fajar anterin."

Mamahnya hanya membalas dengan senyuman lebarnya. Hidupnya terasa sempurna, saat melihat anaknya bahagia.

"Mamah koq malah senyum kayak gitu?"

"Mamah senang melihatmu bahagia nak, karena orangtua pasti akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak-anaknya."

"terimakasih ya Mah..." Fajar memeluk Mamahnya, "besok Papah jadi kesini kan Mah?"

"insya Allah jadi nak...kamu udah kasih tau nak Senja belum?"

"Fajar lupa Mah, hehe...ya udah, Fajar sms aja deh."

Fajar kemudian mulai mengetik pesan untuk Senja. Sedangkan Mamahnya memilih masuk kamar, meninggalkan Fajar.

Fajar:
"Senja...insya Allah besok aku dan orangtuaku datang kerumahmu."

Fajar berjalan kekamarnya. Sesampainya dikamar, saat Fajar sudah berbaring dikasurnya, ponselnya bergetar, ternyata Senja langsung membalas pesannya.

Senja:
"iya...aku tunggu."

Fajar:
"istirahalah, sudah malam...assalamualaikum."

Senja:
"kamu juga...wa'alaikumsalam."

Kemudian mereka terlelap dalam tidur masing-masing, ditempat yang berbeda. Dengan senyum mengembang dibibir mereka. Siapapun yang melihat, tentu mengerti arti senyum bahagia itu.
________

Keesokan harinya, dirumah Senja sibuk mempersiapkan untuk acara penyambutan kedatangan keluarga Fajar. Bapak Senja juga mengambil libur dihari itu. Tapi Seno dan Sani tetap diharuskan untuk berangkat sekolah.
Pukul 10.00 pagi, keluarga Fajar sudah pada datang, om Herman dan istrinya juga turut serta dalam acara itu. Acaranya memang tidak terlalu formal, hanya sebatas lamaran secara resmi saja.
Setelah saling berunding, akhirnya ditetapkan 2 bulan lagi pernikahan Fajar dan Senja diselenggarakan.
Hanya bahagia yang terasa dalam sepanjang acara itu, semua terlihat begitu indah dipandang mata, semoga indah pula hati mereka.
Acara lamaranpun berakhir, ketika adzan dhuhur berkumandang. Sebagian besar mereka shalat dimushala dekat rumah Senja.

Setelah shalat dan makan bersama, keluarga Fajar pamit langsung kembali ke Jakarta. Senja dan Tari juga sempat diajak berangkat bersama, tapi dengan sopan mereka menolak. Lumayan masih ada satu malam lagi waktu berkumpul bersama keluarga, batin Senja.
_________

"apa tidak bisa sedikit aja kau berbagi bahagia denganku?"

"maksudmu?" tanya Senja.

"tidak. Tidak bermaksud apa-apa...selamat ya?"

"iya, terimakasih...semoga kau juga bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku."

"selamanya kaulah yang terbaik bagiku...seandainya nanti ada seseorang yang akan bersanding denganku, dia bukanlah yang terbaik, dia hanya salah satu dari yang baik."

"Ilham, kamu tidak boleh seperti ini! Allah tidak menakdirkan kita bersatu, pasti ada alasannya. Dan alasannya karena aku bukan yang terbaik untukmu. Tolong ikhlaskan aku...kamu harus bisa membuka hatimu untuk yang memang pantas untukmu, dan itu bukan aku. Maafkan aku Ilham, tapi tolong berhenti mengikutiku!" Senja kemudian berlari meninggalkan Ilham. Awalnya Senja tidak sadar, kalau ada yang selalu mengikutinya. Sampai sore tadi saat Senja pergi ke warung dekat rumahnya, ditengah perjalanan pulang, Senja berbalik arah kembali lagi ke warung itu karena ada yang lupa dibelinya. Dan disaat itu Senja melihat Ilham yang kepergok sedang mengikutinya.

"selama aku bisa, aku akan selalu menjagamu, walau itu dari jauh." teriak Ilham saat Senja sudah pergi menjauh darinya, tapi Senja pasti masih bisa mendengarnya.

***___***

Kadang, Allah tidak mengabulkan apa yang kita inginkan,
Tapi Allah akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan.
Ingatlah... Allah tau apa yang terbaik bagi kita.

Fajar dan Senja {ending}Where stories live. Discover now