Jawaban

5.7K 294 4
                                    

Mentari akan selalu bersinar
Sebagaimana takdirNya...
Membagi seluruh cahayanya
Tanpa memilih ataupun memihak
Semuanya sama rata
Menerima cahaya dari sinarnya...
Ia takkan mengeluh ataupun lelah
Karena ia terlalu mencintai Sang Pencipta
Hingga ia rela jadi apapun sebagaimana tugasnya
Menyinari dunia setiap hari,
Setelah kepergian fajar,
Sampai datangnya senja...

***___***

Dua minggu setelah kejadian itu, Senja dan Tari menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Dimanapun mereka bersama, mereka tidak akan merahasiakan apapun yang menyangkut persahabatan diantara mereka. Namun Senja selalu menolak, ketika Tari mengajaknya datang kerumah Tari. Senja belum siap jika tiba-tiba bertemu dengan Fajar disana, karena rumah Tari dan Fajar tidak terlalu jauh. Dan Tari mengerti alasan Senja.

Mereka sedang berada dikantin kantor, saat jam istirahat makan siang. Dengan ragu-ragu Tari ingin memulai pembahasan tentang Fajar, karena Tari merasa Senja pasti belum memberi jawaban pada Mamah Fajar.

"Ja...kapan kamu akan menjawab pertanyaan Mamah Fajar itu?"

"gak tau Ri, aku bingung. Kamu yakin gak mau aku kenalin pada Beliau?"

"tidak usah Ja. Itu hanya akan membuat masalah, dan aku gak mau menambah pikiran mereka tentang aku. Lagian aku kan emang udah kenal dengan mereka Ja. Aku baik-baik aja koq, mungkin akan semakin baik kalo aku melihat kamu dan Fajar bersatu."

"kamu ngomong apa sih Ri? Aku gak akan bahagia, jika kamu belum menemukan kebahagiaan juga, dalam hal ini pendamping."

"maksudmu apa Ja? Jangan bilang kalo kamu akan menolak Fajar?"

"jika itu yang terbaik, kenapa gak Ri..."

"gak Ja, kamu tidak boleh menolaknya! Aku akan baik-baik aja koq, jangan khawatirkan aku Ja."

"kalo gitu, aku akan menunggu sampai kamu menemukan calon pendamping Ri."

"kamu kira gampang menemukan jodoh? Jodoh itu sudah diatur oleh Allah Ja, siapa orangnya dan kapan waktunya, semua itu sudah tertulis dilauhul mahfudz."

"aku tau Ri...jika Fajar jodohku, tentu Fajar mau menungguku. Tapi jika tidak, berarti dia bukan jodohku. Aku yakin ini pilihan terbaik untuk kita. Karena aku gak mau bahagia diatas luka orang lain, apalagi orang itu sahabatku sendiri."
Senja menggenggam kedua tangan Tari yang duduk didepannya, sedangkan makan siang mereka memang sudah habis dari tadi.

"kenapa kamu berpikir seperti itu sih Ja? Terus kapan kamu akan memberitahu Mamah Fajar? Apa perlu aku temani kerumah mereka, biar aku yang menjelaskan, karena tidak seharusnya kamu melakukan itu untukku."

Tiba-tiba ponsel Senja bergetar, terdapat satu pesan didalamnya. Tari juga melihatnya, karena ponsel itu diletakkan diatas meja. Tari mempersilakan Senja lebih dulu membuka pesan itu, siapa tau penting.

Fajar:
"assalamualaikum...Senja, maaf aku mengganggumu. Aku tidak tau harus bagaimana menyampaikannya padamu. Mamah setiap hari menanyakan tentangmu, dan memintaku untuk bertanya padamu. Jika kamu tidak keberatan, bisakah kamu menjawabnya hari ini? Aku tidak memaksamu untuk datang kerumah, cukuplah dengan membalas pesan ini.
Mamah sudah menceritakan semuanya padaku, dan semua yang dikatakannya padamu itu memang benar.
Jangan ragu dengan pernyataan ini, karena ini jujur dari hatiku. Dan aku berdoa, semoga Allah merestui, lewat jawaban 'iya' darimu."

Senja diam mematung membaca setiap baris kalimat itu, kata-kata yang saling terkait, seakan mampu mengikat hatinya oleh kalimat terakhir itu. Sebenarnya ada rasa bingung, karena Senja baru beberapa kali bertemu dengan Fajar. Kenapa Fajar bisa seyakin itu? Tapi bukankah banyak yang bilang 'cinta pada pandangan pertama' itu memang ada, apa Fajar termasuk salah satunya?

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang