Empat|Festival Kembang Api (1)

Start from the beginning
                                    

     Aku menatap layar ponsel lalu tersenyum mengingat Aidan yang seperti salah-salah tingkah di akhir percakapan.

     1 detik

     2 detik

    Eh?

    Hah?! Aidan mau datang ke sini?! 

    Aku mengutuk kelemotanku. Buru-buru aku menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi untuk mandi sore, ku acak-acak pakaianku, entah kenapa kali ini aku tidak menemukan pakaian yang kupikir pas. 

     Sampai aku menemukan sweater warna peach dan jeans pendek serta sepasang sepatu converse yang kubeli tahun lalu.

     Tidak lupa aku mengantongi sketsa itu, entah kenapa aku merasa membutuhkannya. Siapa tahu nanti ada kesempatan untuk tahu dia yang menggambari kertas itu atau bukan.

     Bunyi bel dari lantai bawah terdengar, buru-buru aku menuruni tangga dan segera membuka pintu. Benar saja, Aidan di berdiri di sana, membuatku membeku seketika. Aidan terlihat begitu keren dengan penampilan casual yang simpel, dengan kaos warna gelap dibalut jaket yang warnanya senada dengan kaosnya. Belum lagi celana jeans panjang dan sepatu converse yang sama dengan punyaku, hanya saja warnanya berbeda.

    Aku benar-benar terpaku.

     Aidan melihatku dari atas sampai bawah, lalu ia tersenyum.

     Oh God.

     "Kenapa ngeliat gue sambil bengong gitu?" Aidan menyentil dahiku sembari terkekeh.

     "Um, eh, dompet gue mana?" Tanyaku, jangan sampai Aidan tahu bahwa tadi aku terpaku melihatnya.

      "Dom- eh  iya!" Aidan menepuk dahi, aku menatapnya heran "Gue lupa, astaga kenapa gue bisa lupa?" Aidan menjambak rambutnya sendiri.

      "Lo gimana sih? Kok lo bisa lupa 'inti'nya?" tanyaku, heran

     "Gue juga gak tahu, kita balik ke rumah gue trus gue antar lo pulang lagi, gimana?" tawar Aidan.

      Aku berpikir sejenak, tidak apa-apa deh, toh orang tuaku sedang pergi ke luar kota. "Oke, kalau gitu." Aku mengangguk.

     Aku segera mengekori Aidan keluar rumah setelah mengunci pintu, kunci itu kuletakkan di dalam tasku. Aku terkejut ketika mendapati mobil berwarna hitam terparkir di depan rumahku.

     "Aidan? Lo ke sini naik mobil?" Tanyaku, Aidan mengangguk sembari membuka pintu mobil untukku. "Bener-bener ya lo ribet banget. Udah dompet gue kelupaan segala!"

      "Iya sori-sori gue buru-buru banget tadi soalnya temen Reza mau datang, gue males aja basa-basi kalau ketemu mereka, mungkin waktu ngambil kunci mobil, gue taro gak tau di mana dan kelupaan. Oh, dan motor gue lagi di bengkel."

      "Oh, kirain lo mau nyulik gue,"  kataku sembari fokus ke warna mobil itu, aku bermaksud bercanda. Segera kubuka pintu mobil dan duduk di jok depan, kututup pintu mobil.

     Aidan memutari mobil hingga duduk di jok sebelah, tepatnya di depan kemudi mobil.

     "Maafin gue Anya." Raut wajah Aidan tiba-tiba berubah menjadi sedih, kepalanya ia tundukkan dalam-dalam.

Sketcher's SecretWhere stories live. Discover now