"Memangnya wanita itu belum mempunyai pasangan lagi?"

"kata temanku sih belum. Makanya aku akan memastikannya sendiri." Aku hanya mengangguk-angguk tidak jelas.

"Dan kamu masih sangat menyukainya?"

"Bahkan mungkin aku mencintainya."

Tiba-tiba aku jadi teringat Rissa dan Kiran. Suami Rissa juga meninggalkan mereka saat Kiran masih sangat kecil.

Aku merindukan Kiran. Sudah seminggu ini aku tak bertemu dengannya. Apa aku datang saja ke toko mereka. Sial.. kenapa aku bisa lupa meminta nomor hp Rissa sih.

"Kamu belum memikirkan pengganti Kanna Dev?" Aku terdiam. Kanna.

"Belum Fir." Jawabku singkat.

"Aku nggak mau menceramahimu. Cuma sudah saatnya kamu mencari penggantinya." Semua orang terdekatku pasti mengatakan demikian. Tapi apakah aku sanggup untuk mencari pengganti Kanna.

"Sudahlah Fir. Aku kan masih muda. Masih 25, sementara kamu sudah mau 30 tahun. Harusnya kamu dong yang duluan mencari pasangan. Bang Novan saja sudah mempunyai anak." Dia tertawa lagi.

"Maka doakan aku bisa menaklukan wanita itu dan juga anaknya."

"Kalau memang jodoh pasti disatukan kok Fir."

***

Sore hari yang cerah, sepulang dari kantor aku memutuskan untuk mampir ke toko Rissa. Tujuanku adalah untuk membeli beberapa kue dan jika mereka ada disana aku ingin bertemu Kiran. Mengajaknya jalan mungkin sebuah ide yang bagus.

Kuparkirkan mobilku didepan tokonya. Sepertinya sedang ramai. Roti dan kue disini memang sangat enak. Makanya pegawai-pegawai kantoran sebelum pulang pasti mampir dahulu ke sini.

Ketika sedang menunggu antrian tiba-tiba Rissa keluar dan sepertinya dia sangat panik.

"Reza mana?" Tanyanya pada salah satu pegawai.

"Sepertinya keluar mengantar pesanan Bu."

"Tolong bantu saya. Badan Kiran tambah panas. Saya takut terjadi apa-apa dengannya." Semua pelanggan melihat kearah Rissa.

Apa tadi katanya? Kiran sakit?

Segera saja aku keluar dari antrian dan mendatanginya.

"Ayo kita kerumah sakit." Rissa tampak terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Namun dia segera berjalan ke araha tangga dengan aku yang mengikuti dibelakangnya.

Aku memasuki kamar yang kemarin pernah kumasuki dan melihat Kiran terbaring diatas tempat tidur. Tanpa banyak kata langsung kubawa Kiran ke gendonganku. Dan langsung pula membawanya kemobilku.

"Pakai mobilku dulu saja ya?" Kataku kemudian.

"Ah ya, gampang saja nanti urusannya." Aku langsung masuk ke kursi kemudi. Rissa duduk dibelakang memangku Kiran.

Kujalankan mobilku kerumah sakit swasta terdekat. Kiran langsung ditangani oleh beberapa tenaga kesehatan di ugd. Aku melihat Rissa sangat tidak tenang dan berjalan mondar-mandir.

Segera saja aku bediri dan memegang kedua pundaknya. Kutuntun dia untuk duduk.

"Kamu tenang ya. Kiran anak yang kuat."

"Aku.. aku takut dev. Hanya Kiran yang aku miliki di dunia ini. Kalau terjadi sesuatu sama dia..." Rissa mulai terisak.

"Sssttt... kamu harus kuat ya. Kamu harus kuat demi menguatkan Kiran juga." Kubawa kepalanya masuk kedalam pelukanku. Dengan lembut kuusap rambut panjangnya. Berharap dengan ini bisa membuatnya tenang.

Rissa masih saja menangis dan membasahi kemeja yang kukenakan. Tapi aku tidak peduli. Yang terpenting adalah Rissa merasa lebih baik.

Tapi rasanya posisi ini sangat berbahaya. Tepatnya sangat dekat. Aku tak pernah memeluk wanita seperti ini kecuali bunda, ara dan... Kanna. Bisa dibilang Rissa adalah wanita kedua yang kupeluk seperti ini selain keluargaku.

Tak lama wanita berjas putih yang tadi menangani Kiran keluar. Aku dan Rissa serentak berdiri.

"Kemungkinan anak bapak dan ibu terkena demam berdarah. Namun harus dipastikan lagi dengan melihat kadar trombositnya. Kalau memang positif maka anak bapak dan ibu harus rawat inap." Rissa semakin terisak.

"Tapi anak saya akan baik-baik saja kan bu."

"Untung cepat dibawa kerumah sakit. Selama anak bapak dan ibu mengobati prosedur pengobatan yang ada. InsyaAllah tidak akan terjadi apa-apa. Sebentar lagi dia akan dipindahkan keruang rawat." Dokter itu pun pergi.

"Kiran pasti baik-baik saja." Sekali lagi aku berusaha memberikan kata-kata penyemangat.

Namun ada satu hal yang mengganjal di hati. Dokter tadi mengira aku adalah ayah Kiran. Ah.. entahlah. Aku merasakan hal aneh ketika aku memikirkannya.

***
Kiran positif demam berdarah. Saat ini dia telah dipindahkan ke ruang VVIP. Tentu saja karena aku yang mengurus semuanya makanya kutempatkan di tempat terbaik. Rissa masih sangat mengkhawatirkan Kiran sehingga aku yang mengambil alih untuk mengurusi semua administrasi.

Saat ini Kiran sedang tertidur. Panasnya telah menurun sejak diberikan obat yang aku tak tahu obat apa saja.

"Dev, aku nggak tahu harus membalas dengan apa. Kalau ngga ada kamu mungkin aku semua nggak akan berjalan dengan baik. Bahkan untuk mengurus administrasi saja aku tak mampu. Aku ibu yang tidak baik"

"Ssttt.. kamu nggak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Aku menyayangi Kiran sama besarnya dengan aku menyayangi kedua ponakan nakalku kemarin." Rissa tertawa kecil. Aku lega akhirnya dia bisa sedikit tertawa meskipun kesedihan masih terpancar dimatanya.

Aku memang sangat menyayangi Kiran. Bahkan aku telah menganggap Kiran sebagai anakku sendiri. Aku memang belum pernah mempunyai anak namun.. yah aku tahu saja jika aku sangat menyayangi Kiran. Siapa sih yang tidak sayang kepada anak pintar sepertinya.

***

Hari ini aku berencana untuk menjenguk Kiran. Sudah tiga hari dia menginap dirumah sakit. Namun kondisinya sudah sangat membaik. Mungkin dalam waktu dekat dia bisa keluar dari rumah sakit.

Aku menenteng bungkusan makanan dari salah satu restaurant jepang. Tadi Rissa meminta tolong memberikan makanan jepang karena Kiran menginginkannya.

Kususuri lorong-lorong panjang rumah sakit yang terlihat agak sepi karena di lantai ini kebanyakan adalah ruang VVIP dan VIP. Setelah sampai dikamar Kiran aku langsung membuka pintunya.

Namun apa yang kusaksikan pertama kali membuatku membeku. Mengapa dia berada disini? Apakah dia mengenal Kiran dan Rissa? Padahal kan dia telah lama tidak tinggal di Indonesia, mengapa bisa saling mengenal?

"Om Devann!" Aku langsung tersadar ketika panggilan Kiran menggema di ruangan ini. Aku tersenyum. Berusaha untuk terlihat biasa saja. Padahal aku penasaran setengah mati.

"Devan."

"Firly, kok kamu ada disini?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutku.

"Kalian sudah saling mengenal rupanya. Kak Firly, Devan ini yang membantuku membawa Kiran kerumah sakit kemarun. Dan Devan, kak Firly ini teman lama suamiku. Ternyata kalian sudah saling mengenal."

Saat Rissa mengatakannya aku merasakan duniaku runtuh. Jadi yang ingin diraih cintanya oleh Firly adalah cinta dari...

TBC

Eakkkk... maafkan apdetnya lama ya. Sebenarnya waktu buat cerita ini saya belum menentukan bagaimana detail masalahnya. Jadi kamarin sekalian cari wangsit apa yang akan terjadi pada pasangan ini.

Part nya pendek. Hikzz
Tapi sebentar lagi saya libur. Semoga bisa apdet cepat untuk tiap part-nya.

Okee!!! Happy reading, jangan lupa tinggalkan jejak.

Love, LED

s��~�!{_�(:



Listen To My HeartWhere stories live. Discover now