Chapter 2 [Bel yang Tak Mau Berhenti]

Start from the beginning
                                    

"Jimin! Jungkook!" panggil Jin di setiap langkah yang ia ambil.

Lelaki ini tidak tahu siapa yang berteriak tadi sehingga Jin memanggil nama kedua sahabatnya itu. Suara hentakan kaki memenuhi lorong demi lorong yang Jin lewati. Ruangan demi ruangan diperiksa dengan teliti. Lelah memang, namun ia tak ingin hal buruk terjadi pada sahabat-sahabatnya juga Hana. Lantai tempat Jin berdiri ini sekarang adalah lantai 4. Langkahnya begitu berani mengarungi lorong yang minim penerangan ini.

'Aku harus menemukannya!' teguhnya dalam hati.

Terbayang wajah ceria para sahabatnya itu di benaknya. Takut dan panik telah hilang dari hatinya. Itu semua sudah ia lupakan. Segala resiko berani ia terjang demi kedua rekan satu perjuangannya itu. Berjalan dan berjalan, Jin tak menemukan apapun. Keinginannya untuk menemukan keduanya atau salah satu pun belum juga terpenuhi sehingga menimbulkan rasa kesal. Ditendanglah sebuah pintu kelas olehnya dengan keras. Suara tendangannya menggema keras ke setiap sudut lorong.

"Jin?" panggil seseorang dari belakang.

Ini suara seseorang yang tak asing lagi di telinganya.

'Apa aku salah dengar atau memang itu benar dirinya?' pikir Jin.

Rasa bahagia tumbuh di hati Jin mendengar suara tersebut. Perlahan ia berbalik menghadap sosok itu.

"Siapa kau?!" teriak Jimin samar-samar karena mulutnya dibungkam oleh tangan seorang lelaki.

"Jangan berteriak atau kau akan mengundangnya ke sini!" bisik si misterius.

Jimin berusaha melepaskan tangan itu sekuat tenaga. Kekuatan Jimin lebih besar sehingga berhasil melepaskan diri. Tubuh Jimin menghadap ke arah si misterius. Orang tersebut menyalakan lilin sebagai penerangan. Tampangnya terlihat kali ini. Pria setengah baya yang berpakaian serba hitam.

"Sebentar.. kau penjaga sekolah kan?" tebak Jimin mencoba mengingat.

Pria itu mengangguk. Beberapa kali Jimin sempat berpapasan juga saling menyapa dengan si penjaga sekolah.

"Tapi kenapa kau membungkam mulutku tadi?" heran Jimin.

"Jika kau berteriak sama dengan kau memancing dirinya agar datang padamu.." jawab si penjaga sekolah.

"Siapa yang kau maksud?" tanya Jimin lagi.

Bel mulai berbunyi lagi.

"Lebih baik kita segera bergerak karena kita tidak tahu sedekat apa sekarang ia dengan kita.." ucap penjaga sekolah berjalan keluar dari kelas.

Dari belakang Jimin mengikuti setiap langkahnya.

"Kau pasti belum pernah merasakan suasana sekolah ini di malam hari?" tanya penjaga sekolah pada Jimin seolah ia tahu.

"Ya, ini pertama kalinya aku berada di sini saat malam hari begini.." jawabnya melihat sekitar.

"Kalau kau pernah merasakannya dan mengalaminya, pasti kau akan langsung pergi setelah waktu pulang datang.. Anak-anak yang pernah mengalaminya bilang bahwa mereka trauma berada di sini malam-malam. Bahkan katanya ada yang sampai bunuh diri karena saking putus asanya.. Lain kali jangan pernah mengulangi ini lagi. Atau kau tak akan bisa hidup dengan tenang.." cerita si penjaga sekolah panjang lebar.

Tiba-tiba bel berbunyi lagi dan lagi.

"Sebenarnya bel ini adalah sebuah peringatan" kata penjaga sekolah yang mulai mempercepat langkahnya.

"Peringatan apa?" tanya Jimin mulai panik.

"Peringatan bahwa ia berada di dekat kita.."

Tepat usai si penjaga sekolah berbicara, jeritan perempuan terdengar dari dekat sini. Seketika Jimin berhenti, begitu juga si penjaga sekolah.

School's BellWhere stories live. Discover now