Tiga|Sketsa Pertama

Start from the beginning
                                    

    "Ngambek lo?" tanya Aidan, aku hanya memalingkan wajahku.

    "Kenapa? Ngeledeknya bentar aja, gue capek." Aku mencibir.

    "Gak, jangan pulang dulu Anya," ucap Aidan yang berhasil membuat kening ku berkerut.

     loh? Aku membeku.

    "Kenapa?" Tanyaku heran.

    "Iler lo," jawabnya polos.

     TAK!

     "Aduh!"

***

    "Hati-hati ya," ucap Aidan. Cowok itu melepas helm hitam dari kepalanya, ia mematikan mesin motornya "Dan maaf, gue gak bisa nganter lo sampai ke depan rumah."

    Aku tersenyum hangat. "Gak apa-apa kok, rumah gue juga gak terlalu jauh dari sini." Aku turun dari motor.

     "Oke, kalau gitu gue duluan ya, lo hati-hati di jalan." Aidan pamit, ia memutar motornya ke arah yang berlawanan. Aku mengangguk "Eh Anya," panggilnya lagi.

     "Apa?" Aku berbalik, menunggu jawaban dari Aidan.

    "Makasih, dan maaf," jawabnya singkat, langsung membuatku bingung.

    "Makasih dan maaf untuk?" tanyaku bingung.

    Aidan tidak menjawab, ia langsung melajukan motornya kencang. Aku mengangkat bahu, kupandangi langit senja yang menampilkan semburat jingga dari mentari yang setengah tenggelam.

    Aku berbalik ke belakang, menatap punggung cowok berambut cokelat itu sambil tersenyum hangat.

***

    "Serius?!" Kira melotot sempurna. "Bisa-bisanya lo ngiler!"

    Sontak, sebagian besar murid-murid di taman sekolah memandangi kami.

    "Pssst, enggak usah teriak-teriak, Kir." Aku berbisik tertahan, Kira sama sekali tidak memedulikan lusinan pasang mata yang kini memandanginya. "Iya dong, abis itu gue mikirin terus sampai susah tidur. Eh tapi gue hebat kan? Mana ada yang se-antimainstream gue" 

    "Kok lo bangga sih?!" Kira berteriak lagi, untuk yang kedua kalinya murid-murid lain memandang kami  "Trus Aidan gak risih deketan ama lo?"

    "Enggak kok, ngapain? kan cuma iler, emang dia sendiri gak punya apa?" Aku memutar bola mataku, Kira sudah mengulangi pertanyaan itu berulang kali. "Malahan, dia jadi tambah deket" perkataanku sukses membuat mulut Kira menganga lebar.

    "Serius?!" Tuh kan, pertanyaan yang tadi diulanginya lagi.

    Aku hanya mendengus sambil memutar bola mata "Iya, iya," jawabku asal.

    "Kalau gitu gue mau ngiler di depan Dino deh, kali aja langsung akrab juga." Kira melotot lagi, ia menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.

   Aku tersedak keripik kentang, mataku melirik jahil Kira yang kini sedang membekap mulutnya sendiri "Cieee." 

    "Anya, lo salah, gue enggak..." Kira berpikir sejenak "gue, gue, maksudnya gue sama Dino enggak-," ucapan Kira terpotong.

Sketcher's SecretWhere stories live. Discover now