m r. 22 - s a c r i f i c e

12.7K 734 39
                                    

Happy reading ^^

----------------------

Jika perputaran reinkarnasi itu ada, sungguh Keanu ingin bertanya pada sang langit, seberat apa dosa yang ia perbuat di kehidupan lalu sehingga membuat kehidupannya yang sekarang dipenuhi oleh duka yang tak berhenti mengikuti? Kala bahagia itu hadir, tetapi dalam sekejam runtuh bersama datangnya kepahitan yang lebih besar.

Lalu apa arti bahagia jika tetap terbelenggu dalam kepedihan? Apakah hanya sebagai penyeimbang atau bahkan pelengkap? Karena kepedihan itu tetap mendominasi. Melukai tiada henti. Seakan tertawa dan mencabik-cabik hati tanpa kenal ampun. Ia mengejar bahkan hingga menghantui ke alam bawah sadar.

Keanu menatap bekas jarum suntik di lengannya, baru saja ia mendonorkan darahnya untuk Yanez, rasanya tubuhnya masih limbung. Ia masih tidak bisa berpikir jernih. Raganya masih lelah. Ia hanya mengingat saat ia membawa istrinya ke ruang UGD, dan setelah itu sampai saat ini ia belum mendapatkan kabar apa-apa.

Pandangannya buram oleh genangan kristal bening. Ia menatap samar seseorang yang duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya dengan lembut. Seseorang itu tersenyum getir. Mengelus rambutnya pelan.

"Claire..." panggil Keanu.

"Ya, Kak, aku disini."

"Kapan penderitaan ini berakhir? Apakah aku tidak pantas untuk bahagia?" Keanu menatap langit-langit kamar untuk menyembunyikan dukanya.

"Dulu aku juga berpikir begitu, Kak. Saat duka terus mengikutiku tanpa henti. Saat setiap hari aku harus memikirkan bagaimana cara melarikan diri dari lara yang membelengguku. Tetapi kebahagiaan itu selalu datang di saat yang tepat, Kak. Kakak bahkan telah menjadi saksinya." Claire mencoba tersenyum dan meremas jemari Keanu untuk menguatkan kakaknya itu.

"Ya, aku tahu itu. Hanya saja, aku terkadang lelah menghadapi ini semua, Claire. Aku bahkan belum mengetahui siapa istriku yang sebenarnya." Keanu meremas sprei dan menggigit bibir bawahnya.

"Jangan pernah lelah dan jadilah semakin kuat. Jangan lemah dan mau dikalahkan oleh tragedi. Sejak dulu aku selalu percaya bahwa keajaiban itu ada dan ia akan mengelilingi kita. Dan itu baru saja terjadi, Kak Yanez sudah sadar. Darah kakak telah menyelamatkannya."

"Lalu, bagaimana dengan Key?"

Helaan napas Claire yang panjang membuat firasat Keanu sedikit buruk. Ia sungguh tidak ingin kehilangan Keylis. Ia juga tidak ingin kehilangan janin dalam kandungan Keylis.

"Dokter tidak bisa menyelamatkan janin yang usianya masih sangat muda itu, Kak. Usia janinnya masih dua minggu. Tubuh Kak Keylis begitu lemah. Ditambah stress yang terus melandanya sehingga berakibat buruk pada kandungannya. Tetapi ketika kondisi kesehatannya membaik dokter mengatakan bahwa ia bisa hamil lagi."

Rasanya Keanu kehabisan oksigennya saat mendengar bahwa anaknya yang masih berada dalam kandungan sudah tiada. Bahkan di usia yang masih sangat muda. Ya Tuhan, kenyataan apa lagi ini? Keanu benar-benar tidak lagi merasakan perih yang menghujamnya. Ia mungkin sudah mati rasa atas segala rasa sakit.

"Bawa aku menemui istriku, Claire. Aku ingin memeluknya saat ini."

***

Tit... tit... tit... tit...

Suara monitor detak jantung itu selalu mengingatkan Keanu di saat-saat Alanis, anak Yanez dan Claire, melewati masa kritisnya saat awal-awal kelahirannya. Keanu ingat, bagaimana perjuangan Yanez dan Claire demi mempertahankan Alanis agar tetap bertahan hidup. Mereka rela melakukan apa saja. Bahwa mereka merelakan waktu mereka untuk menjaga Alanis dan harus bolak-balik berjaga di rumah sakit demi anak mereka. Dan hingga saat ini, Alanis masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang sama dengan tempat Yanez dan Keylis dirawat.

Mr. GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang