BAB 28

386K 27.2K 2.3K
                                    

Don't - Ed Sheeran

BAB 28

ACARA inti belum dimulai di rumah Karenina, namun baik Resta, Edo, dan Ladit sudah sampai satu jam sebelum acara. Ketiga cowok bertopeng putih itu kini sedang duduk santai di ruang keluarga Karenina dengan segelas jus dingin di tangan masing-masing. Setelah mereka bertiga masuk dengan memperlihatkan kartu anggota, mereka memang hanya mengobrol.

Kegilaan disimpan nanti, begitu kata Resta.

"Raja lama banget, sih," gerutu Edo sedikit panik, dia melihat jam tangannya terus menerus, berharap Raja cepat datang sehingga dia tidak kena "omel" ibu tirinya.

Ladit sontak menautkan kedua alis, "Jadi, Raja ke sini bukan karena jebakan batman lo, Res?"

Kali ini Resta yang berhenti menyesap minumannya, "Loh?" tanyanya, nyaris tersedak, "Gue nggak berencana menjebak Raja ke sini, Dit."

"Gue kira, lo mau Raja ikut jadi anggota ...," gumam Ladit kebingungan, "Kenapa Raja nggak suka Komplotan Rahasia?" Ladit pun mengedarkan pandangan ke sekeliling—aman, tidak ada orang gila tanpa busana, alkohol, narkoba, bahkan musik yang terlalu keras hingga mengganggu tetangga pun tak ada. Di sekeliling hanya berkumpul remaja-remaja seperti mereka, semuanya memakai topeng, tidak ada yang ganjil. "Karena gue rasa, sentimen Raja akan Komplotan Rahasia itu nggak berdasar."

"Lo nggak tau sejarah yang sebenarnya, Dit," timpal Edo sambil mengutip kata sejarah dengan kedua tangannya.

Ladit menautkan kedua alis, "Sejarah? Sejarah apa? Jangan bosenin, ya. Biasanya kalo pelajaran Sejarah gue tidur pake sweter."

Resta melotot, "Seriously? Pelajaran Sejarah itu nggak membosankan. Lo bisa belajar banyak dari Sej—"

"Res," peringat Edo melihat cowok itu hendak menjelaskan panjang lebar tentang pentingnya pelajaran Sejarah. Edo tahu Resta sangat ambisius dalam setiap mata pelajaran, namun malam ini bukan saat yang tepat.

Maka Resta sadar diri dan berdeham, "Sori."

"Lo tau, Dit," ucap Edo. "Dulu Raja—"

Suara bising dari luar menghentikan ucapan Edo.

Kini, Resta, Edo, dan Ladit menoleh ke asal suara secara bersamaan. Mata mereka membulat melihat di pintu utama, Leon dan Leoni muncul. Meski wajah mereka tertutup topeng hitam, semua orang dapat langsung mengenali mereka dengan tinggi dan rambut yang sama. Mereka berdua sedang menampilkan kartu anggota pada Bimo—penjaga pintu untuk pertemuan kali ini.

"Cuma mereka," ucap Resta berpikir positif, "Ratu nggak mungkin ad—"

"AGUNG!" seru seseorang, suara familiar yang berhasil membuat teman mereka, Raja, bertekuk lutut di hadapannya. "Berani-beraninya lo ninggalin gue."

Suara itu menjelaskan semuanya, semuanya. Resta, Edo, dan Ladit saling bertatapan horor. Sebelum Si Kembar, Agung, dan terutama Ratu melihat kehadiran mereka, Resta langsung menarik Edo dan Ladit ke dapur. Belum pernah Resta berlari secepat ini, seolah dikejar setan—malah lebih buruk daripada itu.

"Kenapa lo lari?" desis Edo yang terkenal lemah otak dibanding mereka bertiga.

Ladit yang berada di tengah-tengah (tidak selemah otak Edo, namun tak sepintar Resta) langsung menoyor kepada teman barunya. "Ini insting, tau! Semua cowok punya insting."

Ah, ralat. Ladit dan Edo sama saja.

Resta mendesis, menarik mereka berdua untuk bersembunyi di bawah bufet dapur. Mereka duduk menyila membentuk segitiga di sana.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang