BAB 25

403K 28.4K 3.6K
                                    

One Call Away - Charlie Puth

BAB 25


Ratu bukannya "gede-rasa" atau apa, namun sudah seminggu ini kerap kali Ratu memergoki Raja memperhatikannya. Biasanya, Raja akan beredar di sekitarnya saat pagi atau jam istirahat. Entah itu melintasi kelas Ratu, menunggu Ratu di toilet lalu setelah ia keluar toilet Raja pun pergi, atau tiba-tiba di samping Ratu saat ia beli batagor.

Dan puncaknya saat Ratu ke perpustakaan untuk mengembalikan bahan resensi untuk tugas Bahasa Indonesia-nya. Ratu sedang berjalan santai menuju ruangan perpustakaan ketika Raja tiba-tiba menarik Ratu ke koridor sepi.

"Kenapa, Kak?" tanya Ratu sopan, meski sebenarnya jantung Ratu nyaris copot karena Raja menggandeng pergelangan tangannya.

Raja berbalik sehingga mereka berhadapan. Sungguh besar usaha Ratu untuk memasang wajah datar di hadapan Raja. Sedekat ini saja dengan Raja membuat paru-paru Ratu serasa lenyap.

"Lo pulang sama gue, ya," ucap Raja sama sopannya, melepas pergelangan tangan Ratu sehalus mungkin.

Bayangan hanya berdua dengan Raja di mobil membuat Ratu grogi, sesak napas, dan mulas, bercampur menjadi satu. Bukan apa-apa. Menghabiskan dua atau tiga menit momen canggung bersama Raja pun, Ratu tidak siap. Apalagi bila dia harus berjam-jam di samping Raja, entah mengobrol atau hanya saling diam ....

Ratu menyukai Raja, namun Ratu tidak boleh mendekatinya. Ratu tidak bisa menyukainya, apalagi mencintai. Dia harus menjaga hatinya sebelum tersakiti.

Sisa minggu ini Ratu berusaha keras menghindari Raja, bahkan tidak menghiraukan eksistensinya. Namun Ratu tahu itu sulit. Dari awal pun, dia mengerti keberadaan Raja membuat seluruh fokusnya teralihkan. Begitu saja.

"Hari ini?" tanya Ratu memastikan.

Raja tersenyum. Bukan, ini bukan jenis senyum yang bisa membuat seluruh umat perempuan meleleh, atau lantas menyukainya dalam satu kedip mata. Hanya saja senyum Raja khas, senyum yang membuat Ratu ingin membeberkan rahasianya—senyum yang mematahkan perlindungannya.

Padahal Ratu sudah bilang di BAB 21, kalau dia akan mencampakkan Raja.

"Iya, Rat," jawab Raja, sesaat dia berpikir, "Kak Reon pulang lembur, nggak apa-apa?"

Sejak kapan dia jadi sangat perhatian? Bukannya dari awal keberadaan gue nggak dipedulikan? batin Ratu, sebisa mungkin menyamarkan senyum kecutnya.

"Iya, Kak."

Raja menghela napas, "Sejak kapan sih, lo manggil gue dengan Kak?"

Saking gugup, Ratu tidak sadar sejak tadi dirinya memanggil Raja dengan Kak. Panggilan yang sangat jarang Ratu gunakan, meski sebenarnya Raja memang satu tahun lebih tua darinya.

Ratu menjilat bibirnya, tertawa gugup. Mampus. Harus bilang apa dia?

Melihat ekspresi Ratu, Raja memijat pangkal hidungnya.

"Sekarang gini aja, deh," ucap Raja, teramat letih, "Gue sadar sejak kita mulai 'deket'—Raja mengutip kata dekat dengan kedua tangannya—setelahnya lo malah menghindar dari gue. Tapi gue harap lo nggak secanggung ini kalo lo harus pulang bareng sama gue. Ini amanat dari Bunda, Ratu. Gue harus jagain lo."

Ratu menunduk, mampus, mampus, mampus, siapapun pegangin gue biar nggak terbang terlalu tinggi.

"Iya, Kak—Raja, maksudnya," gugup Ratu.

"Good," cengir Raja, mengacak-acak rambut Ratu lalu bersiap untuk pergi. Tanpa menyadari bahwa jantung Ratu sudah melorot ke bawah, lalu naik ke kepala karena sentuhan tangan Raja di puncak kepalanya.

Sebelum Raja pergi, laki-laki itu melihat buku yang dipegang Ratu. "Suka novel?"

Ratu melirik novel di tangannya, lalu menggeleng, "Bahan resensi."

"Oh ...," Raja meneliti novel tersebut, lalu mendongak ke arah Ratu dengan wajah jahil, "Ah, muka-muka kayak lo sih, males banget baca."

"Minta ditimpuk, ya," kata Ratu sambil melotot.

Raja terkekeh geli dan mengembalikan novel tersebut. Sebelum laki-laki itu benar-benar pergi, dia mengatakan sesuatu, yang sungguh nyaris membuat peredaran darah Ratu berhenti.

"Kalo baca surat cinta dari gue, jangan males bacanya, ya."

Mampus, gue beneran terbang.

Ratu harus duduk di sisi balkon selama lima menit untuk menetralisir detak jantungnya yang berlebih. Apa-apaan, Raja. Tiba-tiba mengucapkan sesuatu yang tidak terduga seperti itu! Memangnya Ratu termakan modusnya ....

Ratu termakan modus Raja.

Tapi, tunggu sebentar!

Sontak, Ratu memekik histeris mengingat hari ini adalah hari Jum'at. Dimana pertemuan pertama Komplotan Rahasia diadakan. Dan satu-satunya hal yang Ratu takutkan adalah menyelinap keluar rumah pada malam hari dari jeratan Reon.

Tapi lebih menakutkan lagi bila Ratu harus kabur dari Raja.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang