Chapter 1 [Terlambat Pulang]

16.3K 995 64
                                    

Cerita mengandung kekerasan, tidak untuk ditiru.
____________________

Seperti biasa di pagi hari anak-anak datang memasuki lingkungan sekolah. Niat mereka untuk menimba ilmu, namun ada juga yang berniat lain seperti bertemu dengan teman atau hanya sekedar bermain. Segelintir dari mereka, yaitu tiga lelaki tampan yang masih duduk di kelas 11 datang memasuki gerbang. Dua dari mereka asyik mengobrol, namun salah satunya malah sibuk sendiri. Apa yang ia lakukan? Matanya melirik ke sana-ke mari menikmati pemandangan yang biasa ia lihat, gadis-gadis kelas 10 yang baru masuk sekolah seminggu yang lalu.

"Ya ampun, manisnya~" gumam Jimin tanpa ia sadari, senyum tergores jelas di bibirnya.
"Hanya karena perempuan, kau sampai tak menganggap kami ada!" kesal Jin menatap Jimin jengkel.

Perkataan temannya saja seperti tak masuk ke telinga. Pikiran dan matanya terus terfokus pada adik-adik kelas yang berada di sana-sini. Tanpa berkata apapun Jungkook melakukan aksinya. Sekeras mungkin Jungkook menarik rambut Jimin alias menjambaknya.

"Percepat jalanmu atau kita terlambat masuk ke kelas!" perintah Jungkook yang tak ada hentinya menarik rambut Jimin.
"Hey! Hey! Hentikan!" teriak Jimin kesakitan.

Rambutnya terus ditarik sampai tiba di kelas.

.....................

Waktu berjalan cepat hari ini. Langit berwarna jingga dihiasi awan-awan yang bertaburan di sana-sini. Bel pulang sudah berbunyi sekitar sejam yang lalu. Ruangan-ruangan sepi tak berpenghuni. Hanya ada satu ruangan yang terisi. Jin, Jimin dan Jungkook masih berkutat dengan buku di perpustakaan. Sebenarnya yang berkutat dengan buku hanya satu ekor saja, yang lainnya punya kegiatan lain yang menurut mereka lebih asyik.

Yang masih rajin menggeluti buku adalah Jin. Kalau Jungkook malah tidur di atas buku yang sebelumnya sedang ia baca. Sedangkan Jimin sibuk memainkan telepon genggamnya. Lama-kelamaan Jimin mulai bosan. Dipukullah meja dengan lumayan keras olehnya.

"Sampai kapan aku harus berada di sini dengan semua buku membosankan ini?!" murka Jimin.

"Sampai aku menyelesaikan tugas rumit ini" jawab Jin dengan mata terus terpaku pada buku.

Nadanya begitu santai dan tenang, berbanding terbalik dengan Jimin. Kepintaran Jin melebihi para siswa lain. Akibat kepintarannya yang sangat super, ia sering diberi tugas tambahan oleh guru. Bukan tugas biasa, melainkan tugas spesial yang luar biasa rumit. Jika Jimin yang mengerjakannya mungkin hanya dalam hitungan detik otaknya akan meledak menjadi berkeping-keping. Jimin kembali hening memainkan ponselnya lagi juga meredam kekesalannya yang sempat memuncak.

Jarum jam terus berputar. Warna hitam pekat menggantikan warna jingga yang sebelumnya memenuhi seluruh permukaan langit. Satu bintang pun tak menampilkan diri malam ini. Jumlah awan hitam di langit tak terhitung jari, suara gemuruh terdengar di mana-mana, memungkinkan terjadinya hujan lebat disertai petir atau lebih parahnya badai. Tugas spesial milik Jin sudah selesai. Tapi apa yang membuat mereka masih berada di sekolah?

Bosan menunggu, Jimin dilanda rasa kantuk yang berat tadi sehingga tertidur begitu saja dengan pulas. Lalu seusai mengerjakan tugas, Jin keasyikan membaca buku sampai lupa waktu. Tengah-tengah membaca, bunyi aneh muncul. Konsentrasi Jin pada buku pun buyar. Penasaran dengan penyebab bunyi, ia berkeliling perpustakaan melihat ke sana-sini dengan jeli. Telinganya berkata asal bunyi berasal dari dalam perpustakaan. Meski sudah berkeliling lebih dari sekali, tak ada hal aneh satupun yang tertangkap mata.

School's BellDonde viven las historias. Descúbrelo ahora