Dua puluh satu

62.3K 2.6K 24
                                    

"Buat apa sih lo ngelakuin semua itu ke Tiara?" tanyanya, Jerim menghembuskan nafasnya berat sebelum menjawab "Buat balas dendam" jawabnya.

"Balas dendam?" ulang Lean bingung.

Jerim mengangguk pelan.

"Balas dendam apaan? Gue nggak suka ya lo jahat-jahat gitu ke orang, kalau ada apa-apa gimana? Lo bakal gimana? Gue sama Kak Bera bakal gimana coba?" Lean sudah mulai mewek, membayangkan kelakuan Jerim yang bakal membawa dampak buruk ke mereka bertiga membuatnya takut "Nakalnya jangan yang aneh-aneh dong Jeeeeer..."

"Iya Lean, iya... nggak lagi kalau gitu" jawab Jerim cepat, panik ngelihat Lean mulai menangis "Jangan nangis"

"Janji yah..."

Jerim menghela nafasnya, Jerim jelas belum bisa berenti sekarang, dia belum selesai dengan Tiara, sama sekali belum. Tapi Lean yang udah seperti ini jelas nggak bisa dia tolak "Iyaaaaa" jawab Jerim akhirnya, untuk sekarang dia mungkin harus berhenti dulu, tapi nanti begitu keadaannya kembali mendukung, Jerim bakal kembali beraksi.

"Yaudah kalau gitu" Lean tau yang udah Jerim lakuin ke Tiara itu buruk banget, tapi nggak tau kenapa dia nggak bisa begitu marah sama Jerim.

Lean ngerasa apa yang udah Jerim lakuin ke Tiara setimpal dengan apa yang udah cewek itu lakuin ke dia dulu.

"Udah sholat?" tanya Lean akhirnya yang dibalasi anggukan oleh Jerim.

"Yaudah, gue ganti baju dulu, lapar kan lo?"

"Bentar"Jerim kembali menahan Lean "Lo tau darimana Tiara hampir diperkosa orang?" tanya Jerim balik, Lean hampir bergidik ngeri mengingat kejadian tadi.

"Tadi gue sama kak Bera yang nolongin dia"

Demi mendengar itu, Jerim langsung melotot kaget dan panik "Lo apa?"

"Gue sama kak Bera kan lagi nganter pesanan tadi, kebetulan pas lewat perumahan Cemara, gue liat Tiara hampir dibawa sama laki-laki hidung belang, ya langsung kami tolong"

Jerim menghela nafasnya dan kembali memegang kedua bahu Lean "Lain kali, kalau lo kebetulan liat siapapun yang lagi dalam bahaya kayak gitu, cari bantuan aja yah, jangan lo yang langsung tolongin"

Lean mengerutkan keningnya nggak setuju. "Ya nggak sempat dong Jer, keburu Tiara dijahatin tadi, lo nggak liat sih penjahatnya aja sampe bawa pisau gitu kok"

"Astaga Lean, pokoknya jangan lagi yah... kalau sampe lo kenapa-napa tadi gimana coba? Lagian lo ngapain sok jagoan segala sih? Badan cuma seiprit gini juga"

"Gue bukannya sok jagoan yah" Lean menepis tangan Jerim dibahunya dengan jengkel "Udah ah males debat sama lo, gue capek... lo nggak lapar emang?"

"Nggak jadi, nafsu makan gue udah ilang... pokoknya masalah ini kita omongin lagi ntar bareng Kak Bera" balas Jerim kemudian beranjak menuju kamar mereka.

Lean menatap Jerim nggak percaya, apa salahnya sih nolongin orang yang lagi dalam bahaya? Harusnya dia dianggap kayak pahlawan kan? Ini kenapa si tengil itu nangkepnya Lean kayak habis ngelakuin kejahatan sampe harus disidang bareng Kak Bera segala coba?

***

Keesokan harinya di sekolah, Tiara langsung mendatangi bangku Lean begitu bel istirahat berbunyi.

"Gue mau ngomong sama lo" ujarnya pada Lean.

"Mau ngomong apa?" bukannya Lean, tapi malah Gusti yang bertanya, Tiara melirik sebentar pada Gusti.

"Tenang aja, gue cuma mau ngomong kok" ujar Tiara lagi pada Lean, wajah gadis itu masih pucat seperti hari-hari belakangan ini.

"Kalau cuma mau ngomong kenapa nggak disini aja?" lagi-lagi Gusti yang menimpali.

We got married (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang