Duabelas

66.5K 2.8K 12
                                    

"Loh?Dilan?" Lean masih mematung di depan pintu saking kagetnya, darimana Dilan tau alamat rumahnya? batin Lean bertanya-tanya

"Masuk Lan" lanjutnya lagi mempersilahkan Dilan masuk dan duduk di ruang tamu "Mau minum apa?" tanya gadis itu.

"Nggak usah repot-repot begitu" balas Dilan seraya tersenyum.

"Nggak repot kok, tunggu sebentar yah" Lean lalu beranjak dari ruang tamu, tapi bukannya menuju dapur Lean malah melesat seperti kilat menuju kamarnya. Dia harus mengamankan situasi dulu.

BRAKK...!!!

Suara pintu dibuka dengan keras membuat Jerim yang baru akan memakai bajunya tersentak kaget dan menoleh kearah pintu yang di banting barusan.

"Buka pintunya bishmmmmpppp" belum sempat Jerim menyelesaikan protesnya, mulutnya sudah dibungkam oleh tangan mungil Lean, gadis itu sampai harus sedikit berjinjit supaya bisa membungkam mulut Jerim, Lean kemudian menarik Jerim dan mendudukkannya di kasur, saking paniknya dia bahkan nggak sadar kalau Jerim belum mengenakan bajunya.

"Lo kenapa sih?" tanya Jerim bingung.

"Ada Dilan dibawah" jawab Lean horror tapi Jerim nggak menunjukkan reaksi apa-apa saat mendengarnya.

"Terus kenapa?" tanyanya datar.

"Lo nggak mau kan sampe dia tau kita tinggal bareng?" jawab Lean.

"Apa salahnya orang yang udah nikah tinggal bareng?" Jerim balik bertanya membuat Lean memutar bola matanya kesal.

"Lo lupa status kita masih SMA? kalau pihak sekolah sampai tau pernikahan ini kita berdua bisa dikeluarkan dari sekolah" jelas Lean panjang lebar.

"Tapi kan yang datang bukan dari pihak sekolah, lagian belum tentu kita dikeluarkan dari sekolah kalaupun mereka tau kita udah nikah, asalkan lo nggak hamil aja" kilahnya santai tapi bulu kuduk Lean langsung berdiri mendengar itu, gadis itu sampai bergidik ngeri.

"Pokoknya lebih baik jangan sampe ada yang tau dulu sampe kita berdua lulus dari sekolah" tekan Lean lagi setelah menormalkan detak jantungnya "Kak Bera yang bilang begitu" lanjutnya.

"Lo yakin itu alasannya? bukan karena lo suka cowok itu kan ?" tanya Jerim lagi membuat Lean lagi-lagi memutar bola matanya kesal.

"Itu bukan urusan lo, pokoknya tetap disini, jangan keluar kamar" perintah Lean.

"Terserah lo aja" balas Jerim datar.

"Lo bisa pake computer gue atau baca novel kalau bosan" ujar Lean lagi sebelum menutup pintu kamarnya, gadis itu kemudian buru-buru ke dapur membuatkan Dilan minum dan kembali ke ruang tamu.

"Maaf lama" ujarnya pada Dilan.

"Nggak papa kok" balas Dilan ramah.

"Jadi... ada perlu apa kesini?" tanya Lean memulai pembicaraan, saking paniknya rasa gugup gadis itu waktu berhadapan dengan Dilan menguap entah kemana.

"Lo hampir seminggu nggak sekolah, pengen tau aja lo kenapa" jawab Dilan membuat pipi Lean langsung bersemu merah.

"Gue... gue nggak papa kok, kemarin ada sedikit masalah keluarga, tapi besok gue udah sekolah lagi" jelas Lean yang hanya dibalasi anggukan oleh Dilan.

"Karena itu juga lo nggak bisa datang ke pertandingan minggu kemarin?" tanya Dilan lagi, Lean tersentak mendengarnya, pertandingan itu bahkan Lean nggak ingat sama sekali, gadis itu mengangguk pelan .

"Maafin gue yah, gue benar-benar gak bisa kemarin" ujar Lean.

"Nggak papa kok, yang penting semuanya baik-baik aja kan sekarang?" tanya Dilan, Lean lagi-lagi mengangguk sambil tersenyum, hatinya seperti melambung mendengar Dilan khawatir dengannya seperti ini.

We got married (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang