Sepuluh

71.6K 3K 14
                                    

Sudah empat hari setelah kejadian itu berlalu, hari dimana Jerim menarik Lean dari kelasnya dan membawa gadis itu mendatangi Mamanya yang lagi kritis di rumah sakit. Hari dimana Jerim harus mengucapkan ijab qabul di depan Mamanya yang terbaring lemah dan cuma disaksikan oleh wali hakim, Bera, Serta pengacara keluarga Diana.

Hari dimana Diana menghembuskan nafas terakhirnya beberapa jam setelah Lean resmi menjadi istri dari seorang Saputra Arjerim.

Hari itu, Diana yang akhirnya sadar tiba-tiba meminta keduanya segera menikah saat itu juga karena merasa waktunya udah nggak lama lagi. Nggak ada yang mempertanyakan apalagi sampai menolak permintaan Diana, semua dipersiapkan secara mendadak.

Sudah empat hari ini juga Lean nggak ketemu dengan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu, karena setelah pemakaman Mamanya, Jerim mengurung diri di rumahnya dan nggak mau menemui siapapun termasuk Lean.

Baik Lean apalagi Jerim juga nggak masuk sekolah selama empat hari terakhir ini, Bera yang biasanya disiplin sangat maklum dengan adiknya itu, bagaimanapun juga kejadian empat hari terakhir ini sangat menguras emosi, tenaga dan pikiran adik semata wayangnya itu.

"Kamu harus temuin Jerim dek" ujar Bera pada Lean saat melihat kondisi adiknya itu sudah membaik.

"Kakak bilang dia gak mau nemuin siapapun" jawab Lean.

"Tapi kan biar gimanapun kamu udah jadi istrinya" ujar Bera lagi membuat Lean memejamkan matanya sejenak mendengar status barunya itu "Kakak takut dia kenapa-kenapa, empat hari ini dia ngurung diri dirumahnya, bi Nurma yang kerja disana juga udah diberhentikan sama dia" lanjut Bera.

Gadis itu menarik nafasnya berat "Kalaupun Lean kesana, belum tentu dia mau nemuin Lean Kak" Jawabnya lagi.

Bera menyerahkan sesuatu kepada Lean.

"Ini kunci rumah Jerim, Pak David yang kasih ke Kakak waktu pamitan sehari habis pemakamannya almarhum kemaren, pokoknya hari ini kita harus nemuin Jerim" ujar Bera lagi yang dibalas anggukan lemah oleh adiknya.

Sesampainya di rumah Jerim, Lean menghela nafasnya sebentar sebelum membuka pintu rumah itu diikuti oleh Bera di belakangnya. Kondisi rumah itu masih sama seperti terakhir kali kunjungan Lean, membuat mata Lean kembali memanas waktu keingat almarhum Tante Diana, gadis itu memang belum lama mengenal Tante Diana tapi Lean sudah menganggap wanita itu seperti Mamanya sendiri.

"Mungkin Jerim ada dikamarnya, kamu temuin dia, Kakak tunggu disini"Kata Bera, Lean cuma mengangguk dan mulai menaiki tangga menuju kamar almarhum Tante Diana, entah kenapa gadis itu merasa Jerim kemungkinan besar berada disana.

Benar aja, waktu memasuki kamar almarhum Tante Diana, pemandangan pertama yang Lean lihat adalah Jerim yang sedang meringkuk di kasur sambil memeluk erat sebuah foto.

Gadis itu menarik nafas sejenak dan menghampiri cowok itu. Lean meringis sedih waktu melihat kondisi Jerim lebih dekat, nggak ada lagi cowok resek dengan senyum menyebalkan diwajahnya, dihadapannya cuma ada seorang anak dengan luka yang terpampang jelas di raut wajahnya setelah kehilangan orang yang paling berarti dihidupnya.

Wajah Jerim pucat dan nafasnya juga terlihat sangat lemah.

"Jerim" panggil Lean sambil mengguncang badan cowok itu pelan, tapi Jerim tetap diam dan nggak merespon panggilan Lean, bahkan setelah Lean mengguncang tubuhnya berkali-kali, Jerim tetap nggak bergerak.

"Jerim, bangun" panggil Lean lagi, kali ini gadis itu menepuk pipi jerim pelan, membuat cowok itu akhirnya membuka matanya membuat Lean menarik nafas lega.

"Lo udah berapa lama seperti ini, badan lo panas, gue panggil dokter yah"ujar Lean, Jerim menggeleng Lemah dan kembali menutup matanya. Lean akhirnya berlari keluar kamar dan memanggil Kakaknya.

We got married (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang