s i x t e e n

8.7K 373 15
                                    

Aku langsung cepat-cepat berjalan keluar dari Bulletin Place, tapi Zayn menahan tangan ku saat sudah sampai di luar tempat itu. "Apa yang kau lakukan di sini?", tanya Zayn.

"Masih bisa-bisanya kau tanya apa yang aku lakukan di sini? Seharusnya aku yang tanya apa yang akan kau lakukan dengan wanita itu?!", kata ku dengan nada tinggi.

Dia terdiam, "a-aku minta maaf--"

"Sudah, aku tidak mau dengar apa-apa lagi. Pasti kalau tidak ada aku, kamu juga melakukan itu kan dengan perempuan lain?", Zayn diam saja. "Kau menyuruhku agar tidak bekerja lagi dan aku turuti, kau memaksaku untuk menerima jadi pacar mu, aku juga terima. Aku juga mencoba belajar mencintai mu walaupun kamu tau aku tidak ada perasaan apa-apa dengan mu. Tapi kenapa kau memperlakukan aku seperti itu?", suara ku sedikit bergetar.

"Gi, tolong tenang dulu"

"Aku sudah tidak mau ada hubungan apa-apa lagi dengan mu. Kita akhiri saja semua nya", kata ku lalu pergi meninggalkannya, ia menahan tangan ku.

"Kalau kamu memutuskan hubungan ini, aku tidak segan-segan menyebarluaskan berita pekerjaan mu itu di sekolah mu", kata nya dengan nada mengancam.

Aku terdiam sejenak. Tapi aku tidak bisa seperti ini terus, selalu saja hidup ditengah-tengah ancaman. Lagipula beberapa teman ku juga sudah ada yang tau, "terserah kamu. Sebarkan saja", kata ku lalu meninggalkannya.

Aku memutuskan untuk pergi ke cafe untuk menenangkan diri ku. Aku memesan cokelat dingin untuk menyegarkan pikiran.

Aku benar-benar menyesal menerima cinta Zayn. Aku menyesal bekerja sebagai pelacur. Aku menyesali segala nya. Semua yang ku perbuat selama ini memang salah. Tapi, ya mungkin ini memang sudah menjadi takdir ku.

Tiba-tiba seseorang meletakan minuman di meja ku. Aku mendongakan kepala ku, melihat siapa itu. Ternyata itu Luke.

Ia duduk di depan ku sambil tersenyum, "kok sendirian aja?"

Aku memaksakan senyum ku, "iya"

Luke menenggak minuman teh hijau panas nya. "Kayaknya enak tuh coklat dingin. Boleh minta?"

Aku mendorong gelas ku ke dekat nya tanpa ada ekspresi. Luke menatap ku heran, "kamu kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Ya... kamu keliatannya lagi gak mood. Kenapa?"

Aku membuang napas berat, "ya begitulah. Aku putus sama Zayn"

Luke's POV

"Ya begitulah. Aku putus sama Zayn"

APA? PUTUS SAMA ZAYN? YESSS HOREEEE!!!! AKHIRNYA.... KENAPA NGGA DARI DULU OLIVIA?!

"Oh ya? Kok bisa?", ucap ku sambil menyembunyikan rasa senang ku.

"Dia selingkuh"

"Masa sih? Mungkin kamu salah info"

Dia menatap ku, "salah info bagaimana? Tadi aku melihat nya dengan mata kepala ku sendiri"

Aku terdiam sambil mengangguk pelan, "ya sudahlah. Memang nya kamu sayang banget ya sama Zayn?"

Dia tertawa kecil, "sebenarnya tidak. Tapi pastinya ada rasa kecewa. Aku menuruti segala kemauannya, bahkan mau belajar mencintainya, tapi ternyata balasannya seperti itu. Aku merasa sangat bodoh"

"Tidak... kamu tidak bodoh. Tapi dia yang bodoh. Sudahlah, masih ada kok cowok yang mau sama kamu", kata ku sambil kode.

Dia tertawa lagi, "ku rasa tidak"

"Kenapa berpikir begitu?"

"Aku tidak tau. Aku hanya merasa seperti itu"

Aku pun terkekeh. "Ya sudah, aku antar pulang ya? Lebih baik kamu istirahat sekarang"

Ia mengangguk lalu kami beranjak dari kursi kami masing-masing menuju mobil ku.

Sesampainya di rumah nya, aku melihat lelaki paruh baya keluar dari rumah itu. Ku rasa itu dad nya.

Aku dan Olivia langsung turun dari mobil ku.

"Kemana saja kau?!", kata lelaki itu dengan wajah yang marah.

"Aku hanya keluar sebentar. Santai saja dad", jawab Olivia santai.

"Oh jadi laki-laki ini penyebab kamu selalu keluar malam?!", ia langsung melotot tajam ke arah ku, membuat ku rada takut.

"Tidak begitu paman--"

"Dad, you better go inside. I will talk to you later", hah? Olivia memerintah ayah nya? Dan ajaibnya ayah nya nurut apa kata Olivia. "Luke sorry for--"

"It's okay. Your dad is worrying about you. That's fine"

"No... ugh, he's too over"

Aku terkekeh, "itu tidak berlebihan Oliv... kamu memang seharusnya jangan pulang malam seperti ini"

Olivia membuang napas berat, "ya sudah. Kamu lebih baik pulang, Luke. Terima kasih sudah mau mengantar ku", kata nya lalu tersenyum.

"Sama-sama. See you tomorrow", aku melambaikan tangan ku, begitu juga dia.

Olivia's POV

Aku masuk ke rumah ku lalu menghampiri ayah ku yang sedang menonton televisi.

"Aku minta maaf dad karena selalu pulang malam. Aku janji setelah ini aku tidak akan seperti itu", aku sendiri juga tidak yakin dengan ucapan ku.

"Dia pacar mu?", dad bahkan tidak menggubris permintamaafan ku.

"Bukan. Dia hanya teman", dad mengangguk.

"Ya sudah, dad tidak mau lagi kamu pulang malam"

"Iya dad, akan ku coba"

***

Aku duduk sendirian di kantin karena teman-teman ku belum datang. Aku hanya memainkan handphone ku di sini.

Tiba-tiba seseorang duduk di depan ku. Ku singkirkan handphone ku dari pandangan ku. Ternyata Ashton. Mau apa dia? Mengejek ku lagi?

"Maaf ya yang soal waktu itu aku mengejek mu", kata Ashton sambil menundukan kepala nya.

Aku tersenyum, "tidak apa-apa. Lagipula aku memang salah bekerja di sana"

"Luke menasehati ku dan yang lainnya agar tidak mengejek mu. Sebenarnya Luke juga tidak suka kau bekerja di sana"

"I know..."

***

sumpah ye gue di sini mentok bgt gila ga ada ide!!! tapi kalo vomment nya banyak, ide nya pasti mengalir (?)

Slut // l.r.hWhere stories live. Discover now