"Jadi Harry dan Louis berdua saja di rumah?" Niall menatapi kedua orang yang Ia maksud dengan dahi berkerut. Ia menoleh padaku dan mengatakan sesuatu yang membuat rencanaku berantakan. "Beth, kau di rumah. Awasi kedua manusia itu."

Aku mengerang, sama sekali tak setuju dengan perintah Niall. "Kenapa? Aku pun ingin membeli sesuatu," aku bersikeras ingin ikut pergi. Ayolah. Kukira Niall seorang Larries sepertiku.

"Memangnya apa yang terjadi jika Harry dan Louis ditinggal berdua di rumah?" kini Greyson yang bertanya.

"Terakhir kali aku dan Liam pergi berbelanja, entah bagaimana caranya mereka menjatuhkan televisi dari dinding dan nyaris membakar dapur."

Aku melirik Harry dan Louis yang malah ber-high five.

Jadi aku di rumah, mengawasi keduanya? Aku sebenarnya tidak keberatan. Tapi aku lebih senang jika membiarkan mereka berdua, kau tahu?

Akhirnya, aku mengalah walaupun sebenarnya tidak terlalu senang dengan ini. Tapi, oke. Lihat sisi baiknya. Aku di rumah bersama Harry dan Louis. Apa buruknya dengan itu?

Jadi, aku kembali duduk di sofa. "Berarti kau dan Greyson harus membelikanku barang yang kubutuhkan," ucapku kepada Niall dan Greyson sebelum keduanya menuju garasi.

"Anything," Niall mengangkat kedua pundaknya, seakan merasa tidak masalah jika dia mengambil barang pribadi seorang perempuan di supermarket yang dikunjungi banyak orang. Dan tidak mungkin seseorang—apalagi paparazzi—memotret kejadian itu.

"Pembalut. Dua bungkus."

Aku menahan gelak tawaku saat melihat perubahan ekspresi dari Greyson dan Niall. Mereka bertatapan dengan mulut terbuka, seakan tidak percaya bahwa mereka harus membelikan benda itu untukku. Tapi Niall sendiri yang bilang aku harus tetap di rumah, mengawasi Harry dan Louis yang bisa saja membakar tempat ini. Berarti mau tak mau, dia dan Greyson harus membelikanku pembalut.

"Yang ada sayapnya atau tidak?"

Gelak tawaku, Louis dan Harry seketika meledak-ledak karena pertanyaan Niall. Bahkan Harry kini sampai terbaring di atas sofa dan Louis tertawa sambil memegangi perutnya.

"Dari mana kau tahu tentang sayap? Astaga, jangan-jangan kau sering memakainya, Niall!" ledek Louis, yang serta merta membuat tawaku dan Harry semakin kencang.

"Aku—aku pernah membelikannya untuk Ibuku! Diam, Tommo!" Niall menghentakkan kakinya kesal sebelum berjalan menyusul Greyson yang sudah lebih dulu menuju garasi. Aku mendengar dia berteriak kepada Greyson, "Gee, jangan lupa bawa pistolmu!"

Aku, Harry dan Louis masih tertawa selama satu menit lamanya sebelum kami benar-benar menutup mulut. Aku merasa geli dan tersanjung karena Niall berbaik hati (atau terpaksa) untuk membelikanku pembalut. Kalau saja seseorang benar-benar mengabadikan moment itu dan menyebarkannya ke media, mungkin saja Niall tidak akan pergi ke supermarket lagi.

"That's hilarious," komentar Louis. Ia menghela nafasnya kuat sebelum tawanya benar-benar berhenti. "Okay. Sekarang masih siang. Sudah lama aku tidak berenang! Bagaimana, Harry?"

Apa?!

"YA!" dengan penuh semangat Harry langsung membuka kaus dan celananya hingga hanya tersisa boxer—di depanku. Rasanya jantungku langsung naik ke tenggorokan dan tersangkut disana, membuatku sesak nafas. Aku akan mati sekarang.

"Harry! Lepas pakaianmu di belakang, sialan. Ada Beth disini!"

"Terlanjur!" Harry tergelak puas karena melihat wajahku yang merah padam. Dengan tubuh bertato-nya yang hanya terbalut boxer, Ia berlari menuju halaman belakang, dan melompat di tepi kolam sebelum masuk ke dalam air. "Wohooo!"

OBSESSIONWhere stories live. Discover now