Part 14 - Epilog

1.4K 46 1
                                    

June POV

"Kau tidak harus melakukan ini, June," kata Dennis sambil mengecup puncak kepalaku. "Aku harus, Den. Aku sudah janji gak mau berduka terlalu lama. Aku harus melepaskannya," kataku. Setelah kremasi, abu Jayden disimpan di rumah tante Susan. Hari ini, tepat 6 bulan setelah kematian Jayden, aku memutuskan untuk melepasnya.

Di sinilah kami, berdiri di ujung dermaga, memegang guci berisikan abu Jayden. "Terserahlah. Ini maumu. Kita cek angin dulu ya, arahnya kemana," katanya. Dennis menjilat jarinya dan mencari arah angin. "Kesana," katanya sambil menunjuk ke arah utara. "Apabila kita membuangnya dari arah sini, debunya tidak akan kena kita," katanya. Aku hanya mengangguk pelan. "Bagaimana caranya?" tanyaku. Jujur ini pertama kali aku membuang abu seperti ini. Saat July meninggal, kami memilih untuk dikubur.

"Biasanya orang-orang hanya membuka botol dan memiringkannya. Abu itu akan keluar sedikit demi sedikit," kata Dennis. Aku membuka botol itu dan memiringkannya.

Sampai jumpa, Jayden. Aku akan melepaskanmu. Kau akan pergi dari hidupku selamanya. Hidupku akan berubah. Menikah dengan Dennis adalah pilihan yang tepat. Kau memang merencanakannya seakan kau tahu semuanya akan berubah. Ya, aku akan memulai hidup baru. Hidup tanpamu, tanpa seorang Jayden. Kalau kau bisa mendengarku sekarang, jujur aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.

Abu di guci itu sudah habis. Aku membuang guci itu beserta tutupnya. "Aku menyayangimu Jayden!" teriakku pada abu yang berterbangan itu. "Aku janji akan merawat June! Sampai kapanpun!" kata Dennis. Aku baru ingat dia ada di sampingku. Aku memeluknya dan menangis di pelukannya. Sampai jumpa, Jade. Sampai bertemu di alam sana, batinku dalam hati. Setelah menangis sekitar 15 menit, Dennis mengajakku pulang untuk mengejar keberangkatan ke New York.

''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

7 tahun kemudian.......

"Mama! Gendong!" panggil anak kecil itu. Setelah lulus Juilliard, aku dan Dennis memutuskan untuk memulai keluarga yang sesungguhnya. Lahirlah anak kami yang pertama, yang disepakati mempunyai nama Jayden Theofilus. "Sini mama gendong," kataku sambil mengangkat anakku yang baru berumur 3 tahun itu.

"Jade, papa pulang!" kata Dennis sambil membuka pintu kamar tidurku. Kami sengaja memberi nama anak kami Jayden untuk mengenang kematiannya. "Papa! Gendong!" kata Jayden sambil mengulurkan tangannya minta di gendong. "Mandi dulu sana! Tukar baju! Habis latihan juga," kataku sambil mendorongnya masuk ke kamar mandi. "Iya sayang. Sini dulu dong," katanya. Aku mendekatkan kepalaku dan dia mencium keningku. "Sana!" kataku sambil mendorongnya masuk ke kamar mandi. Dennis hanya tertawa.

Sampai hari ini, aku mensyukuri perbuatan Jayden yang mempertemukan kami. Menjalin hubungan keluarga yang harmonis, benar-benar memperbaiki segalanya.

Cinta itu seperti seni. Kadang membawa keceriaan, kadang membawa kesedihan, atau terkadang abstrak. Tetapi, setiap kesenian punya keunikan sendiri. Dari keunikan itulah yang membuat seni itu menjadi menarik. Sama seperti cinta. Tetapi semua itu... Tergantung oleh pembuatnya

Thank you, Jayden. We're gonna miss you so much...

____________________________________________________________

Fine! Cerita Months of Love resmi di tutup! Thank you banget yaa! Sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya. I LOVE YOU!

Months of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang