Bab 26: Tawa Sebelum Berpisah

38.6K 1.4K 55
                                    

Ingat gambar hanya pemanis


Happy reading...



♣♣♣♣♣




Berpisah?

Hancur sudah hidup Naina. Hati yang sudah terpaku pada satu nama, retak tak berbekas. Jantung yang berdetak tak karuan setiap berdekatan dengannya menjadi perasaan was - was. Naina tersenyum sedih, pria yang sudah bersanding selama delapan bulan ini bukan takdirnya. Bukan tulang rusuk nya. Bukan imam nya. Bukan jodohnya.


Galau galau galau
" Aku tak berdaya abang "


" Neng Ngapain teriak - teriak gitu? "


Naina menatap abang tukang gulali dengan tatapan sulis diartikan. " Saya galau abang. Gulali nya satu bang " Naina duduk di kursi plastik sebelah abang tukang gulali.


Potongan kilasan kebersamaan mereka melayang dipikiran nya. Tawa, pelukan, sentuhan, tangis bahkan beribu ekspresi mereka rasakan. Naina tanpa sadar menggeleng, dia tak ingin berpisah. Tak pernah ada keinginan tentang hal itu.

Orang tua mereka bahkan telah merestui hubungan mereka. Pesta pernikahan sudah separuh berjalan. Apa ini harus berakhir?



" Neng ini gulali nya " Naina mengangguk menerima dengan malas. Ujung lidah nya menyentuh lembut manis gulali. Matanya menyusuri ramai nya pasar malam. Ada yang bergandeng tangan, tertawa bersama teman, banyak keluarga juga yang memeriahkan malam minggu ini. Tanpa sadar dia tersenyum, melihat satu keluarga yang sedang menaiki komedi putar. Anak kecil sekitar berumur enam tahun tertawa lebar memperlihatkan gigi nya yang ompong. Kedua orang tua nya tertawa sambil bertepuk tangan. Bahagia melihatnya.


Naina terkejut melihat Brian jongkok didepannya. Wajahnya mupeng melihat lidah Naina yang terjulur menikmati manisnya gulali. " Minta yang " Naina mengernyitkan dahi bingung. Brian mendekat ke depan gulali Naina.

Naina melihat kelakuan Brian sambil tersenyum malu. Pasalnya lidahnya masih terjulur menempel di permukaan gulali dan disisi depannya Brian juga menjulurkan lidah ikut menikmati gulali tersebut. " Enak yang. Beli lagi ya? "

" Jangan. Nai mau permen kapas " Naina melihat Brian terkekeh dan mengacak - acak rambut nya.



" Habiskan dulu " Brian masih berjongkok di depan Naina. Raut mukanya menatap Naina lembut. Sesekali lidahnya membasahi bibirnya yang mendadak kering.

" Mas jangan natap Nai gitu. Kayak mau nerkam saja "

Naina membuang muka acuh. Bukan karena marah tapi malu setengah mati. Berhadapan dengan Brian itu membuat hatinya berdebar tak karuan, jumpalitan sana sini. Keringat dingin bercucuran apalagi deru nafas yang menerpa wajah Naina jika bertatap muka itu membuat nya melayang ke angkasa.


" Jalan yuk! " Naina menatap Brian yang sudah berdiri sambil mengulurkan tangan. Seulas senyum kecil menghiasi wajah rupawan nya. Naina menerima uluran tangan itu dengan malu - malu.




Berbagai permainan mereka kunjungi. Jepretan foto memenuhi handphone Brian. Tak terhitung berapa ekspresi yang mereka lakukan. Meskipun Naina harus mengeluarkan tanduknya karena suami nya dikelilingi ibu - ibu paruh baya, tak jarang lontaran kata 'mantu' terdengar oleh Naina.


Semakin malam pasar semakin ramai. Apalagi di sudut pasar ada konser dengan panggung yang seadanya. Meskipun begitu banyak orang yang antusias menikmati lantunan melodi penyanyi abal - abal. Suara fals tak mereka dengarkan, mereka hanya ingin bersenang - senang, goyang kanan goyang kiri, kepala mengangguk - angguk sambil berputar.



18 Berstatus IstriWhere stories live. Discover now