Bab 21: Sidang Kematian

33.4K 1.4K 14
                                    



Diruang Kepala Sekolah. Naina meremas tangannya sendiri. Ruangan ber-AC tampak tak berfungsi dengan baik. Terbukti keringat mulai bercucuran meluncur dari sela rambut panjangnya. Dia menunduk tak ingin bertatapan dengan mata tajam King Sulaiman.

Semenjak sepuluh menit lalu tak ada yang memulai pembicaraan. Dia dibuat canggung olehnya. Naina duduk tak nyaman, sesekali matanya menatap pria disebelahnya yang kelewat tenang dan pria paruh baya didepannya yang akan mengeluarkan tatapan maut.

King Sulaiman berdeham " Jadi? "
Naina menatap Pria tua itu takut. Dia masih diam, entah kenapa lidahnya mendadak kelu.

" Bapak benar " Tanpa sadar Naina mengangguk. Dia sudah tidak punya alibi untuk sekedar bertele - tele. Lagipula suaminya juga berkata tegas bahwa berita itu benar adanya.

" Jadi kesimpulannya dia simpananmu? "

" Bukan " Naina menatap Brian yang berada disampingnya. Perlahan digenggamnya tangan mungil-nya. Sangat erat sekali.

" Dia pacar saya "

Deg

Jadi bukan istri ya?
Sesak rasanya. Bisa dikatakan setelah dibanggakan langsung dijatuhakan begitulah perumpamaannya.

King sulaiman menghela nafas panjang " Kamu tahu kan resikonya. Silahkan keluar " Naina mendongkak menatap mereka bergantian. Dilihatnya Brian berdiri menarik erat tangannya. Mau tak mau dia berdiri san keluar dari ruangan kematian tersebut.

Masih dengan jemari mereka tertaut erat, mereka berjalan melewati ruangan guru menuju ruang Brian. Cacian dan makian terpaksa mereka telan bulat - bulat tanpa berkomentar panjang. Toh memang mereka salah.

Hanya perlu meluruskan saja kejadian hari ini.



★★★★★



Ditempat lain. Pria paruh baya sedang tertawa kejam sesekali dia terbatuk - batuk sampai kaki tangan maupun perawat yang menjaganya membantu untuk memberinya minum.

" Kuharap anakku segera meninggalkannya " Nada bicaranya mulai melemah tetapi postur tubuhnya masih bisa tegap seperti biasa. Bahkan disaat rasa sakit menyerangnya dia nampak kuat - kuat saja.

Burhan, kaki tangan pria itu menatap sedih majikannya. Selama puluhan tahun pria itu menemani majikannya hanya ekspresi tegas dan kejam saja yang dikeluarkan. Tapi setelah mendengar bahwa sang anak tunggal menerima tawaran untuk menggantikan posisinya walaupun dengan cara paksaan, dia mulai melihat senyum tipis dibibirnya.

Tapi semua itu tak bertahan lama. Roda kehidupan selalu berputar bukan? Kenyataannya sang anak tunggalnya telah menikah dengan gadis yang tak tahu asal usulnya.

Gadis yang masih dibawah umur.

" Bagaimana reaksinya? " Pria paruh baya itu duduk bersandar dikepala ranjang. Tangannya mengambil sebuah pigora foto berwarna emas. Sesekali tersenyum sedih.

Burhan berdeham " Dia sudah dikeluarkan dari sekolah tapi gadis itu masih tetap bersekolah disana "

Dahi pria itu berkerut " Dia mengaku bahwa Naina pacarnya bukan istrinya " Burhan menyela cepat dan menunduk.

Mata pria itu berkilat marah. Pigora foto itu dia lempar sampai kacanya pecah. " Lancarkan rencana kedua " Perintah pria tua itu. Burhan pamit undur diri dengan berjalan cepat.

Nafas pria itu terasa sesak. Dia diam dengan tangan yang memegang dada kuat. Rasanya tubuhnya terasa sakit, dia mengerang keras. Tak lama tubuhnya ambruk dan penglihatannya kabur.

Semuanya gelap.




★★★★★



Naina menatap Brian lembut, dia masih tersenyum ingin menenangkan suasana hati suaminya. Dia mengusap lembut pipi kiri Brian. Dilihatnya sang suami memejamkan mata. Mungkin merasakan bahwa dia tidak sendiri.


Dan soal kenapa Brian mengatakan dia pacar karena dia tidak mau istrinya putus sekolah.


Perhatian bukan? Naina menggigit bibir bawah pelan. Meskipun keadaannya sudah sangat berantakan tapi dia tetap ingin baik - baik saja. Sekedar untuk menenangkan perasaan suaminya.


Ruangan Brian sudah rapi. Tak ada kertas yang berserakan dimeja kerjanya. Bahkan papan pengumunan disamping meja kerjanya juga telah dihapus. Kalender pendidikan pun tak luput dari penglihatannya. Semuanya bersih.


" Sayang, maafin mas " Naina tersenyum. " Mas gak salah kok " Brian menghembuskan nafas panjang. Dia menjatuhkan kepalanya dipaha Naina.

Brian memejamkan mata sebentar. Naina mengangkat tangan mengusap pelan rambut cepak Brian. Terasa halus dan panjang. Dia menggeleng kan kepala " Jangan lupa rambutnya dipotong " Brian hanya bergumam pelan.

Brian bangkit dari tidurnya. " Maaf gak bisa lama - lama " Dia mencium kening Naina " Mas akan ke Perusahaan, mungkin malam akan pulang. Kamu baik - baik aja kan disini? "

Naina mengangguk dan tersenyum. Lagi
" Pasti Mas " Mencium pipi kanan Brian lama.

Brian bangkit mengacak - acak rambut Naina. Naina cemberut dan mendengus. " Mas Brian " Brian mencium kening Naina dan berjalan menjauh.

Dia hanya ingin mengetahui siapa dalang dibalik semua ini.



Naina berjalan keluar dari ruangan Brian dan menuju taman belakang sekolah. Dia menangis tersedu - sedu. Butiran air mata yang sejak tadi dia tahan meluncur keluar secara deras. Taman yang sunyi berbaur menjadi satu dengan dia yang sedang menangis. Seperti alunan music mistis.

" Kampret. Kenapa gue merinding " Naina mengerutu pelan. Suasana dingin merayap hingga menembus kulitnya.

" Setan jangan kesini " Naina duduk sambil mengusap lengannya yang kedinginan. Suasana entah kenapa tiba - tiba meremang. Matanya bergerak liar sampai dia berteriak ketakutan saat seseorang membekap mulutnya dengan kain hitam.



" Bawa dia cepat! "

Dalam kesadarannya dia memanggil nama Brian berharap dia datang menyelamatkannya.



'Mas, tolong Nai'


Dan gelap.


♪♪♪♪♪♪




Tahukan siapa itu?
Sudah diam biar Pak Guru cari siapa yang menculik istrinya. Hehe tetap dukung saja ya teman.

Gag terasa udah bab 21 lama juga ya. So jangan bosan - bosan ya sama cerita abal - abal saya. Nai jadi sedih kalau pembaca diam - diam gini.

Jangan lupa vote n coment teman.

Love



Master

18 Berstatus Istriजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें