Bab 14: Terimakasih Sudah Percaya

51.8K 1.7K 13
                                    







Dua makhluk berbeda jenis itu masih bergelung dalam selimut. Berpelukan sangat erat, menghalau rasa dingin. Sinar matahari muncul malu - malu melewati sela jendela. Mata kedua makhluk tersebut mengerjap pelan karena terusik dengan sinar yang tampak mulai terang.


" Morning sayangku, cintaku, belahan jiwaku "

Naina membalikan badan " Mas jangan berisik. Nai capek "

Brian tersenyum miring " Mau lanjut lagi? " Brian sukses membuat Naina bangkit dari tidurnya dan melotot tajam.

" Dalam mimpi " Brian tertawa kencang hingga mengema dalam ruangan. Naina turun ranjang dan masuk kekamar mandi, mengabaikan suaminya yang mendadak mulai gila.

Brian menghentika tawa saat Naina menutup pintu kamar mandi. Dia suka sekali menggoda Naina, karena wajahnya tidak akan bersemu kecuali jika dia dicium. Membayangkan kejadian kamarin malam saja Brian sudah puas. Memang dia belum mendapat jatah tapi dia mendapat ciuman yang sangat mengebu dan terasa ganas. Brian tersenyum sendiri saat mengingat betapa rakus nya Naina saat melahap habis bibir penuh-nya. Bunyi decakan mengalun merdu membangkitkan gelora mereka yang terpendam. Sampai akhirnya mereka kehabisan oksigen.


Wajah Naina memerah dan bibirnya bengkak. Menabjukan cuy. Brian bersiul senang hingga mereka terlelap berlari kedalam alam mimpi.



Deringan telepon mengusik lamunannya. Diliriknya jam weker menunjukkan pukul 07.15



Aku berangkat dulu




Diambilnya handphone terdapat pesan dari Naina. Dia berpikir Naina seperti wanita panggilan yang pergi sebelum pelanggannya bangun. Brian menggeleng keras. Giginya bergemeletuk jika itu sampai terjadi.


Naina hanya miliknya. Selamanya hanya milik Brian seorang.




★★★★★




Naina bersenandung pelan memasuki gerbang sekolah. Wajahnya tiba - tiba bersemu merah mengakibatkan dirinya berhenti melangkah.

Dia terkikik pelan seraya menggigit bibir bawah pelan. " Naina, Jangan berpikir mesum! "

Naina meringis pelan. Suara itu memang bernada pelan tetapi melihat area yang terbilang cukup mengkhawatirkan itu, Naina ingin memukul kepala sang Pria dewasa yang berdiri menjulang di depannya.


" Nai, gue gak bisa tidur gara - gara suara berisik di sebelah kemarin. Untung iman gue kuat! "


Naina melotot tajam.


Apa ruangannya tidak kedap suara?


Jadi suara aneh kemarin terdengar oleh mereka?


Oh Naina, taruh mana muka loe?


Alan tertawa " Loe masih gadis apa udah kebobol? " Alan berbisik di depan Naina. Karena kaget Naina mundur selangkah " Masih! " Naina menolehkan kepala kekanan kekiri takut ada yang mendengar.



" Gak takut Brian jajan diluar? "


Naina segera meninggalkan Alan yang masih memanggilnya. Pertanyaan Alan terekam jelas dipikirannya.

Gak takut Brian jajan diluar?

Kepalanya menggeleng cepat, menghalau pikiran tersebut.

Koridor yang tampak kosong membuat Naina bebas berjalan bagai zombie. Pandangannya lurus tak tertembus. Bibir bawahnya dia gigit tanpa memikirkan rasa sakit. Hatinya bergemuruh ingin meledak.



18 Berstatus IstriWhere stories live. Discover now