SAYAP YANG PATAH

6.6K 638 42
                                    

Felic POV

"Kaaaak!!! Bisa nggak lo matiin tuh musik!!" teriakku dari kamar.

Musiknya sih bagus tapi nggak tahu kenapa hatiku sakit dengerin tuh lagu. Ini hari ketigaku di Malaysia. Dengan masih memakai baju tidur dan rambut acak-acakan yang jauh berbeda dari penampilanku dulu saat bangun tidur dan Al yang aku lihat pertama kali. Aku keluar dari kamar dan melihat Kak Bella sedang menyiapkan sarapan untuk Kak Andrian. Aku duduk di kursi meja makan berhadapan dengan suami yang bener-bener tidak aku harapkan itu.

"Lo kenapa sih Dik, marah-marah terus?" tanya Kak Bella mengambilkan nasi untukku.

Bukannya aku menjawab pertanyaannya justru aku mencegah tangannya agar tidak mengambilkanku nasi.

"Gue nggak mau makan nasi, Kak." Aku menolak, Kak Andrian menatapku bingung.

"Terus kamu mau makan apa? Biar aku cariin?" ucapnya bersemangat.

"Kembang!" jawabku ketus dan berdiri, berjalan menuju ke pintu.

Aku lihat Kak Bella dan Kak Andrian saling menatap bingung. Aku segera membuka pintu apartemen, benar saja apa yang aku mau sudah ada di depan pintu. Setangkai mawar putih yang sudah bisa kutebak pengirimnya. Dimana pun aku berada dia selalu tahu dan dia tidak pernah absen mengirimkanku mawar putih. Senyum tipis mengembang di bibirku. Walau hanya bunga yang hadir, namun hatiku sudah dapat tenang, setidaknya dia selalu ada didekatku. Aku harus bersabar menunggunya sampai dia siap menemuiku seperti janjinya.

Aku kembali masuk ke dalam memasang wajah jutekku lagi. Entah kenapa sejak aku menikah dengan Kak Andrian sulit untukku memberi senyum pada orang-orang. Aku berjalan menuju ke meja makan sambil memainkan bunga yang ada di tanganku.

"Dari siapa, Ly?" tanya Kak Andrian lembut membuatku muak mendengarnya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku masih tetap menatap mawar dari pangeran burung besiku. Aku dengar Kak Andrian menarik napas dalam. Aku meliriknya sekilas, Kak Bella mengelus lengan Kak Andrian yang ada di atas meja makan.

"Gue mau ke kamar. Kapan kalian balik ke Indonesia?" tanyaku ketus sebelum beranjak dari tempat duduk.

"Ikut penerbangan malam. Nanti akan ada orang yang menemanimu di sini. Dia dari Indonesia juga. Kalau kamu butuh apa-apa tinggal minta tolong sama dia saja ya? Kakak akan datang menjengukmu seminggu sekali. Maaf Kakak nggak bisa selalu menemanimu di sini, dan juga tidak bisa lama-lama ninggalin kantor yang di Indonesia," jawab Kak Andrian panjang lebar.

Siapa juga yang mau ditemenin dia di sini? Aku nggak butuh dia! Yang aku butuhin cuma pangeran burung besiku. Muhammad Azka Al Ghazali!

"Ya!" Aku menyahut singkat dan berdiri, namun tanganku dicekal oleh Kak Andrian.

"Makan dulu. Apa mau aku bikinin susu ibu hamil?" tawar Kak Andrian tanpa melepas tanganku.

Aku melirik Kak Bella, wajahnya berubah sendu dan pandangannya dialihkan ke tempat lain. Apa dia cemburu jika Kak Andrian lebih perhatian padaku daripada dengannya? Bisa jadi begitu, kan yang bini aslinya Kak Andrian dia. Ya sudahlah untuk menjaga perasaannya, aku lebih baik menjaga jarak sama Kak Andrian.

"Nggak perlu. Gue bisa bikin sendiri!" tolakku menepis tangannya.

Aku berjalan ke kamarku dan masuk. Aku memasukan bunga mawar putih di vas yang telah aku sediakan di meja rias. Sudah ada dua bunga di dalam vas ini. Aku selalu menyimpan mawar-mawar pemberian Al sampai kelopak mawar itu berguguran dan ada juga yang mengering. Hanya mawar putih ini yang menguatkan hatiku saat jauh darinya.

Tuhan aku sangat merindukannya. Sampai kapan dia akan tak mengacuhkanku seperti ini? Ini terlalu sakit dan berat bagiku. Aku tidak pernah tak diacuhkan dia seperti ini. Aku menghela napasku berat, dadaku terasa sesak saat mengingat Al.

ISTRI KEDUA (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang